"Perjodohan."
Di perjalanan hanya ada keheningan, tak ada pembicaraan apapun setelah kejadian tadi. Keduanya sama-sama diam membiarkan suasana sore di Jakarta menemani keheningan mereka. Laskar melihat awan yang mendung pertanda akan turun hujan, rintik-rintik hujan pun mulai turun.
"Pegangan! Gue mau ngebut. Udah mau hujan." Titah Laskar sedikit berteriak agar Aylin dapat mendengarnya.
Aylin yang sedang melamun pun tak mendengar ucapan Laskar. Dengan polosnya gadis itu mendekatkan kepalanya ke samping kepala Laskar.
"Kakak ngomong apa?" Tanya Aylin sedikit keras.
"Ck! Jauhi wajah lo! Cepet pegangan gue mau ngebut!!!"
Spontan Aylin langsung menjauhkan kepalanya dan segera memegang bahu Laskar untuk pegangannya.
Motor Laskar langsung melaju dengan kecepatan yang tinggi. Aylin yang takut pun hanya bisa memejamkan matanya dan terus berdoa agar mereka sampai tujuan dengan selamat. Laskar melajukan motornya seperti pembalap, sangat cepat sekali. Membuat Aylin memegang erat bahu lelaki itu. Laskar melihat wajah Aylin yang ketakutan dari kaca spion motornya sekilas. Wajah gadis itu menggemaskan.
Laskar yang memang tadi sudah di beritahu dimana arah rumah gadis itu oleh empunya sendiri tak perlu repot-repot untuk bertanya lagi. Karena daerah ini sudah tak asing baginya, mengetahui bahwa rumah sahabatnya, Arda juga di daerah ini hanya beda kompleks saja.
Setelah melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata, akhirnya mereka sampai di depan gerbang rumah Aylin yang menjulang tinggi. Laskar mematikan mesin motornya, lalu melepaskan helm fullface yang ia pakai ketika Aylin tak kunjung turun.
"Turun." Ucap Laskar dingin. Namun tak ada jawaban sama sekali dari gadis itu membuat Laskar menoleh ke belakang dan melihat wajah Aylin yang pucat dengan mata tertutup. Bibir mungil gadis itu seperti komat kamit seperti membaca mantra. Wkwk.
"Turun." Titah Laskar sekali lagi dengan nada sedikit tinggi membuat Aylin sedikit kaget. Perlahan mata gadis itu terbuka, pandangannya seolah bingung. Gadis itu menoleh kanan dan ke kiri mungkin memastikan sekarang ia berada di mana.
"Loh? Ini kan rumah Aylin." Ujarnya saat melihat di mana ia sekarang.
"Ck! Udah sampai. Turun lo!" Ketus Laskar.
"E-eh udah nyampe ya?"
Laskar tak menanggapinya, gadis itu segera turun dari motor Laskar. Kakinya sedikit bergetar mungkin efek takutnya masih ada. Laskar yang melihatnya sedikit kasihan. Sedikit. Ya hanya sedikit.
"Thanks kak," ucap Aylin tanpa menunggu balasan dari Laskar gadis itu langsung beranjak ke arah gerbang. Namun sebelum itu terjadi, Laskar memanggilnya.
"Heh!" Panggil Laskar.
"Manggil gue kak?"
"Hm,"
"Gue Aylin bukan Heh!" Koreksinya. Laskar hanya mengedikkan bahunya acuh.
"Gak jelas banget! Kenapa sih?!" Gerutu Aylin.
Laskar menunjuk kepala Aylin dengan dagunya membuat gadis itu sedikit bingung, tangannya langsung meraba kepalanya. Seketika dirinya menjadi malu karena lupa tak melepaskan helm milik Laskar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband (TERBIT)
Teen FictionBEBERAPA PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN [BELUM REVISI] ### Perjodohan? Gue rasa gue kembali lagi ke zaman Siti Nurbaya! ~Laskar Arleno Adhyasta Hanya bisa menerima kenyataan, membantah pun percuma bukan? ~Aylin Semira Bhadreswara [Sudah E...