Now playing
Miracle ; Woozi Seventeen...
"Lo masih bersikeras buat nyari tahu siapa pembunuh Chan?" tanya Jeonghan sesaat sebelum meneguk air mineral yang baru saja ia beli di kantin.
Soonyoung mengangguk pelan, lantas berdeham sebagai jawaban. "Gue nggak mungkin ngebiarin Chan tewas dipenuhi ketidakadilan. Sebagai saudara kembarnya," cowok itu menjeda ucapan, kemudian menatap Jeonghan intens. "gue harus berjuang gimana pun caranya supaya menemukan si pembunuh. Setidaknya, dia harus menanggung semua dosa yang telah diperbuat."
Sarat mata Jeonghan ikut menyetujui perkataan Soonyoung. Tangan kanannya mengudara, kemudian mendarat di bahu kanan pemuda bermata sipit itu. "Kalau butuh bantuan, panggil gue aja," timpalnya sembari menepuk-nepuk bahu yang menjadi tangannya tertahan.
Soonyoung mengangguk mengiyakan. Walau dalam hati, ia sempat menaruh curiga. Tersangka pembunuhan berasal dari kelas 11-1, tidak mungkin Soonyoung tak mencurigai Jeonghan sama sekali. Bagaimana pun, semua anggota kelas patut dicurigai.
Hari ini Soonyoung kembali bersekolah. Berhari-hari di indekos hanya akan membuatnya suntuk dan terus-menerus memikirkan Chan. Ia butuh tempat berlabuh, sekaligus mencaritahu kebenaran dari kesemuan yang sedang menimpanya. Satu-satunya jalan terbaik agar semuanya terkendali yakni dengan pergi ke sekolah.
"Btw, lo ada dimana pas kematian Chan?"
Dahi Jeonghan mengerut, tampak berpikir. "Di rumah. Waktu itu, gue bantu Tante ngurus cucian. Lo kan tau sendiri, Tante gue buka loundry."
Bibir Soonyoung membentuk bulatan kecil. "Oh."
"Kenapa? Lo curiga sama gue?" tanya Jeonghan menyelidik. "Chan ditemukan tewas di sekolah, wajar aja sih lo curiga sama siswa-siswi SMA Salova. Tapi, bukan gue pelakunya, sumpah!"
Soonyoung terkekeh melihat ekspresi Jeonghan. "Iya-iya, gue percaya sama lo."
Semakin lama, mereka berdua terlibat percakapan serius. Soonyoung bercerita pada Jeonghan bahwa dia sangat yakin kalau pembunuh Chan ada di kelas 11-1. Soonyoung pun meminta bantuan Jeonghan untuk membantunya mengawasi setiap gerak-gerik teman-temannya, berhubung Jeonghan juga menjabat sebagai ketua kelas yang otomatis dekat dengan warga kelas.
"Kecuali Jihoon, gue yakin dia bukan pelakunya," imbuh Soonyoung.
Pikiran Jeonghan melayang bebas. Di dalam benaknya, ia memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin terjadi. Muncul beberapa orang yang tiba-tiba ia curigai sebagai pembunuh Chan.
"Dibunuh atau bunuh diri, enggak ada bedanya. Mana bisa bikin Chan hidup lagi, meski pun lo ketemu sama pembunuhnya."
Soonyoung dan Jeonghan spontan menoleh ke sumber suara. Si pemilik suara hanya menatap mereka sembari tersenyum aneh.
Baik Soonyoung, atau Jeonghan, keduanya sama-sama mematung, tatapannya tak pelak dari sosok yang berada di dekat mereka.
Lee Seokmin.
👣👣👣
Rooftop sangat sepi. Tidak terjamah selama beberapa tahun terakhir membuat tempat tertinggi di SMA Salova itu berantakan dan berdebu. Meja-meja tak layak pakai disusun tak beraturan dan sarang laba-laba memenuhi penjuru.
Soonyoung segera menghampiri Jihoon yang lebih dulu sampai.
"Hari ini berat banget, gue terus-terusan curiga sama teman sendiri," sergah Soonyoung begitu tiba di dekat Jihoon.
"Siapa?"
"Seokmin. Gue ngerasa dia aneh akhir-akhir ini."
Bukannya kalut dan ikut berpikir, Jihoon malah tertawa. "Seokmin bukannya udah aneh dari dulu, ya?"
Benar juga, pikir Soonyoung. Lee Seokmin, anggota kelas 11-1 yang tertutup dan aneh. Pribadi paling susah ditebak. Tak memiliki seorang pun teman, dan sering kepergok ketawa-ketawa sendiri di kelas. Tak ayal, teman-teman menjauhinya, dikira Seokmin memiliki gangguan jiwa.
Belum sempat Soonyoung menjawab pertanyaan Jihoon, terdengar suara tepakan kaki kian mendekat. Sosok Jun muncul dari pintu masuk rooftop.
Soonyoung menatap Jihoon, seolah bertanya 'mengapa dia kesini?', dengan entang Jihoon menjawab, "Gue yang nyuruh dia datang."
Mendengar itu, Soonyoung lantas teringat kejadian semalam. Ketika tengah mengecek ponsel Chan, Jun menjadi orang paling mencurigakan karena pesan dan notifikasi panggilan tidak beriringan.
"Ada apa?" tanya Jun.
Jihoon mendekat. "Gue minta waktu lo sebentar."
Jun mengangguk. "Iya, kenapa?"
Soonyoung mengeluarkan ponsel Chan dari sakunya. "Benar lo yang ngirim pesan ini ke Chan?" tanya cowok itu, kemudian memperlihatkan layar yang menampilkan pesan atas nama Jun.
Jun mengamati sekejap, lalu mengangguk mantap. "Benar gue, kok. Soalnya Chan waktu itu nggak hadir latihan, dicariin sama pembina."
"Lo telepon dia juga?"
"Iya, gue sempat telepon Chan. Mungkin dua sampai tiga kali? Gue lupa."
Jihoon menatap Jun dengan tampang sangar. "Jangan bohong."
Kebingungan Jun semakin menjadi. "Gue nggak bohong."
"Lo ada bukti?" tanya Soonyoung.
Jun mengangguk mantap. "Ada." Cowok jakung itu mengeluarkan ponselnya dari saku seragam, kemudian menekan-nekan layarnya dengan jemari. "Ini."
Soonyoung mengambil alih ponsel Jun. Netranya meneliti daftar panggilan yang ada. Benar, Jun sempat menelepon Chan di hari dan jam yang tepat. Tapi, mengapa panggilannya tidak ada di daftar log ponsel Chan?
"Bukan Jun," bisik Soonyoung pada Jihoon. Lalu, Soonyoung mengembalikan ponsel itu ke pemiliknya. "Thanks buat waktunya, lo bisa kembali," titah Soonyoung sesopan mungkin.
Tanpa pikir panjang, Jun mengayunkan langkah menjauh.
"Berarti pembunuh sempat menghapus daftar log yang ada di ponsel Chan, tapi untuk apa?" Jihoon tampak berpikir keras.
"Mungkin, pembunuh juga sempat menelepon Chan. Supaya tidak dicurigai, dia dengan gesit menghapus daftar log yang ada, dan menyisakan satu nama, yaitu gue. Bukan kah gitu, Hoon?"
Jihoon mengusap dagunya kasar. "Mungkin lo benar."
Jika bukan Jun, siapa pelakunya?
Jisoo?
Seokmin?
atau orang yang tidak terduga?
-Salovagant-
[100520]
Next?
D-2
KAMU SEDANG MEMBACA
Salovagant | seventeen ✔
Fanfic"11 Januari 2020. Telah ditemukan mayat seorang siswa di ruang kelas 11-1, SMA Salova. Menurut kepolisian, siswa itu mengalami depresi sehingga memilih untuk bunuh diri." Soonyoung yakin, Chan mustahil melakukan hal-hal yang tidak masuk akal seperti...