2

161 13 0
                                    

"Gue tau lu mau ngomong apa" setelah bicara itu Yohan memasuki kelasnya dan melemparkan tas ke tempat duduknya, untung lemparan nya pas kalau tidak sudah terkena teman didepannya dan masalah akan menjadi rumit.

.
.
.
.
.
.
🍂

"Jadi apa yang mau diomongin? Soal itu lagi?" Yohan duduk di depan wonjin setelah sampai di atap, ia tadinya melihat wonjin memainkan ponselnya dengan gelisah, tanpa menunggu wonjin memanggilnya yohan memposisikan dirinya di depan wonjin

"Iya hyung, jdi menurut hyung bagaimana?" Wonjin menatap manik hyungnya itu.

"Itu hak lo jin, lo boleh jadiin gua alasan seperti sebelum sebelumnya, gua gak akan keberatan" Yohan yang merasa ditatap oleh wonjin menunjukan senyumnya dan menyahuti pertanyaannya wonjin.

"Terimakasih hyung" ucap wonjin, ia kemudian mengetik sesuatu di ponselnya
"Tapi hyung, haruskah gua menurut kali ini?" Lanjut wonjin.

Yohan mengerti maksud Wonjin, ia tahu betul Wonjin sebenarnya adalah sosok yang sangat lembut dan baik, ia bahkan kadang tidak tega melihat semut terinjak, tetapi apakah Wonjin akan bisa menghadapi kenyataan kalau ia menurut untuk pulang kerumahnya. Yohan yakin 100% bahwa Wonjin mengatakan itu karena merindukan eommanya yang setiap hari mengirimi pesan kepada Wonjin untuk menjaga diri. Yohan tahu semuanya tentang Wonjin, bagaimana ia berakhir di sekolah ini terutama di dalam asrama yang penuh dengan peraturan ketat. Wonjin bukan tipe orang yang menurut akan sebuah peraturan konyol. Yohan mengetahui kehidupan Wonjin saat ia tak sengaja mendengar pembicaraan Wonjin dengan seseorang lewat telepon, saat itu Wonjin mengeluarkan sumpah serapah dari mulutnya dengan memanggil nama seseorang, dan saat itupun Yohan memancing Wonjin untuk menceritakan apa yang terjadi padanya kepada dirinya dan Eunsang. Yohan menatap Wonjin kemudian menghela nafasnya perlahan

"Jika lo mau menurut pada eommamu kali ini terserah, tapi lo bakal nyimpen dendam yang lebih dari ini nantinya" ucap Yohan,

"Gua mau balik ke kelas, lo tau kerjaan kelas tiga banyak banget" lanjutnya sambil menepuk pundak Wonjin, Yohan berharap dengan begitu kegelisahan wonjin akan berkurang sedikit, ia kemudian menghilang dibalik pintu atap yang terhubung dengan tangga dekat kelasnya.

setelah yohan pergi, wonjin hanya menatap lurus kedepan tanpa tau harus berbuat apa, ia kemudian merebahkan dirinya pada tempat dimana ia duduk sedari tadi, matanya menatap langit kemudian tertutup, ia berencana untuk membolos kelas jam pertama, masa bodoh dengan ketua osis maupun guru BK yang akan menegurnya, lagipula ia sangat sering melakukannya. Tidurnya terganggu saat sebuah buku mendarat tepat diatas perutnya, ia kemudian membuka matanya dan melihat siapa yang berani mengganggu tidur paginya.

"Aku heran, murid sepertimu yang sering bolos kenapa bisa sangat pintar? orang tuamu sepertinya benar benar mewariskan gen yang sangat hebat"

"Iya tebakan lo benar mereka sangat hebat, bahkan dalam hal menyembunyikan kebenaran"

Wonjin menatap orang itu tepat pada maniknya, ia kemudian mengambil posisi duduk dan menarik tangan orang itu untuk duduk didekatnya

"Kenapa masih disini? Mau bolos juga?" Ucap Wonjin

"Tidak, aku tadi mau mengembalikan buku Yoora eonni, kebetulan ngelihat Yohan oppa turun tadi, terus katanya tempat ini bagus buat cari ide nulis"

Wonjin hanya menganggukan kepalanya setelah mendengar perkataan teman sekelasnya itu, ia baru sadar diatas sini memang tempat terbaik untuk menetralkan pikiran, bukan saja anginnya yang segar, sekolah ini memang dikelilingi beberapa hutan dan gunung yang menjulang. Pantas saja para orang tua menyuruh anaknya bersekolah disini, bukankah lingkungan yang seperti ini benar benar mendukung dalam hal konsentrasi.

"Pergilah ke kelas, sebentar lagi bel akan berbunyi, kamu tidak mau membolos kan" Wonjin menyuruh teman nya itu untuk segera pergi ke kelas, lebih tepatnya ia mengusir karena ia butuh tidur untuk saat ini

"Yak, kamu mengusir ku?"

Wonjin hanya tertawa mendengar geraman kesal dari lawan bicara nya, dia sangat pintar untuk mengenali suasana

"Aku tidak mengusirmu yuri, hanya saja kau akan terlambat masuk kelas nantinya" sanggah wonjin untuk membela diri

"Yayaya terserah kamu, aku akan segera pergi, kembalikan bukuku dulu" ucap Yuri sambil mengadahkan tangan meminta kembali buku yang dilemparnya tadi

Wonjin memberikan buku itu kepada sang pemiliknya kemudian kembali pada posisi tidur setelah pemilik buku itu beranjak pergi dari duduknya

" Aku sangat iri pada kehidupanmu jin kamu selalu bisa tertawa seperti tidak ada masalah" setelah mengucapkan hal itu Yuri menunjukan senyumannya dan menghilang dari pintu yang sama saat Yohan pergi tadi.

"Muka happy gini belum tentu gak punya masalah, masalah gua banyak woy" teriak wonjin untuk menanggapi Yuri, tapi teriakan itu bahkan percuma karena Yuri sudah pergi dari tadi.

Wonjin tertawa tertahan, iri, apakah benar ada yang iri pada kehidupannya. Sungguh ironis, saat dirinya iri pada kehidupan oranglain yang menurutnya sempurna karena kehidupannya yang kacau, ada orang yang mengatakan bahwa dia iri pada kehidupan Wonjin. Wonjin menyunggingkan sudut bibirnya mengingat Yuri teman sekelasnya yang bahkan jarang bertegur sapa dengannya mengatakan iri pada dirinya.

"Benar benar unik" ucapnya sebelum pergi ke alam mimpi

.
.
.
.
🍂

Eunsang keluar terlebih dahulu dari kelasnya sejak bel istirahat berbunyi. Ia tahu bahkan sudah sangat hafal dimana sohibnya itu pergi membolos. Eunsang menginjakan kaki demi kaki untuk naik ke atap sekolahnya untuk mengajak sohibnya itu ke kantin, ia tidak mungkin kan pergi sendiri ke kantin untuk makan, seperti jomblo saja, walapun benar ia sedang menjomblo tetapi ia tidak mau terang terangan mengungkapkannya nanti akan menjadi bahan gosip di sekolah bahwa orang sepertinya yang sangat populer ternyata tidak memiliki pacar ataupun gebetan. Eunsang mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru atap tetapi hasilnya nihil, ia tidak menemukan orang yang sedang dicarinya, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, mencoba berfikir dimana sohibnya berada jika tidak disini, apakah sohibnya itu bunuh diri dengan cara melompat dari atap sekolah? Eunsang menggelengkan kepalanya untuk mengusir fikiran negatif yang sedang bersarang diotaknya, tidak mungkin orang itu akan terjun dari atap, iya kalau langsung mati, kalau tidak? Hanya menambahkan kesan kesakitan luar biasa. Eunsang kemudian berjalan turun dan menuju suatu tempat dimana orang yang dicarinya yaitu Wonjin berada, Eunsang yakin orang itu sedang berada disana.

FORGIVE | Ham Wonjin & Song Hyungjun |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang