Memang sekalipun Taehyung diberi hari paling tenang sedunia, selagi di dunia itu ada Irene, dunia tenang cuma judul aja. Contohnya hari ini. Niatnya itu tidur sampai siang karena Taehyung baru pulang subuh tadi. Dia habis ikut lomba basket makanya kebayang capek banget latihan kayak orang kesetanan dia. Syukur hasilnya gak mengkhianati usaha, menang.
Eh tapi niatnya itu gagal ketika seekor, eh maksudnya seorang -soalnya Taehyung kebiasaan ngeledekin dia kayak gitu- gadis mungil dengan suara toa muncul di rumahnya. Pake genit segala lagi sama Kak Seokjin, kakaknya, anak yang pertama. Taehyung itu anak kedua dan yang terakhir ada Yerim, adiknya yang masih kecil.
"Eh Kak Seokjin, ganteng amat. Mau ke mana?"
"Kerja kelompok, Rene. Nyari Taehyung ya?"
"Iya Kak, aku mau ngojek nih,"
Seisi rumah bahkan seisi komplek juga sudah hafal dengan kelakuan konyol Irene yang suka asal bicara. Jadi Seokjin tertawa saja menanggapinya.
Berakhirlah Taehyung dengan sepeda kesayangannya di taman komplek karena Irene mengajaknya bersepeda. Alasannya, biar sehat. Padahal hampir tiap pelajaran olahraga minta bolos.
"Tae udah ah, capek," keluh Irene berhenti mengayuh sepedanya setelah mereka mengelilingi hampir sekomplek. Kantuk Taehyung sudah hilang begitu saja, tapi badannya masih pegal.
"Ya udah kita istirahat," kata Taehyung mengayuh sepedanya ke samping untuk duduk di bangku taman sana.
"Ih tapi bosen, Tae. Ngapain ya?"
Tuh kan anjir, katanya capek. Taehyung sih udah gak heran sama kelakuan si pendek ini -tapi cantik banget-. Jadi kalian hati-hati aja, jangan terkejut.
"Ya terus mau kamu gimana Irene anaknya bunda Suzy?" Dia berkacak pinggang, percuma ngomel sama Irene. Serius, yang ada tambah kesel.
"Kita balapan aja!" Celetuk Irene ceria. "Yang kalah, traktir bubur di depan. Oke?"
"Oke, deal."
Akhirnya mereka balapan dengan garis finish yang gak jauh-jauh amat. Ya iyalah patokannya tukang bubur yang jaraknya sudah dekat. Taehyung tentu saja memimpin di depan dengan kekuatan mengayuhnya yang dia buat full. Pokoknya kali ini dia harus buat Irene membayar kekalahannya.
"AYO DONG KEJAR! PAYAH! PENDEK, SIH!" Seru Taehyung puas mengejek Irene yang jauh tertinggal di belakang.
"Dasar jelek," umpat Irene mendengus pelan. Dia saja sudah ngos-ngosan tidak tau tenaga sebesar apalagi yang harus dikeluarkannya untuk menyusul Taehyung.
"CEPET AH, LELET!"
"YAK!" Irene berteriak marah. Yang meledek tertawa puas di depan sana, membayangkan wajah Irene yang memerah lucu.
Irene mengayuh sepedanya ke samping jalan, berhenti mengayuh. Mengatur napasnya dengan bulir-bulir keringat yang mengalir di pelipisnya.
"Tae-h," pernapasannya jadi tidak teratur, ia meremat dadanya dengan dahi mengkerut menahan rasa sakit.
Merasa tidak ada tanggapan dan Irene sangat jauh darinya, Taehyung berhenti sebentar untuk menoleh ke belakang memastikan keberadaannya. Tapi dia malah menemukan Irene tertinggal jauh di sana dengan badan menunduk, dia jadi panik.
Segera Taehyung berbalik arah untuk menyusul gadisnya.
"Rene," Taehyung buru-buru menaruh sepedanya menghampiri Irene. Gadis itu kesakitan.
"Rene, kamu gak papa?"
Irene masih tampak mengatur napasnya. Taehyung bingung, dia hanya mengusap-usap punggung itu sampai kemudian Irene menatapnya.
YOU ARE READING
24 Hours
Teen Fiction24 Jam dalam hidup Taehyung itu disebut Irene. Kebahagiaannya, kesedihannya, segala perasaan dalam hidupnya tumbuh karena gadis konyol itu.