TIGA BELAS

37 8 0
                                    

Kamu tak perlu repot-repot membuang waktumu hanya untuk menyakiti ku
sebab aku lebih mahir menyakiti diri sendiri
Ucapan mereka benar,
Bahwa mencintai diri sendiri jauh lebih sulit daripada mencintai orang lain

______________

Last child~Pedih🎶

Deli menyusuri jalanan bersama derasnya hujan. Hari sudah petang,tetapi mau tidak mau ia harus tetap melanjutkan perjalanannya sebab gadis itu tak mau Fasal khawatir. Gadis itu juga ingin segera sampai di rumah hari ini begitu melelahkan bagi Deli.

Deli berhenti sebentar disebuah penjual minuman keliling yang sedng berteduh di sebuah ruko didekat caffe. Deli memesan segelas susu coklat hangat.

"Pak, susu coklatnya satu," pesan Deli.

"Siyap, Neng. Neng teh kenapa hujan-hujanan begini atuh? meni masih pake seragam lagi," heran Si penjual.

"Pengen hujan-hujanan aja pak, udah lama ngga main hujan soalnya hehe," alibi Deli.

"Nanti sakit neng."

"Nggak kok pak udah kebal." Penjual minuman itu hanya mengangguk mengerti.

Tubuh Deli sudah begitu dingin tak karuan, bibir merah mudanya kini berubah menjadi pucat kebiruan. Seragamnya basah kuyup, untung saja tasnya anti air sehingga buku-bukunya tak ikut basah.

Deli melihat sekeliling, pandangannya jatuh pada seorang pria yang berada di dalam caffe bersama seorang perempuan. Mereka terlihat bahagia, tawa canda itu terlihat sangat renyah sekali. Melihat mereka Deli merasakan sedikit rasa iri. Andai saja Fano tak memiliki Salsa pasti Deli masih menepati tempat istimewa itu meskipun hanya sebagai adiknya. Sudahlah biarlah semua berjalan mengikuti alur.

Tunggu.

Sepertinya lelaki itu tak asing bagi Deli. Postur tubuhnya dan potongan rambutnya begitu familiar. Tetapi itu siapa? lelaki itu duduk membelakangi pandangan Deli sehingga muka nya tak keliatan begitupun dengan wanita yang duduk bersama nya. Siapa mereka?

Mengapa Deli jadi memikirkan mereka? Tidak penting.

"Neng ini susu coklatnya," ujar si penjual minuman itu sambil menyodorkan cup berisi susu coklat pesanan Deli.

"Eh iya pak, berapa?" Deli menerima cup tersebut lalu merogoh sakunya mengambil uang untuk membayar

"Lima ribu, Neng." Deli mengangguk mengerti lalu menyodorkan uang sepuluhribuan kepada pedagang itu

"Uangnya basah pak, kembaliannya buat anak bapak aja."

"Wah, makasih ya, Neng." pedagang itu terlihat sangat senang sekali, senyum Deli terbit melihat hal tersebut.

"Yasudah, saya permisi, Pak."

"Loh kan masih hujan. Kamu sudah kedinginan nanti sakit." benar ucapan penjual minuman itu. Hujan masih deras, tubuh Deli juga sudah kedinginan. Tetapi Deli ingin segera sampai di rumah. Kepalanya mulai berdenyut sakit, gadis itu tak mau ambruk dijalan lagian rumahnya sudah tidak terlalu jauh.

"Ngga papa pak, saya takut abang saya nyariin. Mari pak," ujar gadis itu sambil tersenyum .

"Monggoh-monggoh," balas penjual minuman itu, Deli melangkah meninggalkan tempat itu.

Jatuh MembisuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang