Menjalani kehidupan selama di sekolah adalah hal yang melelahkan bagi semua pelajar, pengecualian bagi dia yang sangat suka belajar. Jihan Apsari Laksani, gadis dengan perawakan yang mungil ini memang tak begitu pandai dalam bidang akademik. Namun ia selalu berusaha agar mampu mendapatkan nilai yang baik disetiap ulangan-ulangannya.
Membuat ayahnya bangga adalah salah satu tujuan hidupnya selain beribadah. Di dunia ini ayahnya yang bernama Hasan Ginanjar adalah salah satu sosok yang benar-benar ia sayangi. Sosok yang selalu melindunginya, menyayanginya, bahkan dengan rela membuat kulitnya harus terkena sinar matahari demi mencari nafkah untuk membiayai kebutuhan hidupnya.
"Ayah, nanti Jihan bakal buat Ayah bangga dengan toga yang Jihan pakai."
Itulah janjinya pada Sang ayah yang menginginkan Jihan untuk mengenyang pendidikan setinggi-tingginya.Kembali ke kehidupan nyata, Jihan kini tengah berkutat di dapur untuk menyiapkan makan malam. Sang ibu sudah pergi menghadap Allah SWT saat melahirkannya, ia hanya bisa tahu rupa sang ibu lewat foto-foto yang diberikan oleh Hasan. Terkadang ia sedih akan hal itu, namun sisi lain ia selalu bersyukur karena masih memiliki ayah yang selalu mendampinginya hingga saat ini dan juga mampu membuat Jihan sedikit merasakan kasih sayang seorang ibu.
"Ayah makanannya udah siap," teriak Jihan dengan dua mangkuk makan di tangannya. "Ayah," ia kembali memanggil sang ayah sambil menaruh mangkuk tersebut di meja makan.
"Iya nak," terdengar suara Hasan menyahutinya. "Hmm," Hasan menghirup aroma masakan sang putri, "masak apa Jihan hari ini?" Tanyanya sambil menarik kursi meja makan.
"Jihan masak nasi pastinya, terus Jihan masak tumis jamur sama lele balado." Nampak wajah sumringah Jihan saat memberitahu sang ayah mengenai masakannya. "Dimakan ya yah, Jihan mau ngerjain PR dulu."
"Eh, nanti saja ya ngerjain PR nya," cegah Hasan. "Mending Jihan temani ayah makan, ya?" Akhirnya Jihan pun mengurungkan niatnya untuk menyelesaikan tugas sekolahnya, ia memutuskan untuk menemani sang ayah makan.
Beberapa menit kemudian makan-makan mereka pun selesai. Semua makanan sudah kembali tertata rapi di menjadi makan, namun Jihan dan Hasan masih melahap buah-buahan sebagai pencuci mulut.
"Oiya yah, besok Jihan kayaknya pulang sore." Jihan memulai pembicaraan.
"Loh, kenapa?"
"Jihan ada rapat OSIS di sekolah," jawab Jihan lalu mengambil piring-piring kotor.
Hasan pun mengangguk-angguk, "hati-hati ya pulangnya."
Jihan mengiyakan ucapan sang ayah lalu melangkah menuju dapur untuk menaruh piring-piring kotor itu.
"Jihan," panggil Hasan pada Jihan yang tengah mencuci piring.
Jihan pun segera mencuci tangannya dan mengelapnya hingga kering.
"Iya yah!" Jawabnya setengah berteriakSetelah Jihan berada di hadapannya, Hasan segera mengadukan apa yang tengah ia rasakan. "Beberapa hari ini entah kenapa ayah selalu gelisah," adu Hasan pada sang putri.
"Ayah gimana sih, kan kata ayah kalau kita lagi gelisah perbanyak istighfar, iya kan?" Jawab Jihan diselingi tawaan.
"Sudah Jihan, tapi masih saja ayah gelisah," Hasan berucap dengan wajah yang sulit diartikan. "Yang ayah risaukan itu tentang kamu nak."
Seketika Jihan menghentikan aktivitas mengunyah buah pisang. Wajahnya mendadak takut. Ia pun beranjak menghampiri Hasan. "Ayah," ia memeluk Hasan dari belakang. "Jihan di sini, Jihan di samping ayah. Jihan gak akan pergi ke mana-ma kok."
Entah mengapa suasana menjadi sendu saat itu juga. Baik Hasan maupun Jihan sama-sama larut dalam suasana itu. "Ayah percaya kamu gak akan tinggalin ayah, tapi mungkin ayah yang lebih dulu tinggalin kamu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Gardapati
Action[ ⚠ Jangan lupa vote ya.. ] Bagi seorang Jihan Apsari Laksani, jodoh adalah cerminan diri, sesuai dengan yang dikatakan dalam Islam. Tapi pandanganya tentang jodoh adalah cerminan diri berubah saat ia menikah dengan Akas Gardapati. Seorang ketua gan...