2 - Andromedha dan Pasukannya

10.1K 971 84
                                    

"Ayo sini anak Papa. Pinter banget ya aktingnya!"

Andromedha memekik tajam ketika Arsen memberi tahunya bahwa Arkan tadi pura-pura pingsan dan menggemparkan Megananta. Lelaki itu menjewer Arkan tiada ampun sampai anaknya merengek seperti bocah yang barusan kehilangan layangan.

"Ampun Tuanku yang tampan. Hamba hanya memanfaatkan keadaan," katanya mendramatisir. Amdro masih enggan memberi sudah. Salah siapa main-main sama orang tua

"Bikin Papa jantungan aja! Papa tadi tuh masih main catur sama Pak satpam, gara-gara Adikmu telpon dan bilang kamu pingsan, Papa langsung pergi tanpa pamit!" ujar Andro bersungut-sungut. Arkan sesekali terkikik melihat ekspresi Papanya.

"Yee, diperhatiin Papa!"

"Menurut kamu Papa nggak pernah perhatian gitu sama kamu?!" Andro kembali mencomot telinga Arkan. "Coba bilang lagi Nak,"

"Pa-pa! Sakit Pa! Mau copot telingaku!"

Yang dilakukan Arsen hanya ketawa. Melihat saudaranya tersiksa adalah surga dunia. "Rasain, salah siapa sok-sok an nge-prank!"

"Diem lo babi, kang cepu!"

Masih belum puas dengan jeweran maut Andro, Arkan merasakan kuping satunya juga tertarik. "Mama ninggalin job iklan shampo nih buat kamu!" Vidra mengucap sembari meringis gereget. "Ternyata boongan?"

"Kamu juga Arsen! Kenapa baru bilang di rumah kalau ini cuma prank?! Kamu kan bisa WA Mama, biar Mama bisa lanjut kerja."

Arsen celingukan. "Ehmm, anu Ma..."

"Lain kali jangan telpon Mama kalau Abangnya cuma prank pura-pura pingsan!"

Arkan mengerucutkan bibirnya, "yah nggak asik. Padahal kalau dia ngeluh sakit maagnya kambuh kalian pada kalang kabut. Aku dilupain."

Mereka bertiga menatap Arkan horor. "Selaw-selaw, nggak kok Ma. Ngga kok Pa. Hehe. Canda maag, hehe."

Anak itu kabur ke kamarnya di lantai atas. Menyisakan tiga orang yang cuma geleng-geleng kepala. Arsen tadinya mau duduk dan nonton tv, namun melihat dua orang tuanya tengah saling melempar pandangan kaku, ia akhirnya mundur dan memilih untuk menyusuk Arkan.

Memang beberapa hari ini hubungan Andro dan Vidra merenggang akibat pekerjaan masing-masing. Mereka jarang bertemu, bisa ngumpul paling juga waktu di kamar. Itupun kalau Vidra tidak menginap di hotel terdekat tempatnya bekerja.

"Kenapa liatin gitu?" Vidra memulai percakapan dengan Andro sewot. "Kangen ya?"

Andro mengangkat alisnya. "Aku paham kenapa Arkan nge-prank kita."

"Kenapa coba?"

"Dia pengen kita kumpul lagi. Sadar atau nggak, kita nggak pernah ngobrol beberapa hari ini. Vid, Arkan rindu kita."

Vidra mendekatkan dirinya pada Andro. "Nggak nyangka pikiran dia dewasa banget. Ayo kita samperin!"

Andro merangkul Vidra. Perlakuan Andro tanpa sadar membuat Vidra nyaman dan tak mau dilepaskan. Mereka berdua mengulum senyum kala menaiki satu persatu tangga menuju kamar putra mereka.

Barananta [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang