Seocho-gu, Awal Musim Dingin
Kim Namjoon baru saja turun dari bus.
Hari sudah gelap.
Dilepaskan masker yang seharian menutupi wajahnya. Udara dingin seketika menerpa. Rasanya sangat menyenangkan bisa menikmati udara malam yang tenang tanpa khawatir seseorang mengenalinya.
Sepanjang hari ini Namjoon menghabiskan waktu di "Picasso and Cubism" exhibition yang diadakan di Hangaram Art Museum. Waktu liburannya tersisa beberapa hari lagi. Karena itu, ia benar-benar memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Salah satunya mendatangi museum seni yang telah menjadi kegemaran Namjoon sejak dulu.
Langkah kaki Namjoon menyusuri jalanan yang lengang. Sekarang sudah tengah malam, wajar saja jika tak ada satupun orang berkeliaran di jalanan ini.
Yah, kecuali satu orang.
Tepat enam langkah dari tempatnya berdiri, seorang wanita bersandar di bawah lampu jalan. Cahaya redup lampu jalan menerangi wanita itu membuat warna rambutnya yang berwarna magenta terlihat jelas. Wanita itu menghela nafas panjang sedetik kemudian berjongkok dan terisak.
Namjoon berusaha sebaik mungkin mengabaikan suara isakannya yang keras. Bukan urusanku. Pergi dan abaikan dia. Ucapnya dalam hati.
Sebelum Namjoon sempat melangkahkan kaki, wanita itu menoleh, menatapnya tepat di mata dan waktu seakan berhenti.
Aneh.
Namjoon tidak mengenal wanita ini. Tapi kenapa seakan-akan hatinya berkata ia merindukannya?
"K-kim Namjoon..." Wanita itu terbata. Ia mengerjapkan kedua matanya berkali-kali, menatap Namjoon dengan pandangan terkejut.
Dia mengenaliku? Ah, dasar bodoh! Aku kan sedang tak memakai masker. Namjoon menggumam pelan. Namjoon mengangguk dan tersenyum sopan bersamaan dengan lagu Fire yang menjerit-jerit.
Ia merogoh saku mantel dan mendapati nama Park Jimin di layar ponsel.
"Yeobosaeyo?" (Halo)
Namjoon berusaha membagi perhatiannya ke suara Jimin dan ke arah ke wanita asing yang masih menatapnya."Hyung ... hyung ... kau dimana?"
Namjoon mengernyit. Kenapa Jimin berbicara dengan tergesa-gesa?
"Ada apa?"
"H-hyung..."
Kekhawatiran mulai merambati Namjoon. "Kau menangis? Apa yang terjadi?"
Tak ada jawaban.
"Jimin-ah... Ada ap—"
"Jungkook kecelakaan."
Dan untuk kedua kalinya dalam beberapa menit, waktu seakan terhenti.
*
a/n:
Halo teman-teman! Aku kembali. Sebelum kalian makin bingung kenapa cerita ini berubah, aku mau ngasih tau dua hal penting.
Pertama, cerita Lisa - JK udah aku hapus. Aku ngerasa tulisanku itu 'sampah'. Maaf buat keegoisanku tiba-tiba ngehapus tanpa pemberitahuan. Aku tau kalian sayang banget sama cerita itu. T-tapi, aku mau nulis cerita yang bisa memberi pelajaran kepada pembaca walaupun sedikit. Aku pengen pesan yang aku tulis dalam setiap ceritaku tersampaikan kepada pembaca. Dan aku harap cerita ini bisa menyembuhkan kekecewaan kalian kepadaku. Maaf ya, huhuhuu :')
Kedua, Gairdín La Luna ini adalah cerita yang jauuuh berbeda dari cerita JK-Lisa. Meskipun tokoh utamanya tetap member BTS. Sekali lagi aku minta maaf :')) Jika memang Gairdín La Luna ini nggak sesuai sama selera kalian, kalian boleh menghapus cerita ini dari perpustakaan kalian. Aku akan sangat berterimakasih kalau kalian tetap memberi dukungan kepadaku.
I purple you ~ 💜
© twinklelittlestar_s
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairdín La Luna
FanfictionBahkan jika sakit, kami tidak akan merasakan sakit. Jika itu sedih, kami tidak akan sedih. Jika itu akan menjadi menakutkan, kami tidak akan takut. Karena kami BTS. -Kim Namjoon Bahkan jika kita bersama, maka padang pasir pun akan terasa seperti la...