3

20.5K 191 1
                                    

-bagian tiga-

OLIVE Chicken ramai.

Bahkan di hari kerja seperti sekarang, kedai ayam yang sering muncul di berbagai Drama Korea ini tak pernah sepi pengunjung.

Nana mengedarkan pandangannya dan menemukan Seungyoun yang melambaikan tangan ke arahnya. Nana tersenyum dan bergegas menghampiri Seungyoun.

"Maaf seonbae aku terlambat."

"Gwaenchana." (Tidak apa-apa) Seungyoun mengulas senyum. "Duduklah. Aku sudah memesan ayam untukmu."

"Terimakasih, seonbae."

Nana menatap wanita di sebelah Seungyoun. "Kau sudah lama datang?"

"Eung, aku datang bersama Seungyoun oppa."

"Oppa?" Butuh lima belas detik bagi Nana untuk memahami ucapan Ryujin. Ia menjentikkan jarinya lalu berseru heboh. "Ah, kalian sudah berpacaran?"

Seungyoun tersenyum malu-malu. "Yah, begitulah."

"Chukkaeyo." (Selamat ya) Nana memberi ucapan selamat dengan tulus.

"Gomawo." Balas Ryujin dengan angkuh.

Nana menahan diri untuk tidak melemparkan tatapan sebal ke Ryujin. Nana sudah mengenal Ryujin sejak mereka pertama kali mendaftarkan diri di Kyunghee University. Nana dan Ryujin berada dalam satu jurusan dan mengikuti klub fakultas yang sama. Sejak dulu Ryujin memang memiliki sifat yang menyebalkan. Persis seperti karakter tukang bully di drama-drama.

Klub inilah yang mempertemukan mereka dengan Cho Seungyoun. Seungyoun adalah senior mereka di kampus. Seungyoun dikenal memiliki kepribadian yang menyenangkan. Dia baik, ramah dan memiliki wajah imut. Nana sempat terheran-heran bagaimana pria sebaik Seungyoun bisa berpacaran dengan Ryujin.

Yah, Ryujin kadang-kadang juga baik. Wanita itu beberapa kali pernah mentraktir Nana dan teman-temannya makan siang di kafetaria kampus. Hanya saja Ryujin lebih sering bersikap menyebalkan.

"Nana aku sudah mengedit di beberapa bagian. Kau bisa mengeceknya sebentar?" Seungyoun menggeser laptopnya ke arah Nana.

Bersamaan dengan itu ayam pesanan mereka datang dan aroma lezat mendistraksi kegiatan mereka.

"Wah, kelihatannya enak." Ucap Seungyoun. Ia mengambil satu paha ayam dan menggigitnya. "Hm.. Lezatnya."

Nana mengambil satu ayam. "Kau tidak makan?" tanyanya kepada Ryujin.

Ryujin menggeleng. Ia menyesap cola sebelum menjawab, "Tidak. Aku tidak makan makanan berminyak setelah pukul 6 sore."

"Ah, begitu rupanya." Nana mengangguk-angguk lalu menggigit ayamnya.

"Kau bilang kau suka ayam goreng." Ucap Seungyoun di sela-sela kunyahannya.

"Jegayo? Anindeyo." (Aku? Enggak tuh)

"Waktu itu kau pernah bilang."

"Eonjaeyo? (Kapan?) Oppa pasti salah dengar. Aku selalu menjaga pola makan supaya tubuhku tetap bagus. Oppa tahu kan aku bisa cepat gemuk jika terlalu banyak makan daging."

Di tengah celotehan Ryujin ponsel Nana bergetar. Ia mengambil ponselnya dan melihat tiga notifikasi di aplikasi chat.

ibamigoodnight : Mwohae?

ibamigoodnight : Kau sibuk?

ibamigoodnight : Ah, sepertinya kau sibuk

moonlightMaaf aku sedang mengedit naskah Seungyoon seonbae

moonlight : Aku akan mengirim pesan nanti.

ibamigoodnight : Arraseo

ibamigoodnight : Jangan pulang terlalu malam


Nana tak bisa menyembunyikan senyum lebarnya.

"Nugu?" (Siapa?) Ryujin melongokkan kepalanya ke arah ponsel Nana.

"Bukan siapa-siapa." Dengan cepat Nana memasukkan ponselnya ke dalam tas. Ia kembali fokus ke naskah Seungyoun.

"Ck. Kau punya pacar? Siapa? Aku kenal semua anak kampus kita." Ryujin kembali mengoceh yang tentu saja diabaikan oleh Nana.

Satu jam kemudian Nana telah selesai mengedit naskah Seungyoun. Ia menekan tombol save dan menggeser laptop ke arah Seungyoun.

"Sudah selesai?"

Nana mengangguk. "Seonbae bisa segera mengirimkan naskahnya ke penerbit. Semoga beruntung."

"Terimakasih, Nana. Kau sudah banyak membantuku."

"Anieyo. Seonbae juga sering membantuku."

Seungyoun memasukkan laptopnya ke dalam tas. Ia menatap Nana dengan senyum lebar khasnya. "Aku sudah merekomendasikanmu ke temanku."

"Merekomendasikan apa?" Itu suara Ryujin yang terdengar sangat ingin tahu.

"Nana bilang dia sedang mencari pekerjaan. Aku merekomendasikannya ke temanku. Kau tahu Woonpil kan?"

"Woonpil oppa yang jurnalis itu?"

Seungyoun mengangguk. Ia menatap ke arah Nana. "Aku yakin kau bisa melakukan pekerjaan itu dengan baik. Bahasa koreamu bahkan lebih bagus dari orang-orang asli korea."

"Seonbae serius?" Nana tidak bisa menahan perasaan bahagianya.

Seungyoun mengangguk. "Tunggu saja dia akan segera menghubungimu."

Kedua mata Nana berkaca-kaca. "Seonbae..."

"Kau sudah banyak membantuku. Sudah sewajarnya aku membalas bantuanmu selama ini." Seungyoun tersenyum tulus.

"Jeongmal kamsahamnida seonbaenim." (Terimakasih banyak). Rasanya Nana ingin memeluk pria baik hati di depannya ini. Tapi niatnya tertahan karena sepertinya Ryujin bisa membaca pikirannya. Wanita itu memeluk lengan Seungyoun dengan erat.

"Sekali lagi terimakasih banyak, seonbae. Aku sangat membutuhkan pekerjaan itu."

"Berhentilah berterimakasih. Ngomong-ngomong kau harus segera pulang sebelum tertinggal bus."

Nana melihat ke jam tangannya. "Masih ada waktu sebelum bus terakhir." Nana berdiri dan membungkuk ke arah Seungyoun. "Terimakasih seonbae. Aku permisi pulang dulu."

Seungyoun terkekeh. "Iya, iya. Aku juga mau pulang." Mereka berdiri dan berjalan ke luar Olive chicken.  "Hati-hati di jalan." Seungyoun dan Ryujin melambaikan tangan ke arah Nana.

Nana mengangguk dan berjalan meninggalkan Seungyoun dan Ryujin dengan perasaan bahagia.

***

Gairdín La Luna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang