1

21K 147 1
                                    

-bagian satu-

"AKU sudah menemukan Haru!"

Obrolan riuh di ruang tengah terhenti oleh lengkingan suara Misaki. Wanita yang rambutnya dikepang dua itu tersenyum lebar sembari memeluk tubuh mungil Haru yang menggeliat meminta dilepaskan.

Adalah Hyesun yang pertama kali berteriak heboh, disusul ucapan penuh syukur Maggie. Mereka berderap menghampiri Misaki dan menghujani wanita bertubuh mungil itu dengan berbagai pertanyaan.

"Akhirnya... Misaki kau menyelamatkan kita."

"Dimana kau menemukan Haru?"

"Kemana saja kau burung sialan!"

Nana yang berdiri di depan kamarnya tertawa lebar. Ia merasa lega, setelah berhari-hari mencari Haru dengan penuh kekhawatiran, burung kecil itu akhirnya ditemukan.

Misaki benar-benar menyelamatkan hidup mereka.

Terdengar berlebihan namun begitulah kenyataannya. Haru adalah olppaemi (burung hantu) kesayangan Miss Ji yang dirawat dan disayangi seperti anak sendiri. Sebelum berangkat ke Venesia untuk liburan selama sebulan penuh, Miss Ji berpesan jika terjadi sesuatu sama Haru maka mereka semua akan dilempar keluar dari Hasukjib ini.

Miss Ji tidak pernah main-main dengan ucapannya.

Maka dari itu Nana dan teman-temannya menggila saat tahu burung itu menghilang. Bagaimana bisa burung yang masih belum bisa terbang dengan benar itu ditemukan Misaki tengah berada di dekat chodeunghakkyo (Sekolah Dasar) yang letaknya lumayan jauh.

"Hari ini kau ada kelas?" Suara Hyesun mengagetkan Nana yang entah sejak kapan melamun. Ia tidak menyadari Hyesun telah berdiri di sebelahnya.

"Tidak ada. Aku ada urusan sebentar."

Hyesun menyipitkan mata. "Jangan bilang kau mau bertemu seonbae-mu yang tampan itu?"

"Omo omo, Nana Oneechan, kalian sudah berpacaran?"

Misaki dengan logat bicaranya yang campur aduk masih terdengar lucu di telinga Nana. Wanita itu tertawa kecil. "Bukan seperti itu. Seungyoun seonbae memintaku untuk membantu mengedit naskahnya."

Sebelum teman-temannya bertanya aneh-aneh lagi, Nana segera berpamitan dan memakai sepatunya dengan cepat.

"Jangan pulang terlalu malam. Hari ini Yiseul eonni pulang."

Nana mengangguk mengerti. Ia membuka pintu dan udara dingin segera menerpanya. Meskipun pakaian yang ia gunakan sudah cukup tebal, tubuhnya masih belum beradaptasi dengan udara Seoul yang dingin. Ia berjalan cepat berharap segera sampai di halte.

Baru berjalan beberapa langkah, kakinya terhenti oleh suara lelaki yang berasal dari mobil berwarna hitam mengkilat di depan pagar hasukjib. Jarang sekali  ada mobil semewah ini parkir di halaman tempat tinggalnya.

Kaca mobil hitam itu terbuka setengah menunjukkan wajah seorang pria yang tertutupi masker hitam dan kacamata berwarna senada.

"Permisi, Nona. Kau tinggal di rumah ini?"

"Ne?" (Ya?)

Tanpa memperdulikan kebingungan Nana pria itu kembali bertanya. "Apakah Soohyun ada di dalam?"

Nana menatap ke arah pria bermasker hitam itu lalu menatap ke Hasukjib dan kembali menatap lelaki itu.

"Park Soohyun?" Ia menyebutkan nama lengkap teman sekamarnya. Memastikan apakah Soohyun yang dimaksud pria ini adalah Soohyun yang ia kenal.

"Ya."

"Ah, iya. Dia ada di dalam."

Pria itu bergeming. Acuh. Lalu menutup kaca mobil begitu saja tanpa memberinya senyum atau mengucapkan sepatah kata untuk berterima kasih kepada Nana.

Sombongnya... Nana menggumam pelan. Ia melangkahkan kakinya menjauh dari mobil pria itu namun perasaannya terasa aneh.

Mengapa pria itu terlihat familiar?

*

Gairdín La Luna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang