Two

1.2K 263 99
                                    

Now playing
Swimming Fool ; Seventeen Performance Team

...

Chan tersenyum senang karena ia mendapat nilai lebih tinggi dari Seungkwan.

Bukan karena ia ingin menyombongkan diri atau meremehkan lawannya, melainkan Chan bahagia mendapat kesempatan berpartisipasi dalam Olimpiade Sains Nasional.

"Jangan berkecil hati, Seungkwan. Masih banyak kesempatan di perlombaan yang akan datang," ujar Pak Kim menyemangati Seungkwan yang tampak sedih.

"Silahkan kembali ke kelas. Maaf, Saya tidak bisa masuk selepas ini, karena baru saja mendapat kabar duka dari salah satu anggota keluarga. Ada tugas, nanti Saya share di grup."

"Baik, Pak," jawab keduanya serempak.

Chan dan Seungkwan pun meninggalkan ruang guru. Entah perasaan Chan saja atau bagaimana, ia merasa sikap Seungkwan berubah terhadapnya. Tatapan yang diberikan cowok itu mendadak sinis.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Chan.
Seungkwan hanya menggeleng, kemudian berlalu meninggalkan Chan.

Hal itu lantas membuat Chan mengedikan bahu. Kemudian, ia pun menyusul Seungkwan yang telah jauh.

"Aku rasa masih belum ada yang tahu siapa pembunuh itu sebenarnya."

Chan mendengar suara seseorang ketika melewati koridor. Suara itu berasal dari ruang komputer. Rasa penasaran pun menggerogoti benaknya sehingga ia memutuskan untuk mendekat supaya percakapan itu terdengar lebih jelas.

Ada Jisoo disana, tengah berbincang melalui telepon.

"Sampai sekarang masih belum ada yang curiga bahwa aku yang telah membunuh Park Jihoon."

Tubuh Chan menegang. Apa ia tak salah dengar?

"Oh, tentu. Lagipula kasus ini sudah lama ditutup. Aku yakin tidak akan ada masalah."

Chan terkejut luar biasa. Kasus dua bulan lalu yang melibatkan Park Jihoon ternyata ulah dari Jisoo, teman sekelasnya. Oh, apakah ini nyata? Harus kah ia melaporkan tersangka pada pihak berwajib?

Chan melangkah semakin dekat guna memastikan apakah ia tidak salah dengar, namun tanpa sengaja lengannya mendorong pintu ruangan.

Suara decitan yang dihasilkan membuat Jisoo mematikan ponselnya dan memeriksa gerangan. Cepat-cepat Chan pergi, namun keberadaannya diketahui oleh Jisoo.

Jisoo mengejar Chan dan berhasil mencekal lengannya. "Ikut gue!" Ia menarik Chan guna mengikuti kemana langkahnya. Suara cowok itu terdengar dingin.

Chan digeret menuju toilet pria. Jisoo menatapnya nyalang. "Lo dengar semuanya?" tanya cowok itu sembari mengunci pergerakan Chan dengan kedua tangannya. Chan tidak bisa melakukan apa-apa karena posisinya terpojok.

Ketakutan menyergap sekujur tubuh Chan. Tatapan yang ia dapat dan fakta yang baru saja terbongkar, membuatnya waspada terhadap Jisoo. "Iya, gue dengar. Lo pembunuh itu. Pembunuh Park Jihoon," lirihnya mengakui.

"Lo harus tutup mulut, kalo nggak mau sesuatu yang buruk terjadi sama lo!" Jisoo mendekatkan wajahnya pada Chan. Membisikan kalimat penuh ancaman. Lalu, ia tersenyum menyeringai.

Chan mengangguk ragu. Keringat dingin kini telah memenuhi pelipisnya. Tidak bisa dipungkiri, Jisoo terlihat sangat mengerikan. Degup jantung Chan pun semakin tidak karuan.

"Pergi!" Jisoo melepas cekalannya dan membiarkan Chan pergi. Ia tidak banyak bicara, karena ia tahu, Chan tidak akan berani membongkar kesalahannya.

Sebab di mata Chan, Jisoo adalah pembunuh.

👣👣👣

Wonwoo telah sampai di kelas pagi-pagi sekali. Ia mengeluarkan selembar sticky note dari dalam tasnya.

Sepersekian detik kemudian, ia pun larut dalam kegiatannya menulis sesuatu di sana.

Senyum Wonwoo mengembang, merasa puas dengan serentetan kata yang ia goreskan. Ia berharap, pernyataan cintanya kali ini digubris.

Wonwoo bangkit dari kursinya kemudian berjalan keluar kelas. Koridor lantai dua terlihat sepi, mungkin karena masih terlalu pagi.

Langkah Wonwoo terhenti di depan loker berwarna pink yang dihiasi banyak sticker. Loker itu tidak dikunci oleh pemiliknya, entah karena alasan apa. Mungkin karena tidak ada barang berharga, begitu pikir Wonwoo.

Wonwoo membuka loker itu. Ia sangat senang menjadi seorang penggemar rahasia. Gadis imut yang tergabung dalam ekstrakurikuler jurnalistik berhasil mencuri hatinya, namanya Umji.

Sudah lama Wonwoo menyukainya, namun ia belum punya keberanian untuk mengatakannya secara langsung.

Senyum Wonwoo sontak pudar karena melihat sesuatu. Sticky note lain telah lebih dulu berada di loker Umji. Wonwoo kesal dan memutuskan untuk melihat siapa gerangan yang berani mengirim surat kepada pujaan hatinya.

Semoga harimu menyenangkan, Umji.
-Chan

Wonwoo meremas kertas berwarna merah muda itu. Rahangnya mengeras menyuratkan kemarahan.

Wonwoo menutup loker dengan perasaan campur aduk, kemudian berlalu. Ia membuang surat dari Chan itu ke tempat sampah, sebelum melangkah terburu-buru.

👣👣👣

Soonyoung cemas. Sedari tadi ia mondar-mandir di dekat pintu rumah.

Pasalnya, Chan belum kembali. Kembarannya itu tadi pamit padanya untuk mengikuti ekstrakurikuler dance, maka dari itu, Soonyoung pulang lebih dulu. Namun sampai sekarang, Chan belum pulang juga.

Soonyoung sudah mencoba menghubungi teman-teman Chan yang tergabung dalam klub dance. Anehnya, mereka mengatakan bahwa Chan tidak datang pada pertemuan terakhir.

Soonyoung semakin gelisah dibuatnya.

Ia pun memutuskan untuk menunggu sebentar lagi. Namun, kepala Soonyoung kembali pusing, tubuhnya semakin lemas. Ia berharap Chan cepat pulang supaya ia tidak cemas.

Namun, sampai keesokan harinya Chan belum kembali juga.

-Salovagant-

[240420]

Next? Part 3:)

Salovagant | seventeen ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang