-_ The Revealing Truth _-

1.4K 58 9
                                    

Pembukaan :

Halo readers, karena episode ini mengungkap kejadian sebenarnya dan sangat spesial, author akan menyajikannya lebih panjang dari sebelumnya...

Enjoy












............................Part 02...............................

Pukul 14.15
Lokasi : Basement Ali

"You gonna kidding me 'Ali' pfft..." Shery duduk di kursi putar dekat meja milik Ali dengan tatapan yang menurut Ali sangat bodoh dan dia jelas tidak sudi melihatnya. Dia menekankan kata Ali tadi dengan melambaikan tangan

"Tidak perlu pakai bahasa asing, berlebihan " Ujar Ali acuh

Shery hanya tertawa terbahak

"Ya santai dong" Ujarnya "Tapi 'Ali', kenapa harus hari ini? Kan masih ada ratusan minggu lagi?" sekali lagi menekankan kata Ali

"Aku tidak mau rencana ini diperpanjang... Selesaikan sekarang lebih baik. Lebih cepat menghabisi mereka, lebih cepat aku mendapatkan itu."

"Kau tidak perlu begitu sekarang aneh!"

"Dimana Tameng itu?"

"Tameng? Dia?"

"Ya! Sama sajalah!"

"dia bersama si Pengganggu itu—siapa itu? Ngga peduli sih" Shery melambaikan tangan tak peduli.

Tak lama, terdengar suara orang sedang berjalan kemari.

"Siapa itu?" bisik 'Ali'

"Posisi menghilang saja" Shery balas berbisik. 'Ali' mengaktifkan mode menghilang, bertepatan dengan terbukanya Pintu basement.

"Shery?" Itu Ali (yang asli) "Ada apa? Bukannya kau harus pergi membelikanku roti?"

"Kau kira aku babu ya? Kau suruh-suruh?"

Ali hanya mengangkat bahu tak peduli lalu berjalan ke arah meja yang berserakan.

'Lho? Bukannya tadi (sedikit) rapi? Kok berantakan gini?' batin Ali

"Hei Sher! Seli tidak ikut nanti, mau berangkat jam berapa?" tanya Ali, mengabaikan mejanya itu. Toh mau rapi mau nggak dia ga bakalan mati.

"Tengah hari? Petang? It doesn't really matter! Yang penting kesananya kalian se—"

"Bodo amat"

Shery memandang Ali dengan wajah Bersungut-sungut. Lalu menatap dengan wajah yang lumayan sedih.

"Kau kenapa? Cowokmu mutusin kamu ya?" tanya Ali ngasal. Shery melempar buku tebal yang ada didekatnya kearah Ali. Ali mengaduh.

"Pertama, aku nggak punya co—"

"jomblo"

"kau juga jomblo bego"

"gausah pake bego, bego!"

Shery menggeram gemas lalu menghela napas.

"Oke kulanjutkan. Yang kedua, ak—"

"Dan aku nggak jomblo" sahut Ali

"Bisakah kamu berhenti mengatakan hal jomblo-jomblo itu Ali?!"

"Kau iri? Baper?"

"Aku ngga tertarik hal begituan!"

"Kau sudah selesai?"

"Aku khawatir kalau bertemu musuh disana. Kalau bertemu bagaimana?"

Ali menatap Shery malas "Kalau bertemu, dilawan lah..."

"Bukan begitu... Gimana ya?"

                               ***

"Emh... Kau mau Cokelat hangat Ali?"

"Tumben. Sejak kapan kamu baik?"

"Aku memang baik. Mending kau mati saja"

"Kau saja yang mati aku nggak mau"

"Nggak ada orang yang mau mati bodo!"

"Aku ngga bodo, aku genius! Orang paling genius diantara satu tim"

"Sombong amat"

"Iri amat"

Raib langsung meninggalkan ruang basement Ali, tentunya tak ingin berdebat dengan Ali walau dia barusan melakukannya. Mereka sudah kembali dari rumah Seli, dan mampir sebentar kerumah Ali. Orangtua Raib sedang tidak ada karena ada acara selama 3 hari. Lusa, orangtuanya pulang larut malam.

Cerita Ali tadi belum selesai, karena Mama Seli mengajak Seli ke Supermarket di kota untuk berbelanja bahan rumah tangga dan keperluan lain.

"Nih" sekembalinya Raib dari dapur.

"Ini nggak ada obat tidur kan?" Tanya Ali waspada

"Untuk apa heh? Kau kira aku akan meracunimu?" Ujar Raib "Kau memang menyebalkan. Tapi aku tak setega itu ya!"

"Oh... Makasih"

Raib hanya mengangkat bahu. Lalu mengambil remote TV dan menyalakannya, mencari acara TV yang menyenangkan.

Hanya sinetron, drama korea, dan drama india yang muncul. Melihat itu, Raib langsung mematikan TV miliknya.

"bagaimana kabar si Putih?" Tanya Ali

"Masih idup. Kenapa?"

"Tidak kenapa-napa. Ga masuk akal"

Lengang...

"Kau tidak melanjutkan ceritamu?" Tanya Raib, menoleh.

"males" Ujar Ali sambil menjulurkan lidahnya kedepan.

"Hei Ali... Apakah kau bisa membayangkan? Berapa banyak klan diseluruh alam semesta ini?" Ujar Raib "Apakah hanya ada klan bumi, klan bulan, klan matahari, klan bintang, klan komet— kalau memang benar itu klan"

"Aku ga peduli"

"Kau tidak seru!"

"Aku tidak sedang seru-seruan"

Kembali lengang....

"Eumm... Ali, aku pulang dulu ya... Sudah jam 9 malam, si putih pasti khawatir"

Raib tersenyum lalu melambai pada Ali. Beranjak, berjalan kecil menuju pintu basement. Pulang.

Sigap, Ali menarik tangan kiri Raib yang berada di mulut pintu, mencegahnya keluar.

"Kau menginap saja"

"Eh?" Muka Raib memerah samar

"Ini sudah malam. Kau ini perempuan, jangan berjalan sendirian di malam hari. Lagian jarak rumahmu jauh dengan rumahku" Seru Ali

"Eehh... Tapi, bi- bisakah kau melepaskan tanganmu dulu... Emm"

Ali tersadar dan wajahnya memerah samar masih tetap menatap wajah Raib yang juga memerah.

"Te- terimakasih tawarannya Ali. Tapi, aku tetap harus pulang. Aku tidak mungkin kan menginap di rumah teman Laki-laki. Bagaimana pandangan orangtuamu nanti?" Raib memegang pundak Ali "Sampai ketemu na—"

Ali langsung mengaktifkan sarung tangannya. Melapisi ruangan basement dengan kubah tameng transparan yang tak bisa ditembus.

"Kau mengirim pukulan berdentum hanya akan mengundang orang banyak. Masih baik aku mengkhawatirkanmu. Sekarang tidurlah. Aku akan tidur di sofa"

"Aku akan melanjutkan ceritanya sambil rebahan. Aku lelah"

                                 ***

Author tutup dari sini ya... Karena Author masih sibuk akhir-akhir ini...

RAELI Hiatus dulu minggu depan, kembali UP tanggal 6 Juli...

See you later! We will meet again soon...


R A E L ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang