Ini bahkan sudah satu minggu sejak latihan dimulai, tapi satu pleton pasukan yang akan bertarung di perlombaan masih belum bisa lengkap. Alasannya karena salah satu dari mereka, Siwi, fokus dengan OSN yang akan diikutinya beberapa hari lagi. Taulah ya efeknya bagaimana, sudah pasti Galaxy marah besar.
Di surat perizinan orang tua tertulis bahwa mereka mulai latihan dari pukul lima sampai pukul tujuh saja. Tapi lihat, ini sudah jam berapa, mereka masih turun ke lantai buat membayar push up. Padahal Siwi yang tidak hadir, tapi mereka yang disuruh menjalani hukumannya.
Tidak dipungkiri seberapa lelahnya mereka. Manusia-manusia sehat itu saja sudah mulai lemah, lalu apa kabar dengan seseorang berkaus polos putih yang masih mengusahakan kesadarnnya itu? Rasanya sakit, dia tidak bisa bilang di mana.
"Ambil posisi. Up 200 kali lagi!" teriak Galaxy penuh penekanan. Padahal bukan cuma adik kelas yang ia latih, ada teman satu angkatannya. Bahkan ada Cindy, wakilnya pula. Gala memang gila. "Salah siapa mau lomba kumpul lengkap aja nggak bisa."
"Kak kasihan yang perempuan, tolong kurangi hukumannya," pinta Arkan sebelum mengambil posisi up untuk kesekian kalinya.
"Oke, ada yang minta hukuman dikurangi. Anak perempuan 50, sisanya dikasih ke Arkan aja. Gimana?" Galaxy berjalan pelan, mendekati anak itu dengan tatapan remeh.
Teriakan tidak terima terucap dadi teman maupun adik kelasnya. "Nggak bisa gitu! Arkan pasti capek, ini udah terlalu lama."
"Lo nggak tahu rasanya gimana Gal, sok-sok an ngehukum beginian. Coba lo ikut!"
"Jangan Kak, kasihan Arkan."
"Yaudah, 250 push up ditempat, gimana?" Gala tersenyum culas, "kok diam? Batal jadi pahlawan?"
Arkan mempertimbangkan sejenak. Kalau ia membatalkan ucapannya pasti malu sekali, kalau ia menjalani 250 push up, nanti dia masuk UGD lagi tidak ya? Kayaknya sih tidak. Ah, masa bodo.
"Kenapa Dek? Nggak jadi? Pengecut!"
"Ya. Saya mau ambil up 250." Arkan menempatkan diri di lantai latihan yang mulai dingin kala malam mulai menyelimuti. "Satu ... dua ... tiga ...."
Gala mendekati anak itu, lalu menaikkan sebelah kakinya diatas punggung Arkan. "Gue belum bilang mulai, anak sombong."
Arkan merasakan bebannya memberat. Tubuhnya saja sudah lumayan, ditambah kaki Gala yang nangkring di punggung. "Maaf Kak."
"Yang lain cepetan ambil up 50. Ngapain liatin gue begitu!" Ia membentak. "Mulai!"
Push up 50 kali bukanlah hal berat bagi anggota Barananta. Gala biasa memberi puluhan up, tapi tidak sekaligus. Lalu buat Arkan yang dapat 250, mereka cuma bisa melihat sembari berharap semoga Arkan baik-baik saja.
"Seratus satu... seratus dua..." suara Arkan melirih, oksigen seakan meninggalkannya beberapa detik. Galaxy memukul kepala anak itu dengan tongkat.
"Yang keras ngitungnya! Gue suruh ulangi tau rasa lo!"
Arkan berhenti sejenak setelah sampai ke 178, punggungnya memanas. Keringat sudah membanjirinya dari tadi. Teman dan kakak kelas Arkan semakin tidak tega melihat siksaan dari Gala.
"Gal berhenti, jangan gila!" teriak Cindy khawatir. Galaxy masih fokus. Bahkan menekankan kakinya pada Arkan lebih keras lagi. "Gala!"
"Dua ratus dua puluh... dua ratus dua puluh satu..." Arkan benar-benar lelah. Pandangnnya sudah tidak jelas. Ia tercekat berkali-kali. "Dua ratus dua puluh dua ...."
Setetes cairan merah turun ke lantai. Semuanya yang ada di tempat itu membulatkan mata, Arkan mulai mimisan! Lagian siapa juga yang bisa tahan dihukum seperti itu? Satriya, Kadavi, Teguh, bahkan Galaxy sekalipun pasti sama!
KAMU SEDANG MEMBACA
Barananta [Terbit]
Ficção Adolescente"Bagiku, yang namanya pahlawan itu orang yang tetap berdiri tegap, di manapun dia di sekap. Orang yang tak lupa darimana dia besar, dan bagaimana dia dibesarkan. Orang yang akan selalu bangkit, walau tubuhnya remuk. Dilanda jutaan sakit. Bagiku mere...