"Tae, ayo kita belajar."
"Taeeeee belajar!"
"Ke perpustakaan yuk, Tae."
"Tae anterin aku ke perpustakaan."
"Tae nanti ajarin aku ya, aku mau jadi saingan kamu hehe. Kamu siap-siap aja kalah ya!"
Akhir-akhir ini, entah apa yang meresap ke dalam jiwa gadis itu sehingga dia termotivasi untuk semangat belajar. Biasanya, hanya menyelesaikan tiga tugas saja dia sudah mengeluh dengan kalimat-kalimat hiperbolanya. Tapi entah, beberapa hari ke belakangan ini dia pasti selalu mengajak Taehyung belajar bersama di setiap kesempatan.
"Kamu gak capek belajar?" Hingga Taehyung iseng bertanya. Sebenarnya tidak ada yang salah Irene jadi rajin belajar. Apalagi mereka akan menghadapi ujian sekolah dan mempersiapkan diri untuk mendaftar ke universitas. Hanya saja, kenapa begitu tiba-tiba? Apa yang telah dilakukannya?
"Kamu aneh deh, Taehyung. Aku males kamu ngomel, sekarang aku jadi rajin kamu nanya-nanya," sungut Irene sibuk membalik halaman buku yang tengah dibacanya dengan serius.
Taehyung menghembuskan napasnya tidak tau harus merespon apa. Dia kan hanya penasaran. Dari dulu dia menghasutnya untuk belajar tidak mempan tuh. Sekarang karena apa?
"Taehyung, liatin mukaku gak bikin kamu tambah pinter. Cepet belajar sana. Sirik deh aku jadi rajin." Irene mencibir tanpa mengalihkan pandangannya, tetap saja dia bisa merasakan bahwa alih-alih membaca, pandangan cowok yang duduk di hadapannya itu malah terfokus kepadanya.
Irene menurunkan bukunya sebatas hidung hingga hanya matanya yang terlihat, dia tersenyum. "Hehe, kamu pasti aneh ya? Kenapa tiba-tiba? Soalnya aku dapet ilham, Tae. Sebentar lagi ujian, belum lagi ujian buat kuliah, jadi aku harus belajar keras dari sekarang. Aku kan gak bisa apa-apa."
"Gak ada manusia yang gak bisa apa-apa," bantah Taehyung. Irene tersenyum semakin lebar hingga kedua matanya menyipit menyembunyikan bibirnya melengkung seperti bulan sabit di balik buku itu.
"Hehe." Irene kembali menutupkan seluruh wajahnya dengan buku, tersenyum kecut. "Apalagi sebentar lagi kamu ke Paris, aku gak mungkin buat kamu ngelakuin hal-hal gak berguna gara-gara aku. Kamu harus belajar terus, Taehyung. Sebentar lagi, sebentar lagi impianmu bakal terwujud."
Semenjak Irene tau tentang beasiswa itu, dia mulai berpikir kalau Taehyung pasti bingung tentang dirinya, dia juga tau pasti kalau Taehyung pasti menjadikan dirinya pertimbangan. Tapi Irene tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Taehyung harus tetap berjalan ke depan. Dia tau, Taehyung butuh waktu untuk belajar lebih banyak lagi, jadi Irene harus membantunya. Kalau tiba-tiba ia menjauhi Taehyung untuk menyuruhnya fokus belajar, pasti Taehyung ngeyel. Ia juga tidak mau Taehyung merasa dia tidak tau apa-apa tentangnya. Makanya dia melakukan segala cara agar Taehyung memanfaatkan waktunya dengan baik. Yang terpenting, sesuai keinginannya. Dengan cara mengajaknya terus belajar, itu pasti akan membantunya.
Padahal, sampai sekarangpun, Irene masih sangat membenci belajar. Rasanya mengantuk setengah mati. Tapi ia harus, bukan untuk Taehyung saja. Yang utama untuk dirinya sendiri, juga.
"Kamu mau kuliah di mana?"
"Eum?"
"Kamu mau kuliah di mana?" Ulang Taehyung menatap raut Irene yang terkejut dengan pertanyaannya. Bagaimana tidak terkejut, Irene sendiri belum memikirkan itu. Sama sekali. Setiap kali berusaha memutuskan, dia merasa tidak bisa apa-apa. Dia merasa bingung, sebenarnya apa yang dia bisa? Kenapa dia tidak punya target dan cita-cita? Irene benar-benar belum tau bagaimana kehidupannya selanjutnya, yang ia tau ia akan melakukan apapun yang dia bisa lakukan sekarang. Dan, ia juga tidak akan bercerita pada Taehyung. Bagaimana dia frustasi akan masa depannya, tidak tau bagaimana ke depannya. Ia masih tidak punya 'cita-cita'. Biar Taehyung fokus karena dia sudah punya rencana yang disusunnya rapi.

YOU ARE READING
24 Hours
Dla nastolatków24 Jam dalam hidup Taehyung itu disebut Irene. Kebahagiaannya, kesedihannya, segala perasaan dalam hidupnya tumbuh karena gadis konyol itu.