-bagian enam-
Berusaha untuk tidak terlalu memikirkan, selepas bertemu dengan Ji Eun dan mengobrol sebentar dengan Bang Si Hyuk, Namjoon segera pulang ke dorm. Mobil Jungkook dan Yoongi yang terpakir sempurna membuat Namjoon tersenyum lega. Rupanya teman-temannya tengah berada di dorm.
Bersama dengan Jimin, Namjoon melangkahkan kakinya. Ia disambut Seokjin dan Jungkook yang berada di ruang tamu.
"Kalian datang." Ucap Seokjin. "Sudah makan? Aku memasak kimchi jiggae di dapur."
Jimin segera berlari ke dapur. Perutnya memang belum terisi sejak pagi. Berbeda dengan Jimin, terlebih dulu Namjoon mengecek presensi Kim Taehyung yang ternyata sudah tertidur di kamarnya. Ia tersenyum lega.
Langkahnya berpindah ke sisi kiri kamar Taehyung yang merupakan kamar Hoseok dan Jimin. Melalui celah pintu yang terbuka Namjoon bisa melihat Hoseok yang tengah mengomel sembari merapikan baju Jimin yang tergeletak secara asal di atas ranjang bahkan beberapa tercampur dengan baju kotor. Padahal baru tadi malam pria itu kembali dari Amerika sampai di dorm yang dilakukan pertama kali adalah bersih-bersih.
Berpindah ke ruang tamu ia tersenyum geli saat melihat Yoongi tertidur di sofa dengan mendengkur pelan.
"Kalian sedang apa?" Tanyanya kepada Seokjin dan Jungkook yang menatap layar laptop dengan semangat.
"Kita sedang membaca komentar haters."
Namjoon melotot. "Bukankah Ji Eun noona sudah memberi tahu kalian untuk tidak membaca komentar seperti itu."
Seok Jin tersenyum menenangkan. "Jangan khawatir Namjoon-ah. Aku cukup ahli dalam menghadapi orang-orang seperti ini."
"Agensi juga sudah mendata orang-orang yang berkomentar buruk terhadap kita." Namjoon masih menceramahi Seok Jin dan Jungkook. "Aku tidak ingin kalian mengalami hal yang sama seperti Taehyung."
"Tenang saja, hyung. Kita baik-baik saja." Jungkook mengulas senyum.
Anggota termuda BTS itu selesai membuat akun palsu dan berhasil masuk ke dalam situs obrolan yang beranggotakan para haters BTS. Dia dan Seok Jin lalu bertepuk tangan heboh mengabaikan Namjoon yang menggerutu pelan.
"Hyung, lihat!" Jungkook tertawa keras. Setelah tawanya reda ia membaca sebuah komentar yang paling banyak disukai di situs itu.
Apakah Kim Seokjin sudah kehilangan otaknya? Kenapa dia selalu menganggap dirinya sebagai World Wide Handsome. Melihat wajahnya membuatku sakit kepala.
Bibir Seok Jin mengerucut. Jemarinya dengan cepat bergerak di atas keyboard untuk menuliskan balasan ke komentar jahat itu.
Apakah kau sudah kehilangan kedua matamu? Lelaki setampan ini membuatmu sakit kepala? Kau pasti terlalu sering melihat lelaki jelek.
Seok Jin lalu menggeser kursor dan membaca komentar jahat lainnya. Dua menit berlalu sebuah notifikasi muncul membuat dahi Seokjin mengernyit.
Kau Kim Seokjin kan? Dasar tak tahu malu. Untuk apa kau masuk ke situs ini.
Seokjin berseru heboh. "Astaga, Jeon Jungkook. Bagaimana dia bisa tahu kalau ini aku?"
Jungkook menggeleng keras. "Apa kita ketahuan ya, Hyeong."
"Molla, molla. Akan kuhabisi anak-anak kurang ajar ini."
Dengan gesit Seokjin menuliskan balasan.
Aku ibunya Kim Seokjin. Beraninya kau menuliskan komentar jahat kepada anakku yang paling tampan. Gunakan waktumu untuk belajar atau membantu ibumu di rumah. Kalau kau masih berani menuliskan komentar jahat tentang Kim Seokjin akan kulaporkan kau ke polisi. Ingat itu anak muda! Sana belajar dan baca bukumu!
Jungkook terbahak membaca komentar Seokjin. "Hyung, ibumu bahkan tak pernah tau ada situs semacam ini."
Seokjin terkekeh. Ia tersenyum saat membaca balasan dari haters itu.
Maafkan aku. Bukan aku yang menulis komentar jahat itu. Tapi adikku. Aku adalah fans Kim Seokjin oppa. Aku sangat mencintainya.
Lima belas detik setelah Seokjin membaca balasannya dengan cepat komentar itu telah dihapus oleh pemiliknya. Rupanya haters itu ketakutan.
Jungkook yang tiba-tiba berdiri membuat Seokjin kaget. "Kau mau kemana?"
"Ke kamar. Aku mau bermain game."
Seokjin mengangguk lalu kembali sibuk dengan laptopnya.
Apakah hanya aku saja yang merasa Min Yoongi terlihat seperti psikopat.
Kim Seokjin tertawa keras. Ia sampai harus memegangi perutnya karena tertawa terpingkal-pingkal. Suara tawanya terdengar seperti kain yang dilap ke kaca. Ia lalu menuliskan balasan untuk komentar itu.
Ya, dia memang psikopat. Mulai sekarang kau harus berhati-hati. Pikirkan apa yang akan dia lakukan saat tau kau telah menuliskan komentar jahat tentangnya.
Seokjin terus membaca komentar-komentar jahat lainnya. Sesekali ia tertawa saat ada komentar buruk tentang member BTS. Tak jarang ia membalasnya dengan komentar pedas. Ia sudah sering menghadapi ujaran kebencian sejak pertama kali ia debut sebagai anggota BTS. Jadi ujaran kebencian yang sedang ia baca saat ini tak memberikan efek apa-apa untuknya. Ia sudah kebal.
Kecuali satu komentar yang membuat Seokjin tertegun.
KIM NAMJOON SAMPAH! AKU AKAN MEMBUNUHMU.
Seokjin terdiam. Lama ia memandangi tulisan itu.
"Hyung, kau baik-baik saja?"
Seokjin tergagap. Ia segera menutup laptopnya saat Namjoon berusaha melihat ke arah layar laptop. Ia tertawa untuk menutupi kegelisahannya.
"Ya, aku tidak apa-apa."
Seokjin berdiri dan menepuk bahu Namjoon. Ia berjalan ke arah kamarnya. Diam-diam hatinya dipenuhi perasaan khawatir.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairdín La Luna
FanfictionBahkan jika sakit, kami tidak akan merasakan sakit. Jika itu sedih, kami tidak akan sedih. Jika itu akan menjadi menakutkan, kami tidak akan takut. Karena kami BTS. -Kim Namjoon Bahkan jika kita bersama, maka padang pasir pun akan terasa seperti la...