Hikikomori (引きこもり, ひきこもり, atau 引き籠もり, arti harfiah: menarik diri, mengurung diri) adalah istilah Jepang untuk fenomena di kalangan remaja atau dewasa muda diJepang yang menarik diri dan mengurung diri dari kehidupan sosial. Istilah hikikomori merujuk kepada fenomena sosial secara umum sekaligus sebutan untuk orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok sosial ini.
fenomena sosial yang terjadi di Jepang dimana seorang remaja/dewasa menarik diri dari kehidupan sosial dengan mengurung diri seharian dirumah. Di Jepang sendiri jumlah penduduk hikikomori sudah mencapai jutaan, sebenarnya hal ini tidak cuma terjadi di Jepang saja, negara-negara Asia lain termasuk Eropa juga mengalami kejadian yang sama, lalu pertanyaannya mengapa hal ini bisa terjadi?
Pertama kita coba mulai dari kultur dan kehidupan sosial di Jepang, siapa yang suka dengan budaya Jepang? Negeri matahari terbit ini memang sangat dikenal dengan kemajuan teknologinya. Jepang memiliki banyak budaya dan kebiasaan yang dianggap unik oleh banyak orang diseluruh dunia, yang menjadi sisi uniknya adalah walaupun negara yang dipimpin oleh seorang kaisar ini sudah memiliki teknologi yang sangat maju, masyarakatnya sangat menjunjung tinggi budaya nasional maupun tradisional. Masyarakat Jepang bahkan banyak yang tidak bisa berbahasa asing selain bahasanya sendiri karena menganggap jika pihak asing ingin bekerjasama maka lebih baik merekalah yang belajar bahasa Jepang.
Menurut Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang, definisi hikikomori adalah orang yang menolak untuk keluar dari rumah, dan mengisolasi diri mereka dari masyarakat dengan terus menerus berada di dalam rumah untuk satu periode yang melebihi enam bulan.
Menurut psikiater Tamaki Saitō, hikikomori adalah "Sebuah keadaan yang menjadi masalah pada usia 20-an akhir, berupa mengurung diri sendiri di dalam rumah sendiri dan tidak ikut serta di dalam masyarakat selama enam bulan atau lebih, tetapi perilaku tersebut tampaknya tidak berasal dari masalah psikologis lainnya sebagai sumber utama.
"Pada penelitian lebih mutakhir, enam kriteria spesifik diperlukan untuk "mendiagnosis" hikikomori.Meski tingkatan fenomena ini bervariasi, bergantung kepada individunya, sejumlah orang bertahan mengisolasi diri selama bertahun-tahun atau bahkan selama berpuluh-puluh tahun. Hikikomori sering bermula darienggan sekolah (istilah Jepang futōkō (不登校) atau istilah sebelumnya: tōkōkyohi (登校拒否).
Pada masa pimpinan Keshogunan Tukogawa dikisaran tahun 1633-1639, pemerintahannya memberlakukan politik Sakoku. Kebijakan tersebut juga memiliki makna politik terkunci, dimana warga asing dilarang masuk ke negara Jepang dan sebaliknya warga lokal tidak boleh keluar negeri. Jika peraturan tersebut dilanggar, maka akan ada ancaman hukuman mati khususnya untuk masyarakat Jepang. Baru pada masa Restorasi Meiji, Jepang mau membuka diri terhadap dunia luar. Tujuan utama dari peraturan Sakoku dalah agar budaya asing tidak merusak budaya lokal, tetapi semenjak perkembangan pengetahuan diluar negeri seperti Eropa terus mengalami kemajuan pesat, pelan-pelan Jepang berkeinginan untuk mengikuti dan mau membuka sistem isolasinya.
Mungkin dipengaruhi dengan budaya masa lalu, masyarakat Jepang akhirnya memiliki karakteristik cenderung introvert. Disiplin dan etos kerja yang tinggi membentuk karakter workaholic juga turut menyumbang pola berpikir mereka yang sedikit tertutup, mereka tidak akan terlalu terbuka dengan orang asing di luar hubungan profesionalitas. Meskipun cenderung kaku, seiring bercampurnya budaya lokal dan budaya asing, terbentuklah ciri khas baru yang juga tak kalah otentik, sebut saja manga atau komik Jepang, anime, musik Jepang (J-Pop), cosplay dan termasuk hikikomori.
Hikikomori jika dipandang dari kacamata sosiologi dianggap sebagai penyakit sosial. Pelaku hikikomori melakukan sebuah tindakan pengucilan diri (mengasingkan diri) dari dunia luar selama jangka waktu berbulan-bulan (biasanya lebih dari enam bulan). Seorang pelaku hikikomori akan memutuskan komunikasi dan tidak berinteraksi dengan teman dan kawan-kawannya namun masih berhubungan dengan keluarganya, walau dibeberapa kasus ada pula yang malah yang menjauhi diri dari keluarga. Ketika melakukan hikikomori, seseorang juga tidak bekerja, tidak bersekolah atau melakukan aktivitas lain diluar rumah. Apalagi dengan perkembangan teknologi serba internet sekarang, pelaku hikikomori tidak akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya tanpa harus keluar rumah. Mereka bisa berbelanja online dan menunggu barang kiriman sampai dirumah dan pilihan bekerja dari internet juga banyak tersedia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mental Health Awareness
Science FictionAku bukan si ahli perangkai kata, hanya saja penikmat kesedihan dan ketersiksaan yang orang lain rasa. Melihat mereka tersiksa kebahagiaan tersendiriku. Mau mendengar kisah kisah ku? jangan baca jika kalian tak sanggup membacanya, jangan salahkan ak...