Eleven

693 147 37
                                    

Now playing
Drift Away ; Seventeen

...

Denting bel berbunyi nyaring, pertanda bahwa ada pelanggan datang. Soonyoung tengah membersihkan meja bekas pelanggan lainnya ketika melihat segerombolan Geng Lovagant memasuki area kafe.

Seungcheol, Mingyu dan Myungho mengambil tempat di posisi center. Mereka tampak sangat keren dengan pakaian non-formal, bukan seragam seperti yang biasa Soonyoung lihat.

Usai dengan aktifitasnya, Soonyoung beranjak kembali ke peraduan. Ia melihat Myungho tengah memesan sesuatu di meja kasir, kebetulan Yerin yang sedang bertugas di sana.

Ketika Soonyoung berjalan melewati meja yang diduduki Geng Lovagant, ia merasa lengannya dicekal perlahan. Sontak saja Soonyoung menoleh, lalu netranya bertubrukan dengan Seungcheol. "Lo?" Jari telunjuk ketua Geng Lovagant itu mengudara. "Sejak kapan kerja di sini?"

Soonyoung memperhatikan gelagat Seungcheol. Sikapnya tidak seperti ketika di sekolah. Predikat 'preman' tidak terlihat di mata teduhnya saat ini. "Um, udah lumayan lama sih."

"Kita udah beberapa kali kesini, tapi kok nggak pernah ketemu lo, ya? Btw, mau gabung?" Kali ini Mingyu yang angkat bicara.

Soonyoung mendadak kikuk. Lidahnya kelu untuk menguraikan kata-kata. Terhera-heran dengan perubahan sifat ketiga teman sekelasnya yang terkenal angkuh seantero Salova itu.

"Oh, gue-"

"Halah, udah sini gabung aja. Ngobrol sebentar, kita jarang-jarang loh ngobrol bareng," ajak Seungcheol sedikit memaksa. Mau tak mau, Soonyoung mengangguk dan bergabung ke meja mereka. Duduk di kursi kosong dekat Mingyu.

Lagipula, Soonyoung belum ada kerjaan lagi. Sebab, kafe telah menyepi.

Tak lama, Myungho datang. Ekspresi wajahnya terkejut kala melihat Soonyoung. "Loh?"

"Soonyoung kebetulan kerja di sini, gue ajak gabung, deh." Seungcheol terlihat meyakinkan Myungho.

"Oh," singkat Myungho, lalu duduk di kursinya yang berhadapan dengan Soonyoung. "Mumpung ketemu lo di sini, gue mau ngomong sesuatu."

Alis Soonyoung terangkat tinggi. "Ada apa?"

"Sebelumnya, gue turut berduka cita ya, atas kematian Chan. Gue ngerasa banyak banget salah ke kalian. Gue sering ngebentak kalian, ngejelekin kalian, minta-minta duit. Rasanya menyesal gitu nggak sempat minta maaf, apalagi Chan sekarang udah nggak ada. Gue minta maaf ya, atas kesalahan-kesalahan gue yang terdahulu."

Suasana berubah sendu, sarat mata Myungho kalut dalam penyesalan. Soonyoung dapat merasakan ketulusannya, hingga ia merasa tidak tega.

Walau bagaimana pun ulah Geng Lovagant yang selalu membuatnya dihadang kesulitan, Soonyoung tidak pernah dendam pada ketiganya.

"Iya, gue juga menyesal. Kita selalu berbuat seenaknya dengan maksud senang-senang, tapi kita nggak pernah tau kalau senang-senangnya kita membuat orang lain terganggu dan terintimidasi," timpal Mingyu.

"Gue minta maaf, Soonyoung. Kita bertekad mengubah sikap. Nggak akan ada lagi Lovagant yang minta-minta duit dan berbuat seenak jidat," imbuh cowok yang memiliki tinggi di atas rata-rata itu.

Soonyoung hendak mengatakan sesuatu, namun belum sempat ucapannya mengudara, Seungcheol telah lebih dulu mengungkapkan kata. "Gue juga minta maaf."

Perlahan, kedua sisi bibir Soonyoung tertarik ke atas. Membentuk sebuah senyum tipis yang memikat. "Gue nggak pernah ada dendam sama kalian, gue juga udah maafin sikap kalian dari dulu-dulu."

Myungho tampak mendesah lega. "Syukurlah, makasih ya," singkatnya, yang diimbuhi kata serupa oleh Mingyu dan Seungcheol.

Tepat ketika hening mendominasi, Yerin hadir seraya membawa pesanan mereka. Dengan senyum hangat, gadis itu mengucapkan 'selamat menikmati', yang dijawab anggukan oleh ketiganya. Sementara Soonyoung hanya terdiam melihat adegan itu.

"Kalau mau, ambil aja," tawar Mingyu, kemudian menyodorkan pizza pada Soonyoung. Yang ditawari hanya mengangguk tanpa bergerak sedikit pun. Lidah Soonyoung tidak cocok dengan makanan sejenis pizza, menurutnya lebih enak sandwich.

"Btw, gue dengar-dengar, lo sekarang lagi nyelidikin kasus tewasnya Chan ya?" tanya Myungho tiba-tiba.

"Iya, gitu."

"Kenapa? Lo nggak yakin kalau Chan bunuh diri?" Seungcheol menimpali.

Soonyoung mengangguk. Kemudian, Myungho kembali berkata, "Gue juga nggak yakin sama keputusan polisi. Nggak mungkin banget gitu kalau Chan sengaja mengakhiri hidupnya. Lagipula, gue heran kenapa kok kepolisian secepat itu menyelesaikan kasusnya, pasti ada sesuatu yang tidak beres."

"Chan itu pemberani, Seungcheol aja pernah dihardik," sahut Mingyu, diikuti kekehan kecil.

Meski pun kembar, bukan berarti sikap Soonyoung dan Chan itu sama pula. Jika Soonyoung terkenal berkepala dingin, santai dan lugu, maka Chan dijuluki sebaliknya, yakni pemberani, keras kepala dan tergesa-gesa. Keduanya memiliki kepribadian yang berbeda.

"Sebenarnya ada yang mau gue omongin terkait kasus ini. Gue nggak tau benar atau nggak, tapi gue ngerasa ada yang aneh dengan salah satu teman sekelas kita." Topik pembicaraan Myungho membuat Soonyoung menegang.

"Maksud lo?"

"Terakhir kali, gue kan bareng teman-teman ekstra dance, di hari itu pula, Chan tewas. Gue udah beberapa kali kirim Chan pesan, tapi nggak dibalas, padahal saat itu genting banget karena kita butuh Chan terkait koreo." Myungho tampak serius sekali saat berbicara.

"Setelah lelah ngirim pesan sebab nggak dapat balasan, gue akhirnya berhenti. Kita lanjut latihan tanpa Chan. Hingga tiba waktunya istirahat, gue dan yang lain buru-buru ke kantin." Myungho menjeda ucapannya, lalu melirik kanan-kiri seolah memastikan kondisi.

"Di saat itu pula gue ngelihat Seungkwan turun dari lantai dua, gerak-geriknya aneh banget. Jika dihitung, bel pulang sekolah udah bunyi sejak dua jam yang lalu. Terus kenapa dia masih di sekolah?" lirih Myungho.

"Awalnya gue maklumi, sebab setelah dipikir-pikir, Nyokap Seungkwan kan kerja di kantin Salova, mungkin dia bantu jaga kios." Tidak ada seorang pun yang berniat menyela pembicaraan Myungho. "Tapi, setelah sampai di kantin, gue nggak ketemu Nyokap Seungkwan sama sekali. Kiosnya juga udah tutup. Dari situlah gue mulai ngerasa ada yang aneh dengan Seungkwan."

Netra Soonyoung membola. Ia baru ingat, ibu Seungkwan adalah salah satu penjual yang mendirikan kiosnya di kantin Salova. Beliau menjajakan makanan ringan dan nasi bungkus.

Mengingat pisau dapur yang bersimpah darah tergeletak di samping Chan, entah mengapa Soonyoung merasa Seungkwan adalah jawaban paling dekat dari semua jawaban yang masih ia cari sampai detik ini.

"Jadi, Seungkwan pelakunya?"

Tepat di saat pertanyaan Soonyoung mengudara, terdengar suara dering ponsel bersahutan. Baik Soonyoung, Seungcheol, Myungho, dan Mingyu, keempatnya mendapat pesan secara bersamaan. Usai dicek, ternyata seseorang mengirimkan sesuatu ke grup kelas mereka.














































Lee Seokmin

Seungkwan ditemukan tewas gantung diri di kamarnya, pukul 04.01 sore.



































-Salovagant-

[250520]

Salovagant | seventeen ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang