Sixteen

654 127 21
                                    

...

Sudah berulang kali Soonyoung mengusap wajahnya kasar karena frustasi. Berulang kali pula ia membaca materi kimia, berharap memahami maksud dan arti, namun yang Soonyoung dapatkan hanyalah pusing berkelanjutan.

Soonyoung langsung menghadap buku kimia yang tadi ia pinjam dari perpustakaan usai pulang dari bekerja. Kantung hitam yang menghiasi mata sipitnya tak ia jadikan halangan. Sebab ia bertekad mendapat nilai penuh ketika post test kimia yang akan diadakan besok lusa.

Tetapi kalau bukan bakat, tentu susah tuk jadi profesional. Apalagi Soonyoung jarang mendengarkan guru kimia ketika sedang menjelaskan materi. Terdengar helaan napas, ternyata kimia tidak semudah yang ia bayangkan.

Soonyoung menutup buku paket kimia itu secara kasar. Tekad mendapat nilai penuh mendadak hilang digantikan dengan rasa malas dan menyerah. Mungkin ia akan serahkan saja nasibnya, jika beruntung, semua akan baik-baik saja.

Ketika melempar buku kimia itu ke meja belajar, Soonyoung terheran karena ada kertas yang mencuat dari dalam. Meski malas, ia bangkit juga untuk mengambil kertas itu. Mungkin sampah yang ditinggalkan oleh peminjam sebelumnya.

Tentu tidak asing bagi pelajar yakni kegiatan menyelipkan lembaran kertas pada buku paket, entah karena takut hilang atau menjaga supaya tidak lepek. Tapi pada akhirnya, kebanyakan pasti akan melupakannya dan perlahan menghilang.

Awalnya Soonyoung mengabaikan sampah itu, namun ketika melihat tulisan tangan yang tak asing, sontak ia tak lagi berpikiran kalau kertas itu adalah sampah.

Tunggu!

Ini adalah sobekan buku harian Chan yang hilang!

👣👣👣

Ada dua lembar kertas yang Soonyoung temukan. Keduanya ditulis di hari yang sama.

Kertas pertama.

11 Januari 2020

Orang yang kelihatannya baik, belum tentu beneran baik. Mungkin frasa itu yang saat ini menggambarkan perasaan gue. Kekaguman yang ada telah berubah menjadi stigma.

Tadi, gue nggak sengaja dengar Jisoo ngobrol sama seseorang lewat telepon. Gue penasaran. Akhirnya, gue melangkah ke ruang komputer.

Tapi fakta yang gue dengar benar-benar di luar nalar. Jisoo bukan orang baik. Dia pembunuh. Sosok yang dengan kejamnya membunuh Park Jihoon, anak kelas 11-2.

Bodohnya lagi, gue ketahuan nguping. Saat itu jantung rasanya mau copot karena Jisoo sadar kalo gue ada di dekatnya.

Gue nggak bisa kabur. Jisoo udah lebih dulu mengunci pergerakan. Dia bilang, gue harus tutup mulut kalo nggak mau ada sesuatu yang buruk terjadi.

Demi apapun, gue takut banget sampai sekujur tubuh gemetar. Tapi untungnya dia nggak ngapa-ngapain, karena setelah itu dia ngebiarin gue pergi.

Sejujurnya, gue bimbang. Rasanya pengen banget ngungkapin semuanya pada pihak berwajib, tapi gue nggak punya bukti akurat.

Pada akhirnya, gue cuma bisa diam. Meski tau semuanya, gue nggak punya keberanian menguraikan kata.

Secara tidak langsung Chan telah menceritakan tabiat Jisoo yang sebenarnya pada Soonyoung.

Soonyoung tak pernah sekali pun berpikir jika Jisoo adalah manusia keji, bohong jika ia tidak terkejut ketika mengetahui fakta ini.

Pikiran Soonyoung serabut, akar-akarnya menjadi satu pusat. Mungkin kah Jisoo pelakunya? Orang yang sudah membantu Seungkwan membunuh Chan?

Soonyoung tidak berhenti. Intimidasinya masih berlanjut ke kertas kedua.

11 Januari 2020

Orang itu sempat menelepon kala aku masih berada di kelas. Hanya aku sendiri, terdiam membisu sembari menunggu kedatangan yang dinanti. Niat diri ingin pergi dan tidak memedulikan ajakannya bertemu sebab latihan dance akan dimulai, tapi hatiku mengatakan supaya tetap tinggal.

Aku jarang mengobrol dengan teman itu sebab kami tidak dekat. Lantas, perasaan canggung memberiku ruang, mungkin dia ingin membicarakan hal penting. Setiap lapisan yang memenuhi otak dan hatiku tidak selaras, aku harus mempercayai siapa?

243615

Soonyoung menghela napasnya yang tersekat. Dari kedua kertas yang sudah ia baca, pasti kertas kedua adalah lembar terakhir. Sebab, Chan menulisnya tepat sebelum nyawanya direnggut.

Tetapi Soonyoung menemukan keanehan di sini. Seungkwan dengan jelas menuliskan bahwa di akhir lembar buku harian Chan, kembarannya itu sempat menceritakan tentang pembunuh itu. Tetapi, fakta yang ia dapat berbanding terbalik dengan ekspektasi yang ia harapkan.

Chan tidak menulis nama pembunuh itu.

Awalnya ia mengira akan mudah jika ia mendapatkan lembar terakhir, namun nyatanya tidak semudah itu. Ia harus mengorek informasi lebih dalam tentang rekan Seungkwan yang diyakini merupakan anggota kelas 11-1 juga.

Yang membuat Soonyoung lebih penasaran lagi, mengapa lembaran kertas itu ada di buku kimia milik perpustakaan? Apa pembunuh itu pernah meminjam buku yang sama?

Lalu, Jisoo. Kecurigaan Soonyoung terhadap Ketua OSIS itu meningkat drastis sebab terakhir kali, Chan diancam olehnya. Mungkin saja Jisoo adalah pelakunya. Untuk membuktikan kecurigaannya beralasan, Soonyoung telah menyiapkan rencana.

Besok, dia akan memeriksa daftar peminjam buku perpustakaan. Lihat saja, kali ini rencananya pasti akan berhasil. Kolega Seungkwan bisa segera ia temukan.
































359





















































-Salovagant-

[300520]

Salovagant | seventeen ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang