Abaikan typo dan eyd yang belum diedit sempurna:)
Please sentuh vote sebelum baca dan jangan lupa tinggalkan komen cetar. Thank you :)※※※※※※※※※※※※※※※※※※※※
1
——Davien Blythe menguap. Rasa kantuk dan lelah yang menggrogoti membuatnya melirik arloji di pergelangan. Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Ia mendesah pelan.
Malam ini sama seperti malam-malam sebelumnya dalam dua tahun terakhir. Kerajaan bisnisnya yang semakin besar, menuntut perhatiannya yang juga kian besar. Perusahaannya yang bergerak di bidang ekspor minyak zaitun semakin terkenal di seluruh penjuru dunia. Minggu ini, satu negara lagi bergabung menjadi mitranya.
Davien merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku, lalu merapikan dengan asal dokumen-dokumen yang ada di atas meja. Jasmine Maxwell, sekretarisnya, baru pulang sekitar tiga puluh menit yang lalu.
Dering ponsel memecah keheningan.
Davien meraih ponselnya yang sejak tadi tergeletak di atas meja. Ia melihat nama pemanggil, lalu dengan perasaan cemas mengusap tanda hijau di layar.
“Ya, Rock? Ada apa? Apakah Celine dan Rhys baik-baik saja?” Tidak biasanya sahabat sekaligus adik iparnya itu menghubunginya malam-malam begini. Dua tahun menikah dengan Celine, hidup Rock berubah drastis. Sang playboy ulung telah hilang tak berbekas, berganti menjadi suami yang setia dan ayah yang hebat bagi putranya yang berusia satu tahun.
“Celine dan Rhys baik-baik saja. Aku mendapat tautan dari teman, Mr. Ritchie berniat menjual rumahnya.”
Semangat seketika membuncah dalam diri Davien. Sebagai sahabat, bahkan pernah menemaninya menemui Mr. Ritchie, Rock sangat tahu ia sudah lama mengincar rumah sederhana bergaya klasik dengan halaman luas yang dikelilingi pohon-pohon itu. Sudah berkali-kali ia mendatangi Mr. Ritchie, tapi pria paruh baya itu enggan menjualnya.
Davien bisa membeli atau membangun rumah serupa, bahkan yang mewah, tapi nilai sentimentalnya tentu saja berbeda.
“Aku akan membelinya. Terima kasih untuk informasinya, Rock.”
Rock berdeham. “Tapi sepertinya tidak mudah, Davien.”
Davien mengerut kening. “Kenapa?”
“Aku sudah menyuruh Andrew menghubungi Mr. Ritchie.”
Wajah pemuda berkacamata yang menjadi sekretaris Rock, melintas di benak Davien. “Lalu?”
“Dia hanya akan menjual rumah itu pada pria yang sudah menikah, atau setidaknya bertunangan dan berniat menikah dalam waktu dekat.”
Davien mengerang dan memijit kepalanya yang seketika berdenyut samar. “Dari mana ide gila itu melintas di kepala Ritchie?”
Rock tertawa pelan. “Kita tahu sejak awal dia tidak mau menjual rumah itu karena banyak kenangan manis bersama istrinya. Sekarang dia membutuhkan uang, karena itu dia terpaksa menjualnya. Tapi sepertinya dia ingin orang-orang romantis seperti dirinyalah yang memiliki rumah itu.”
“Itu gila!”
Rock terkekeh.
Samar-samar terdengar suara rengekan anak kecil.
“Sudah dulu, Davien. Rhys menangis, aku harus membantu Celine menenangkannya.”
Davien mendengkus masam. “Baiklah,Sweet daddy,” ledek Davien. “Salam untuk Celine.”
Rock tertawa kecil. “Baik. Omong-omong, aku akan mengirimimu tautannya.”
“Terima kasih, Rock.”
Panggilan terputus.
Sesaat kemudian, ponsel Davien berdering singkat. Tautan dari Rock. Ia dengan cepat membukanya.
Benar, rumah yang telah sekian lama ingin ia miliki kembali itu akan dijual. Namun, jika seperti yang Andrew bilang persyaratannya haruslah pria yang sudah menikah atau setidaknya bertunangan, maka bisa dikatakan ia tidak memiliki peluang seujung jarum pun.
Davien menghela napas frustrasi. Mengapa pria tua itu harus begitu kolot dan romantis? Tidak ada salahnya jika rumah itu dijual kepadanya yang lajang, bukan? Meski terkenal sebagai playboy, toh ia tidak akan mengotori rumah itu dengan membawa wanita jalang ke sana.
Davien mendesah gusar. Ia harus memikirkan cara untuk memiliki rumah itu.
***
Bersambung....Evathink
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Relationship [Tamat]
Romance●Masuk katagori "populer" pada 06 desember 2019 Forbidden Desire #2 Davien Blythe story... Davien Blythe dan Jasmine Maxwell menjalin hubungan pura-pura demi keuntungan masing-masing. Davien ingin membeli rumah yang sejak lama ia idam-idamkan, tapi...