Hari ini, ada dua hal yang membuat Irene menangis. Satu, Seulgi memaafkannya jadi sekarang mereka baik-baik saja. Yang kedua adalah Taehyung lulus beasiswa ke Paris. Minggu depan, dia akan pergi ke suatu tempat bersama salah satu guru di sekolah untuk diwawancara. Gilanya, dia belum memberi tahu orang tuanya. Sama sekali. Karena surat persetujuannya pun ditanda tangani oleh Kepala Sekolah. Entah alasan apa yang Taehyung berikan sampai Kepala Sekolah mau menyetujuinya.
Irene juga baru menyadari ternyata Taehyung sudah menyiapkan semua dokumennya dari hari-hari kemarin. Membuat CV, menyiapkan dokumen penting bahkan tes tertulis. Tiba-tiba cowok itu memberi kabar kalau pengumumannya hari ini dan dia lulus.
Yang membuat Irene ingin menghajar Taehyung adalah dia bertanya lagi padanya. "Menurutmu aku harus beneran ambil beasiswa ini?"
Bodoh. Jelas-jelas dia menyiapkan segala keperluan bukan untuk main-main. Kenapa harus bertanya pada Irene mengenai keputusan akhir.
"Ya iyalah kamu gimana sih, ini udah di depan mata banget kok masa gak diambil sih kesempatannya. Pulang sekolah, kalo Papa udah pulang, kamu harus omongin ini sama mereka. Oke?" Omel Irene.
"Hehe oke. Kamu jangan nangis. Kemarin-kemarin kamu nangis terus gak capek?"
Irene menggeleng dengan air mata yang malah mengalir lagi. "Aku seneng aja, aku tau kamu pasti dapet apa yang kamu mau. Aku terharu, kamu pasti berjuang ya untuk dapetinnya."
"Sedih?"
"Ya sedih lah gila lu bentar lagi lu minggat nih." Jawaban yang hanya bisa Irene ucapkan dalam hati.
"Sedih dikit." Irene tertawa kecil. "Gak papa, nanti aku mau kirim surat terus ke kamu."
"Kuno. Kan ada media sosial."
"Ya biar romantis, sih elah! Ya ya ya? Bales suratku oke?"
"Ogah." Kemudian dengan malas dia berlalu begitu saja meninggalkan Irene yang bersungut-sungut. Benar-benar deh kemauan gadisnya. Mengirim surat itu butuh waktu yang lama dan bertele-tele. Lagipula mereka pasti berkirim pesan setiap hari. Untuk apa mengirim surat? Demi romantisme katanya astaga. Memang Taehyung kurang romantis ya?
"TAEEE KAMU JANGAN LUPA BILANG SAMA MAMA PAPA. JANGAN KE RUMAHKU MALAM INI TITIK." Teriak Irene menyusul langkah Taehyung. Irene benar, ini sudah waktunya dia bilang.
Jadi malam itu setelah makan malam, sebelum Kakaknya beranjak ke kamar, Taehyung memintanya duduk kembali untuk berbicara sebentar. Yerim sudah tertidur dari sore makanya ini waktu yang tepat.
"Kenapa sih? Kayaknya serius banget," kata Kak Seokjin penasaran.
Papa meminum tehnya tenang tapi pandangannya tidak lepas dari Taehyung, penasaran juga akan apa yang akan dibicarakan oleh anak laki-laki keduanya ini. Apalagi Mama, dia harap-harap cemas ini bukan sesuatu yang buruk.
"Jadi Ma, Papa, Kakak. Aku mau kasih tau kalau aku dapet beasiswa ke Paris. Aku lulus."
"DEMI APA?! SERIUS?" Kak Seokjin bereaksi paling keras. Sedangkan Mama menutup mulutnya dengan kedua tangan tidak percaya. Meskipun Papa sangat terkejut, Papa hanya mengernyitkan keningnya.
"Kamu kok tiba-tiba gitu sih, Nak?" Tanya Mama heran.
"Maaf ya Ma, Pa. Sebenernya dari kemarin aku udah bikin CV. Udah kumpulin dokumennya. Aku juga pergi ujian tulis 1 bulan yang lalu. Terus surat persetujuanku udah ditanda tangan juga sama Kepala Sekolah."
"Pantesan lo begadang mulu. Gue kira ngurusin berkas apa." Kakaknya itu baru menyadari.
"Kamu memang mau kuliah di luar negeri?" Tanya Papa memastikan. Taehyung mengangguk kecil. Dia memang tidak pernah bercerita tentang rencana ini kepada yang lain.

YOU ARE READING
24 Hours
Teen Fiction24 Jam dalam hidup Taehyung itu disebut Irene. Kebahagiaannya, kesedihannya, segala perasaan dalam hidupnya tumbuh karena gadis konyol itu.