Hermione's POV
Place : Mall***
Yeah, karena gue sibuk kerja gue ga sempat memikirkan yang namanya belanja untuk lebaran.
Toh, baju lebaran 3 tahun yang lalu masih bisa dipakai. Tapi, ya malu.
Pasti diomelin emak kalau makai baju yang itu. Tapi apadaya, gue emang sibuk banget dan hak sempat buat beli-beli begituan.
Mana THR belum keluar, dan kantor gue baru ngasih makan-makanan.
Mirisnya hidup sendiri. Gue yakin nanti lebaran keluarga gue bakal nanya kapan nikah lah, kapan bawa cowo lah. Aduh.
Gue menjambak rambut gue pelan untuk menghilangkan rasa pening. Gue check handphone gue dan ya, ini tanggal 1 juni. 5 hari lagi lebaran, dan yaa hari ini gue terakhir kerja.
Pukul 8 malam, rumah berantakan, perut mulai demo, mau delivery juga duit menipis.
Miris amat sih hidup gue.
Pukul 9 malam gue baru mandi, dan memakai celana panjang levis, serta baju kemeja lengan 1/4. Gue telepon temen gue, Harry.
"Hallo Har.. Iya gue baru pulang kok.. Gue gak mudik, lu sendiri sih?.. Oia gue mau kerumah lu ya.. Nginep gitu gue kehabisan stok makanan sekalian nebeng sahur.. Ettdah ngertiin ngapa jomblo ni gue.. Kagak mau gue ama Ron.. Cendric cute tho.. Ih apaan dah jadi comblangin gue gini.. Bodoamat intinya gue mau nginep dirumah lu nebeng sahur. Gue nyampe setengah jam lagi."
Harry Potter, ya itu sahabat gue dari Sekolah Menengah Pertama. Dia udah gue anggap seperti kakak gue sendiri.
Dia udah nikah, dengan Ginny, sahabat gue. Mereka pacaran dari SMA dan lulus S1 langsung nikah.
Dan gue ya.. Masih jones.
21:40 gue sampe dikediaman Harry.
Knock..
"Sebentar!" teriak Ginny dari dalam.
"Ginny!!" Guepun memeluk sahabat berambut merah gue dan nyelonong masuk. "Gin ada makanan ga? Gue laper."
***
Tanggal 3 Juni.
Astaga dua hari lagi lebaran. Kenapa cepet banget sih!Mau gak mau gue harus ke mall, beli sepatu karena sepatu gue yang lama udah ringsek dan baju gamis model terkini. Gamau dong dibilang gak up-to-date sama keluarga gue.
Mall London ramai banget cuk, gue sampai bingung mau beli apaan.
Hell yeah, gue udah dikasih THR dongs hehe. Mamer dikit gapapa kali ya. Toh ga ada jodoh yang buat dipamerin.
Gue cengengesan pelan, dan memilih sepatu berhak pendek berwarna biru.
Gue lihat ada ibu-ibu yang udah rada kolot samping gue. Dia ikut memilih sepatu pantofel hitam.
Gue senyum kearah dia, dan dia senyun balik.
"Nyari sepatu buat mba nya?" tanya .ibu-ibu itu.
"Eh iya bu, hehe."
"Loh suaminya enggak dibeliin?" tanya ibu-ibu itu. Kepo amat sih bu!
"Belum nikah bu, hehe." jawab gue dengan cengengesan lagi, "Ibu nyari sepatu buat suami?" tanya gue.
"Ah tidak. Saya dan suami sudah nyari duluan. Dan ini buat anak saya mba. Dia emang rada bandel kalau dibilangin dikit. Ngaret mulu orangnya." jelas ibu itu lagi.
Gue mulai ngebayangin kalau abak dari ibu ini itu gendut rambut berantakan dan kucel tidak keurus. Astaga jahat kali.
"Mother!" ucap seseorang tepat didepan gue. Gue gak menghiraukan dan masih fokus pada pencarian sepatu gue.
"Gimana kalau ini, nak?" tanya ibu-ibu itu.
"Enggak mau! Terlalu coklat."
Ih manja kali, masih untung dicariin lu! Dumel gue dalam hati.
"Okay yang ini? Hitam loh,"
"Hm gak mau!"
"Terus maunya apa?"
"Enggak mau apa-apa."
Yeuh codet. Kok gue emosi sendiri.
"Jangan gitulah, ini aja ya biar serasi sama father." ujar ibu itu.
Jujur gue kasihan.
Gak ada jawaban dari cowo itu. Dan gue berasa ada yang sedang memperhatikan gue. Mau gak mau gue liat tu orang. Yap, tepat. Dia lagi ngeliatin gue.
Ekspektasi gue salah. Gue kira dia gendut, kucel, buluk, burik. Ternyata.
Dia lelaki berambut pirang platina, yang berwajah pucat dan ganteng. Ya ganteng.
"Yaudah atuh kamu pilih nanti mother pilih baju buat kamu." ujar ibu itu, anak itu mengangguk. Dan berjalan kesamping gue.
Memilih sepatu pantofel.
"Mba minta saran dong." ujarnya.
Apaan sih sok arab banget.
"Apa?" tanya gue.
"Bagusan biru gelap, atau hitam?" tanya dia.
Sialan dia milih sepatu yang sama kek gue.
"Umm. Hitam bagus." jawab gue. Guepun mengambil sepatu hak berwarna biru gelap lalu memanggil mba-mba salesnya.
"Mba sepatu yang ini ya." ujar gue.
Mba-mba sales melihat gue heran, "Cuma satu mba?"
Iyelah satu banyak-banyak amat. "Iya cuma satu."
Mba sales itu tersenyum, "Maaf mba ini khusus couple. 1 pasang sepatu cewe dan 1 pasang sepatu cowo." ujar mba itu sambil menunjuk palang.
Yah si anju gue gak lihat.
"Oh gitu. Tapi saya suka yang ini."
Lelaki itu mengasih sepatunya ke mbanya, "Sama ini aja. Kan couple." ujarnya.
Gue ngelihat orang itu cengo.
Mba-mba sales itu mengangguk, "silahkan ke kasir ya."
"Okay." jawab gue.
"Gapapa kan? 100$ dapat dua, dan kita patungan." ujar cowo itu.
Gue mengangguk. Dan menenteng baju gamis yang udah gue beli.
Ibu-ibu tadi menghampiri gue dan anaknya.
"Eh kalian akrab banget dari jauh." ujar itu ibu-ibu.
Akrab ndasmu. Gue hanya senyum.
"Udah milih sepatu?" tanya ibu itu.
Anaknya mengangguk, "Udah. Kita berdua sepatunya mom, ternyata ini khusus couplean." jawabnya.
"Ah iya ini duit patungannya." gue ngasih 75$.
"Eh gak usah, gapapa gue ikhlas gue aja." jawab tuh cowo.
"Eh gak udah lah gak enak." jawab gue.
"Gapapa gue ikhlas suwer." jawab cowo itu. "Oia gue Draco Malfoy." ujarnya.
"Hermione Granger."
Ibu-ibu itu tersenyun, "Mother tunggu di McD ya, kamu mau juga?" tanyanya ke gue.
"Boleh tante, nanti saya bayar punya saya sen—" belum sempet gue nyelesein ucapan gue itu ibu-ibu udah pergi.
"Yaudah ayok ngantri."
Tbc..
Lanjutannya nanti sore ya..
Karawang, 04/06/2019
14:40
KAMU SEDANG MEMBACA
Dramione Ramadhan
Short StoryONE-shot DraMione setiap bulan Puasa. Untuk menemani hari-hari puasa kalian. Alternative Universe Dan oia soal Covernya. Jidat Hermione ilang duh. Gapapa ye? Males edit. Jangan ketawa liat muka Hermione ya. Disclaimer : mengandung bahasa kasar [Di...