Now playing
Without You ; Seventeen...
Senyum Soonyoung memudar ketika Yerin sudah tak lagi tampak. Gadis berponi bulan itu masuk ke rumah, setelah mengucapkan 'hati-hati' padanya.
Soonyoung memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat, kemudian langkahnya memacu pada jalanan beraspal.
Niat hati ingin langsung pulang ke indekos, tapi mengingat persediaan makanan tinggal sedikit, akhirnya Soonyoung memutuskan singgah ke minimarket dekat rumah Yerin.
Berbicara tentang minimarket itu, Soonyoung lagi-lagi teringat sosok Chan. Ketika ibu mereka meninggal, dan ayah mereka pergi entah kemana, Soonyoung dan Chan memutuskan untuk bekerja.
Keduanya memilih pekerjaan yang berbeda. Jika Soonyoung bekerja sebagai pelayan Kafe Vagant, lain pula dengan Chan yang bekerja sebagai kasir di minimarket.
Soonyoung masih ingat ketika Chan bersikeras ingin kerja di minimarket, karena merasa lebih nyaman. Tidak diawasi dan pekerjaannya ringan. Ia mengaku, hanya membutuhkan kopi supaya bisa begadang sampai tengah malam.
Chan juga sering membawa pulang makanan-makanan dari minimarket yang hampir kadaluarsa. Mengingat bagaimana kondisi keuangan mereka, terpaksa Chan dan Soonyoung bergantung pada makanan itu.
Namun, semuanya kini tinggal kepingan kenangan.
Soonyoung memasuki area dalam minimarket, diliriknya meja kasir yang dijaga oleh seorang pria. Soonyoung hanya melihatnya samar-samar.
Satu hal yang pasti, tempat itu bukan lagi dikhususkan untuk Chan.
Soonyoung menjelajah penjuru sembari menimang-nimang apa saja yang ia perlukan. Usai memilih dan memilah, Soonyoung beranjak ke kasir, netranya sempat bersinggungan dengan si penjaga.
"Soonyoung?"
Mulanya Soonyoung ingin menyapa lebih dulu, namun tidak jadi. Sebab, Hansol sudah lebih dulu menyapanya. "Hansol? Lo kerja di sini?" tanya Soonyoung tanpa menyembunyikan keterkejutan.
"Minimarket ini punya nyokap gue," paparnya sembari memeriksa satu per satu barang yang dibeli Soonyoung. "Semenjak Chan nggak kerja, gue yang disuruh nyokap jaga. Padahal kan gue bentar lagi ada OSN, mana sempat belajar kalau gini."
Soonyoung terkekeh mendengar pengakuan Hansol. Sebenarnya, ia sudah tau dari jauh-jauh hari kalau minimarket ini milik keluarga Hansol, Chan yang memberitahunya tepat di hari pertama kembarannya itu bekerja. Namun, ia lupa. "Sabar."
Hansol memasukkan barang belanjaan Soonyoung pada plastik besar. "Udah sabar banget nih gue," sahutnya jutek.
Tanggapan Hansol hanya dibalas senyuman oleh Soonyoung. Setelah membayar semua belanjaan, Soonyoung pamit pulang. "Gue balik dulu."
"Oke, makasih ya." Suara Hansol masih terdengar ketika Soonyoung beranjak keluar minimarket.
Soonyoung kembali berbaur dengan angin malam, sembari menenteng plastik berisi kebutuhan pangan yang bisa bertahan selama seminggu ke depan.
Sekitar sepuluh meter dari minimarket, Soonyoung melihat sosok bertudung hitam yang tadi menabrak Yerin. Sosok itu berjalan menuju sebuah gang sempit yang jarang dijangkau khalayak.
Soonyoung mengikuti langkah sosok itu. Gelagatnya mencurigakan dan misterius.
Namun tampaknya orang itu sadar kalau diikuti, hingga langkahnya dipercepat. Soonyoung ikut mempercepat langkahnya juga, tapi keberuntungan sedang tidak berpihak padanya, Soonyoung ketinggalan jejak orang misterius itu.
"Sial," umpat Soonyoung, kemudian berbalik.
Entah mengapa, Soonyoung merasa tidak asing dengan orang itu.
👣👣👣
Kantin sangat ramai.
Soonyoung mengedarkan pandang, mencari tempat kosong. Netranya menangkap Wonwoo yang tengah duduk sendirian di meja kantin paling pojok. Soonyoung berjalan mendekat, untung saja di dekat Wonwoo masih ada kursi kosong.
"Gue duduk di sini, ya." Belum lagi Wonwoo menjawab, Soonyoung telah mendaratkan pantatnya di kursi. "Udah pada penuh soalnya."
"Hm," gumam Wonwoo sebagai jawaban.
Soonyoung tidak dekat dengan Wonwoo. Kepribadian mereka bertolak belakang, sehingga untuk sekadar berteman saja tampaknya sulit.
Soonyoung memperhatikan Wonwoo yang tampak gelisah. Cowok itu hanya mengaduk makanannya sedari tadi, seperti memikirkan sesuatu.
"Mau?" tanya Soonyoung sekadar basa-basi seraya menyodorkan sandwich yang ia bawa dari rumah. Soonyoung berada di kantin hanya untuk memesan minum, dan meminjam tempat untuk makan siang.
Wonwoo menggeleng. Alhasil, Soonyoung menarik kembali bekalnya hingga merapat pada tubuhnya. Tanpa perbincangan lagi, Soonyoung segera melahap bekalnya dalam gigitan super besar.
Meski mulut Soonyoung sedang mengunyah, netranya tidak lepas dari Wonwoo. Cowok itu masih setia mengaduk makanan tanpa niat melahapnya. Kasihan sekali, seperti seseorang yang banyak beban hidup.
"Won, makasih ya coklatnya, aku suka banget."
Tubuh Soonyoung terlonjak ketika tiba-tiba seorang gadis mendekat. Gadis itu Umji, gadis yang membuat Chan tergila-gila dan jatuh cinta padanya. Tapi, ada apa ini? Kenapa Umji terlihat dekat dengan Wonwoo?
Soonyoung memperhatikan Wonwoo. Raut wajahnya yang tadi suntuk, kini digantikan dengan wajah berseri-seri. "Iya, syukur deh kalau kamu suka." Cara bicaranya kikuk, membuat Soonyoung semakin yakin bahwa ada apa-apa di antara Wonwoo dan Umji.
Umji berlalu, namun senyum di wajah Wonwoo tidak memudar sama sekali.
"Tadi, cewek lo?" tanya Soonyoung.
Wonwoo seketika terlihat gugup. "Bukan."
"Oh, lo suka sama dia?"
Soonyoung mengira, pertanyaannya tidak akan dijawab oleh Wonwoo. Di luar dugaan, cowok itu ternyata menganggukkan kepala, pertanda bahwa ia mengakui perasaannya terhadap Umji. "Iya, udah lama gue naksir dia."
Soonyoung menghela napas, lagi-lagi suasana membuatnya mengingat Chan.
OVV
-Salovagant-
[200520]
Next?
'Who?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Salovagant | seventeen ✔
Fanfiction"11 Januari 2020. Telah ditemukan mayat seorang siswa di ruang kelas 11-1, SMA Salova. Menurut kepolisian, siswa itu mengalami depresi sehingga memilih untuk bunuh diri." Soonyoung yakin, Chan mustahil melakukan hal-hal yang tidak masuk akal seperti...