Death Melody

131 26 31
                                    

💃🎻💀

Musik klasik nan hampa
Mengalun indah dilantai dansa
Membiarkanku menarikan rasa
Atas segala penderitaan yang nyata.

Aku masih menunggu hingga endingnya.
Seiring irama minor
Yang menguar menjadi terror

Lampu sorot itu bermain
Memperlihatkanku yang masih menggila.
Mengikuti ritme tak berirama
Dengan nada-nada yang kian memekakkan telinga.

Hingga aku tak sanggup lagi jadi bintangnya.
Pasrah, tanpa bisa mendongak menatap dalangnya.
Panggung ini bukanlah milikku semata.

Karena aku adalah boneka.
Menurut, dan tunduk. Atau tersiksa akan paksa.

Biarkan aku bebas.
Putuskanlah tali penyangga.
Aku ingin bergerak lincah
Diatas panggungku tanpa pengarah.

Apa yang hanya ilusi.
Aku sudah lelah menanti.
Hanya bisa berharap semua ini ada yang mengakhiri.

Andai ini terakhir kali ku menari.
Aku ingin bergerak atas kehendakku sendiri.

Netraku mati.
Runguku tuli.
Minor itu terhenti.
Seketika Sunyi.

Dalang itu berhenti.
Aku tidak jadi boneka lagi.
Tali penyangga itu seakan hanya ilusi.
Hilang tak berarti.

Apa aku bebas?
Sudahkah aku lepas?
Kenapa aku bernapas?
Detak jantungku terus menghempas
Sebenarnya, apa aku masih bernyawa?

Lagu klasik nan hampa itu berhenti.
Berubah menjadi alunan biola rusak bernada tinggi.
Memaksa masuk membuat tuli.
Menjadi melodi penghantar mati.

Lantas?
Bolehkah aku menari?
Menari atas kehendakku sendiri?
Membiarkan melodi itu menggiringku pergi.

Satu, dua, tiga..
Panggung ini sudah jadi milikku sendiri
Empat, lima, enam..
Alunan biola rusak terus menghentak agar aku bergerak.

Melodi kematian, menuntunku ke tempat yang seharusnya.
Tempat dimana aku seharusnya ada.
Tempat yang tidak pernah ada.
Hanya ada khayalan gila yang menuntun raga.
untuk segera melambai pada dunia.

Aku selalu sendiri.
Duniaku hanyalah panggung ilusi tak berarti.
Penuh dosa, dan keji.
Dunia semu nan hampa.

Dunia yang kuciptakan sendiri.
Penuh akan ketakutan tak berarti.
Tanpa sadar, akulah yang menciptakan kurunganku sendiri.
Aku hanyalah burung dalam sangkar.
Yang tak punya nyali untuk terbang.
Padahal sayapku lebih besar daripada sang elang.

Kekangan dan jeruji besi. Aku terjebak dalam dunia fiksi.
Dimana aku adalah boneka, dalam duniaku sendiri.
Aku menari, atas perintah orang yang kubenci.
Yang tanpa kusadari, sudah jadi bagian diriku sendiri.

Benar. Semuanya memang ilusi.
Hingga aku lupa bagaimana keluar dari fatamorgana hati penuh benci.
Aku masih menari. Dan terus menari.
Dengan setulus hati, aku mengikuti irama yang kusukai.

Irama yang menghantarku pada sang realita.
Ataukah irama yang menghantarku pada sang dalang pemain boneka
Ataukah pemain biola, dengan tongkat sabit sebagai penggeseknya.

Aku akan memilih. Untuk berhenti menari, membuka mata dan hati. Meski tersisa isak perih dalam sunyi.

Dan aku melihatnya, saat menari menjadi hukuman tersendiri..

Saat kau berkata berhenti.

Kali ini, aku akan menuruti.

Jadi, selamat tinggal, Duniaku

Aku sudah tau mana yang nyata, dan ilusi belaka.

Jadi, biarkan aku membuka mataku, sekali saja.

Disana, kau menatapku.
Lalu butiran bening itu, terjatuh.

Diatas tanganku yang ditusuk sesuatu yang tajam.
Tangan kasarmu menyentuk tanganku.
Meski kaki ku tak pernah bisa merasa lagi.
Aku masih punya hati.

Biola di tanganmu terjatuh
Menimbulkan suara rusuh
Aku tersenyum halu.
Takjub atas permainanmu yang kelu.

Untuk pertama kalinya.
aku berharap yang kulihat adalah realita.

🎻🎼🎭

***
150619

Re 191019

Abstrak? Wkwkwk, ai naw. Hebatnya ini tercipta tanpa ada kemacetan, mungkin karena based of dream ya? Haha

Bukan, aku nemu ini di diary esdeh, dan hampir semuanya berubah..

A Silence MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang