"Hai, Joy." Setelah berbulan-bulan, baru kali ini Irene kembali bicara pada salah satu dari teman dekatnya itu. Mereka memang jarang bertemu, hanya kadang sekedar berpapasan dan saling melempar senyum. Tapi, biasanya Irene selalu pergi di setiap kesempatan bersama Joy, Seulgi, dan Jennie.
"Eh, hai. Hai, Rene." Joy menjawab kikuk melihat Irene sekilas sebelum kembali fokus mencari sesuatu di dalam lokernya. Irene selalu menyadari, setelah dia pacaran dengan Taehyung, sikap Joy berubah. Dia jadi menjauh dan canggung. Iya, Irene tau Joy suka pada Taehyung. Tapi waktu itu mereka menyelesaikan masalahnya secara dewasa.
Dewasa meskipun berujung mereka menjauh dan tidak berbicara satu sama lain. Walaupun Joy selalu meyakinkan Irene bahwa ia baik-baik saja, Irene tau bahwa ada rasa marah yang disimpan cewek itu.
"Joy, lo-"
"Rene sorry, kelas lukis gue udah mau mulai. Gue duluan ya!" Joy tersenyum lebar yang terlihat canggung dan meninggalkan Irene setelah menutup pintu lokernya. Selalu. Seperti. Itu.
"Huh, masih marah ya?" Gumam Irene pasrah menatap punggung Joy yang mulai menjauh. Sebelum menyadari bahwa Joy baru saja menjatuhkan sesuatu di bawah sana. Yang tidak disadarinya. Sebuah buku diary.
Irene membungkuk, meraih buku bersampul biru dengan gambar-gambar yang terlihat manis.
"Oh?" Dia berjengit ketika sebuah foto terjatuh dari buku diary itu tepat di atas sepatunya.
Itu foto Taehyung. Foto lamanya, memakai seragam yang Irene tau adalah seragam ketika Taehyung bersekolah di sekolah menengah pertama. Kenapa Joy menyimpan foto ini?
Irene tau, Joy, Seulgi, Taehyung, Jimin adalah teman satu sekelas ketika mereka kelas delapan. Tapi- untuk apa Joy menyimpan foto Taehyung?
"Diary ini pasti tentang Taehyung." Irene mengusapnya, ragu untuk membuka buku ini atau tidak. Dia tidak mau karena itu privasi orang, dia bukan orang yang tidak punya sopan santun. Tapi, jujur dia sangat penasaran dengan isinya.
Apakah Joy masih menyukai Taehyung? Sepertinya masih. Jika tidak dia tidak mungkin bersikap seperti itu pada Irene sampai saat ini. Padahal Irene rindu sekali padanya, rindu bagaimana gadis itu kerap menggodanya karena tinggi tubuhnya. Menekan-nekan jarinya yang katanya mungil sekali. Memeluk Irene seolah-olah Irene anak kecil karena tubuh Irene memang tenggelam di badannya yang tinggi itu.
Apa yang harus Irene lakukan untuk membuat hubungannya dan Joy membaik? Karena setiap ia mencoba, Joy selalu menghindar mengatakan dia baik-baik saja. Irene yang terlalu sensitif.
Mengetahui kelakuan Joy, Seulgi yang marah dan menyuruh Irene diam saja. Sesuka gadis itu katanya.
"Seul," sore itu Irene memutuskan untuk menelpon Seulgi. Diary joy ada di genggamannya. Dia memutuskan untuk membawanya pulang dan mengembalikannya pada Joy besok. Karena ia tidak sempat menyusul cewek itu ke ruang kelas lukis dan lokernya dikunci.
Mungkin Seulgi bisa menjawab sebagian pertanyaannya.
"Apa loooo? Kangen?"
"Kangen Jimin gue, hm gimana nih? Boleh gak telpon Jimin?"
"Sialan. Kenapa, Rene?"
"Seul, gue nemu diary-nya Joy." Irene menghembuskan napasnya perlahan. "Gimana ya..."
"Terus? Lo nemu di mana?"
"Tadi dia gak sadar jatohin dari lokernya. Dia masih marah deh, kayaknya. Masih gak mau diajak ngomong."
"Ya udah sih biarin aja. Ngurusin amat."
"Seul ih, sensi deh." Irene terkekeh heran. Tiap kali membicarakan Joy pasti dia terpancing entah kenapa.
YOU ARE READING
24 Hours
Jugendliteratur24 Jam dalam hidup Taehyung itu disebut Irene. Kebahagiaannya, kesedihannya, segala perasaan dalam hidupnya tumbuh karena gadis konyol itu.