Teruntuk sunyi
Aku lelah sendiri
Kapan mentari terbit lagi?
Sepi, ruangan ini bagaikan taman neraka yang mati.Teruntuk diriku yang masih belum mengerti
Tidak perlu bersedih, apalagi menyiksa diri
Cukup berdiam diri
Biarlah desis lebah itu pergi sendiri.Terlalu jauh untuk memanjat
Aku sudah mengurung diri rapat-rapat
Tidak ada ruang untuk mengingat
Rute mana lagi yang harus didapat.Tempat ini bagai labirin mati
Sekali melangkah, dua kali hilang nyali
Tiga kali berbisik, enam kali engkau diusik
Diam tak mendongak, beberapa terror datang menguak.Dunia ini hampa
Penuh lika liku tak bermakna
Tak satupun jadi acuan tuk menyapa
Hari esok biarlah tak kunjung tibaDisini,
Saat kutuliskan aksara suram
Dengan tinta berbau logam
Menunggu hilangnya hari bungkam.Harap-harap segera lepas
Temukan jalan menuju bebas
Tapi ini bukan labirin kapas
Lebih mirip pikiran buntu tak berampas.Aku ingin bangun,
Membuka mata dan melihat lampu tidurku yang menyala.Bukannya labirin dalam akma.
***
6/11/19
KAMU SEDANG MEMBACA
A Silence Mind
PoetrySebuah prosa, yang sekedar kata. Lamunanku hanya tentang dua hal ; hal yang selalu kupikirkan dan hal yang tidak semestinya kulamunkan. Angan-angan yang panjang hanya membuat seseorang mengais harapan semu. Tapi nyatanya memanjangkan angan sama den...