SATU

132 13 0
                                    


Ada yang harus kau korbankan untuk mendapatkan sesuatu
Dan kamu harus mengorbankan seseorang untuk terluka demi kebahagiaanmu

_____

Gadis berambut sebahu melangkah menyusuri koridor dengan gontai. Senyumnya terukir begitu indah. Sungguh lukisan tuhan yang sangat sempurna. Matanya terbinar ceria. Raut bahagia itu terpampang begitu kontras pada wajahnya. Ia tak menghiraukan tatapan orang-orang yang menganggapnya gila ataupun aneh. Tingkat kepedean pada dirinya hari ini melonjak begitu tinggi.

Ia melangkah memasuki sebuah ruang kelas yang riuh. Senyumnya masih saja terbit dengan indah. Sebenarnya ada sedikit rasa cemas yang mengganjal hatinya. Entah karena apa ia tak tahu. Tetapi, ia tak mau merusak kebahagiaannya hari ini dengan memikirkan hal itu. Sebab, hari ini adalah hari pertama ia masuk sebagai siswi kelas XI. Dimana ia merangkap dua jabatan sekaligus yaitu sebagai Senior dan Junior. Matanya melihat sekeliling seolah mencari sesuatu.

"Deliiii kita satu kelas lagiiii yuhuuuuuu." pekikan itu membuat ia menoleh ke sumber suara. Ia tersenyum manis ke arah gadis itu. Namanya Aira Asqueela zhiyo. Mereka menjalin hubungan pertemanan sejak MOS hari ketiga. Hari di mana mereka dipertemukan untuk pertama kalinya dalam ajang hukum siswa karena terlambat datang. Sejak saat itu mereka menjadi dekat. Kedekatan mereka semakin merekat karena secara tidak sengaja, guru menyatukan mereka dalam satu ruang kelas.

"Gak usah teriak-teriak, Ai. Gue juga denger kali," sahut gadis berambut sebahu sambil mendengus sebal.

"Iya deh, duduk bareng gue lagi yah. Kita duduk di sana. Meja kedua dari depan, tepat di depan papan tulis."

"Bosen gue sama lo mulu, ntar dikira gue lesby lagi kan gak elit banget seorang Delia Nayra Qeenyth si cecans SMA Budi Negara diberitakan lesby apalagi dengan wanita jadi-jadian sejenis Aira Asqueela Zhiyo," ucapan panjang kali lebar sama dengan luasnya itu dihadiahi jitakan oleh sang lawan bicara. Jitakan yang sedikit keras menciptakan rasa sakit membuat ia meringis memegangi kepalanya.

"Kalo ngomong ngegas lupa rem, kebablasan!" oceh Aira sambil menggeleng tak percaya dengan isi otak sahabatnya itu terlebih dengan tingkat ke-PD-annya yang terlalu tinggi.

"Gak usah jitak juga kali, buk! sakit nih pala dedeq hiks...," ujar Deli mendramatisir keadaan. Aira ingin muntah rasanya melihat ekspresi kawannya itu, terlebih lagi telinganya menangkap suara dengan nada yang sangat menggelikan dan sangat menyiksa organ.

"Dosa apa gue, Del. Punya temen gini amat, astaghfirullah. Tobat gue punya temen kayak lo," ucap Aira sembari memasang wajah kesal.

"Waah, bagus tuh, Ay. Berarti kehadiran gue sangat bermanfaat bagi lo." Aira memutar bola matanya malas. Entah setan apa yang merasuki teman gadisnya sehingga tingkat ke-PD-annya semakin meningkat tinggi.

"Eh, Bahlul! Manfaat apanya? Yang ada lo bikin gue naik pitam saban hari," dumel Aira, sedangkan Deli terkekeh melihat tingkah absurd temannya.

"Yang ada mah gue selalu buat lo kangen, gak nongol satu jam aja lo cariin setengah mati kan, kan, kan," ujar Deli sambil mengedipkan matanya menggoda Aira.

"Bodoamat, Del. Gak peduli, seterah situ aja!" Deli sudah tak bisa lagi menahan tawanya.

Aira mendengus kesal lalu menuju bangku incarannya dengan langkah kaki yang dihentak-hentakan kode bahwa ia benar-benar kesal. Setelah gadis berambut panjang itu duduk di bangkunya, barulah gadis berambut sebahu menghampirinya dan menduduki kursi di sampingnya.

Jatuh MembisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang