Hyuna duduk di bangku taman. Ia melirik arloji yang bertenger manis dipergelanganya untuk sekian kalinya. Waktu terasa melambat. Satu menit berlalu rasanya seperti satu jam. Sudah satu jam Hyuna menunggu. Tetapi, orang yang ditunggu belum juga menampakkan batang hidungnya.
Hyuna tidak pernah menyangka bisa bertemu Jimin untuk yang kedua kalinya. Hyuna pikir pertemuan pertamanya dengan Jimin adalah sebuah kebetulan atau bahkan hanya halusinasi. Sekarang lihatlah, berawal dari ponsel hilang, yang kini membawa dirinya lebih dekat dengan idolanya.
Taman ini sepi, tidak ada siapapun selain Hyuna di taman ini. Sekarang musim dingin, orang-orang terlalu malas untuk keluar.
Hyuna merapatkan mantel. Sekali lagi ia melirik jam tangannya. Pukul 12 lewat 23 menit. Ini sudah sangat terlambat. Apa Jimin lupa?
Hyuna menghela napas, asap putih langsung mengepul keluar. Ia beranjak berdiri. Ia tidak pergi. Hanya berjalan-jalan mengusir bosan. Hyuna berjalan melewati tumpukan salju. Baru beberapa menit ia berjalan-jalan mengelilingi taman, dari belakang terdengar suara langkah kaki mendekat.
Hyuna menoleh kebelakang.
"Maaf lama menunggu?" kata orang itu.
"Tidak apa-apa. Kau sudah datang, itu yang penting."
Syal putih terlihat membelit leher orang itu. Tentu saja ia tidak akan lupa dengan masker dan tudung mantel yang menutupi rambutnya. Jimin sengaja memakai pakaian yang sangat tertutup. Ia tidak ingin orang-orang tahu, apalagi saat ini ia sedang bersama seorang wanita.
Hyuna menegembangkan senyum terbaiknya. Hyuna sangat yakin pria ini adalah Jimin. Bukan saja dari suaranya yang meyakinkan, tapi juga dengan bentuk mata. Hyuna sudah memastikan pipinya memerah sekarang ini.
Jimin menurunkan maskernya, memamerkan senyum. "Maaf aku terlambat."
"Tidak apa-apa." Hyuna menundukan kepala, tidak ingin terlalu lama melihat wajah Jimin.
Mereka berjalan berdampingan mengelilingi taman. Tidak ada satupun dari mereka yang berinisiatif memulai pembicaraan. Ah, tidak. Lebih tepatnya canggung.
Jimin memejamkan mata, membiarkan angin dingin taman menerpa wajahnya. Sudah lama sekali Jimin tidak merasakan suasana seperti ini. Jimin sangat merindukan perasaan ini. Tidak ada suara langkah kaki staff yang berlalu lalang. Tidak ada suara teriakan pengemar. Tidak ada suara tepuk tangan. Atau suara lain yang selalu memenuhi pendengarannya. Yang ada hanya perasaan damai dan menenangkan. Beruntung sekali agensi memberikan waktu libur untuk semua member Bangtan, meskipun hanya tiga hari. Tetapi, bagi Jimin itu cukup membuatnya merasa lebih baik. Ia bisa beristirahat dari semua jadwal melelahkan yang seperti tanpa akhir itu.
Hyuna tidak mau menggangu ketenangan idolanya. Sejujurnya Hyuna ingin sekali mengobrol bersama Jimin, tapi ia tidak tahu bagaimana memulainya. Hyuna lebih memilih mengurisi kesibukkannya sendiri, mengatur jantungnya agar tidak lepas dari tempatnya.
"Taman ini sepi sekali." Jimin mencoba membuka pembicaraan. Kepalanya menoleh kekanan dan kiri, memastikan tidak ada orang yang melihat.
"Nee. Sejak tadi tidak ada siapapun." Hyuna sedikit menundukkan kepala, enggan menatap lawan bicaranya. Bisa-bisa usaha mempertahankan jantungnya gagal.
"Oh iya, bagaimana dengan teman-temanmu saat konser waktu itu? Apa mereka meminta maaf?"
"Iya begitulah. Salah satu temanku bilang dia memiliki urusan yang sangat mendadak, jadi terpaksa meninggalkanku." Hyuna sedikit menaikan wajahnya, tetapi masih tidak berani menoleh kekanan. "Jimin-ssi, maafkan aku karena menghilang begitu saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Secret
FanfictionAku adalah gudang rahasia mereka. Aku adalah pendengar yang baik. Mereka memberi tahuku dengan suka rela dan aku akan merahasiakannya. Mereka adalah sahabatku. Dua gadis dengan rahasianya sendiri. Gadis Korea itu bernama Byun Hyuna. Gadis berhati ha...