5

77 6 0
                                    

Bel tanda masuk berbunyi, semua siswa berhambur ke kelasnya masing-masing, ada yang berlari dengan terburu buru, ada juga yang hanya santai. Eunsang pun sudah sigap di mejanya, namun dengan raut khawatir. Pasalnya sepuluh menit sebelum bel, setelah pembicaaraan anak baru, Wonjin mendadak pergi dengan tasnya. Eunsang hanya khawatir sahabatnya itu bertindak tidak wajar untuk menenangkan diri. Ia hanya tidak ingin kejadian dimana nyawa Wonjin hampir melayang terulang kembali.

Beda halnya dengan Eunsang yang sedang cemas didalam kelas, si Wonjin yang sedang menjadi pusat perhatian fikiran eunsang saat ini sedang menenteng tas ditangannya sambil melirik kebelakang, memastikan tidak ada orang yang mengikuti lankahnya. Hari ini ia berancana menghilangkan stressnya tidak perduli dengan permohonan eunsang tadi untuk menetap didalam kelas. Percuma saja ia didalam kelas hanya untuk tidur, lagian Wonjin sudah merasa dirinya pintar dan mudah menangkap apa yang dibicarakan orang lain walaupun dengan posisi tidur sekalipun.

Harus diakui Wonjin, bahwa memanjat tembok adalah satu satunya cara ampuh untuk bisa pergi dari penjara sekolah, tidak mungkin juga kan Wonjin harus lewat gerbang lalu menyapa satpam dan memohon untuk membukakan pintu gerbang dengan alasan membolos, yang ada jika ia melakukannya hanya berujung pada keuselessan.

Wonjin mengambil posisi memanjat tembok didepannya sambil sesekali masih melihat kanan dan kiri, takut ada bapak atau ibu gurnya lewat, bisa mampus dia kalau ketauan. Memanjat tembok ternyata juga melelahkan, buktinya sekarang kringat wonjin bercucuran, dari pelipis sampai lehernya

 Memanjat tembok ternyata juga melelahkan, buktinya sekarang kringat wonjin bercucuran, dari pelipis sampai lehernya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(anggap keringatnya Wonjin ya ^-^)


Setelah berhasil memanjat tembok wonjin melangkahkan kakinya menuju suatu tempat, bersiul dengan tangan di saku celananya.

"Kak Wonjin mau kemana sih, capek juga ngikutinnya"

--------


"Woy bro, sudah datang aja lo" ucap seseorang dengan wajah datar sesaat setelah Wonjin sampai di tempat yang ditujunya.

Wonjin tersenyum tipis
"Deket juga, gak jauh amat"

"Mau main sekarang?" Ucap seseorang lagi yang memiliki kesan seksi hanya dengan sekali lihat bibir dan matanya.

"Boleh sih, tapi bentar deh gua naruh tas dulu"

Wonjin bergegas menuju salah satu loker yang tersedia di sana, mengelap keringat dengan handuk yang senantiasa didalam tasnya, kemudian berbalik untuk bertemu 2 orang yang tengah menunggunya.

"Yunseong, lo beneran mau tanding one by one sama Wonjin ?" Orang dengan kesan seksi tadi menatap mata si pemilik wajah datar bernama hwang yunseong.

"Iya hun, 1 ronde aja lah, gua cuma mau balas kekalahan kemarin"

Wonjin tersenyum dengan satu sudut bibir terangkat, memberi arti sedikit mengejek pada yunseong

"Yuk coy langsung aja ,basa basi banget dah"

Wonjin mengambil langkah menuju tengah lapangan basket disusul Yunseong dibelakangnya. Kekalahan yang dimaksud Yunseong adalah kekalahan saat tim basket sekolah Wonjin mengadakan tanding dengan tim basket sekolah Yunseong, dan yang membuat Yunseong geram adalah kekalahan itu hanya berbeda 2 poin yang pada saat detik detik terakhir Wonjin berhasil mencetak angka dari dalam garis tiga poin.

"Satu, dua , tiga" sihun yang sekarang beralih menjadi wasit memberi aba-aba mulai lalu meniup pluit dengan melambungkan bola keatas yang langsung menjadi rebutan untuk yunseong dan Wonjin. Merka bermain didalam lapangan indoor dekat sekolah keduanya yang biasa dipakai untuk latihan biasa.

Ditengah poin poin yang sedang berusaha mereka cetak, seseorang dari tadi yang melihat mereka meletakan tangan disaku dan tersenyum

"Lo ternyata gak berubah kak Wonjin"

-----

FORGIVE | Ham Wonjin & Song Hyungjun |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang