Si Tua Bangka

1 0 0
                                    

"Siapapun yang pernah menyakiti gadisku akan mendapatkan akibatnya." [Hugara B]

***

Alfred terbatuk-batuk setelah menyesap kopinya yang terlalu panas, malam ini ia tidak berniat kemana-mana, pasalnya sudah beberapa hari putrinya tidak pulang, dan hari itu Lianscka hanya menelpon tanpa sempat mengatakan apapun karena Ayahnya itu terlebih dahulu mematikan telepon.

Alfred sebenarnya tidak peduli jika putrinya itu tidak pulang berapa hari pun, toh gadis itu sudah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri, tapi saat ini Alfred bergantung hidup dengannya, Lianscka lah yang menghasilkan uang untuk kebutuhan sehari-harinya.

Lelaki setengah baya itu meraih ponselnya yang tergeletak diatas meja, mendial nomor Lianscka yang lagi-lagi hanya dijawab oleh operator seluler. Kemana sebenarnya gadis itu?

Alfred tidak tau harus menghubungi siapa, putrinya tak pernah membawa teman ataupun pacarnya ke rumah, Alfred pun selama ini tak terlalu mempermasalahkan Lianscka berteman dengan siapapun di luar sana.

Apa terjadi sesuatu dengannya?

Alfred mulai cemas, ia meraih kunci mobil dan berjalan cepat ke arah garasi, akan tetapi apa yang di saksikannya di dalam garasi sungguh membuat lelaki berkemeja putih itu syok, seluruh lantai dibanjiri cairan merah pekat seperti darah.

"Apa-apaan ini? Siapa yang iseng mengerjai ku seperti ini?!" Alfred benar-benar murka.

Lelaki tua itu berjalan pelan mengitari garasi, sesekali ia melirik ke dalam mobilnya, tapi nihil, tak ada siapa-siapa disana.

Alfred mengumpat marah.

"Shit!!"

Ia memutuskan kembali ke dalam rumah untuk mengganti sepatunya yang terkena noda cairan merah pekat itu. Namun ketika lelaki itu hendak berbalik, kakinya terpeleset, Alfred terjerembab di lantai dengan posisi yang benar-benar tidak menguntungkan, pergelangan kaki kanannya terkilir.

Alfred kembali mengumpat.

"Shit!"

Lelaki setengah baya itu mencoba berpegangan pada dinding agar bisa berdiri, tapi lagi-lagi ia terjerembab ke lantai.

Alfred tidak putus asa, ia kembali mencoba untuk berdiri, seperti yang sudah-sudah lelaki itu gagal dan terjatuh untuk ke sekian kalinya.

Kesal usahanya sia-sia, Alfred mengambil handphonenya,menghubungi Helena dan meminta wanita itu datang ke rumahnya segera.

Seseorang yang dari tadi melihat kesialan Alfred tersenyum puas, "Ini baru permulaan, Tua Bangka!"

***

Helena datang satu jam kemudian, ia beralasan kesulitan menemukan Taksi.

Wanita berumur 35 tahun itu membantu Alfred masuk ke dalam rumah, tapi ia sama sekali tak melihat adanya cairan merah pekat yang Alfred ceritakan di telepon tadi. Apakah Alfred mulai berhalusinasi?

Setelah membawa Alfred ke dalam kamar, Helena pergi ke dapur mencari es batu untuk mengompres kaki kekasihnya yang terkilir. Ia melihat tumpukan piring kotor yang mulai berulat dan mengeluarkan bau busuk, wanita bersurai coklat kemerahan itu cepat-cepat menutup hidungnya, dengan sebelah tangan Helena mengeluarkan satu ice cube berukuran sedang, ia kemudian mengambil mangkuk stainless dari lemari penyimpanan dan segera membawa benda itu ke kamar Alfred.

"Putrimu apa belum pulang? Kulihat banyak piring kotor di dapur." Tanya Helena, ia mencari-cari keberadaan handuk kecil di dalam lemari pakaian Alfred.

"Begitulah... Kau mencari apa? Handuk kecil ada di laci bagian bawah."

Helena mengikuti instruksi Alfred. Wanita itu menemukan beberapa handuk kecil dengan sulaman inisial M di tiap-tiap ujung handuk.

"M?" Gumam Helena.

"Kau tau, Mariah dan kegilaannya." Alfred menjawab rasa penasaran Helena.

"Oh," Helena mengangguk, ia mengambil handuk kecil berwarna biru tua.

Dengan terampil wanita yang beberapa bulan berkencan dengan Alfred itu mengompres kaki kekasihnya.

"Aku tak keberatan mengurusmu, tapi piring kotor itu... Kurasa sebaiknya kau memanggil seseorang yang bisa menyingkirkannya, aku hampir muntah melihat belatung dan lalat di dapurmu." Ujar Helena jijik.

"Oke. Bagaimana kalau malam ini kau menginap? Aku akan merepotkanmu." Alfred mengerling mesum.

"Satu set bikini VS yang baru?" Tawar Helena meminta imbalan.

"Tak masalah, asal kau bisa memuaskan The Big Alfred..."

Helena tertawa. Wanita itu membasahi bibir atasnya dengan ujung lidah. "Sampai kau tidak bisa berdiri lagi!" Janji Helena.

Wanita bernama lengkap Helena McKenzie itu mendekati Alfred, "Bersiap-siaplah, aku akan memakanmu." Ancamnya penuh sensual.

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One Last BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang