9

14.3K 1.1K 7
                                    

Yuhuuu
Sorry baru muncul, br sempat ngedit cerita ini buat ngurangin typo
Met baca ya
Moga suka

————————————————

9
——

Udara musim panas di pagi Sabtu itu terasa hangat menyegarkan. Angin bertiup lembut melewati jendela, menyapa Jasmine yang sedang berdiri di depan lemari pakaian yang terbuka. Ia meraih sehelai gaun berwarna merah, mematut diri di cermin, lalu menghela napas panjang. Gaun tersebut terlalu terbuka dan warnanya juga provokatif, bukan pakaian yang tepat untuk bertemu Mr. Ritchie. Ia kemudian meraih sehelai gaun berwarna ungu, mematutnya, dan sekali lagi merasa tidak puas.

Sepuluh menit berikutnya, gaun demi gaun sudah ia keluarkan dari lemari dan semuanya terhampar di atas ranjang.

Jasmine memandang isi lemarinya yang hampir kosong dan menghela napas panjang.

Pakaian apa yang pantas ia kenakan? Jasmine tahu tak seharusnya ia berusaha terlalu keras, tapi entah mengapa ia melakukannya. Apakah karena diam-diam ia ingin Davien terpesona atau ia hanya sedang berusaha sebaik mungkin membantu atasannya agar berhasil mendapatkan rumah tersebut?

Jasmine mengerang pelan, memandang frustrasi pakaian-pakaian di atas ranjang. Saat melirik jam dinding, rasa putus asa kian menggrogotinya. Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi.

Tiga puluh menit lagi mereka akan berkendara ke rumah Mr. Ritchie yang terletak di perdesaan. Jasmine sudah menghubungi pria itu kemarin dan melakukan janji temu.

Bel apartemen berbunyi.

Perhatian Jasmine teralihkan. Ia berjalan ke pintu dan melihat ke lubang pengintip. Jasmine tinggal di apartemen sederhana di tengah kota. Menjabat sebagai sekretaris Davien dan mendapatkan gaji tinggi sebenarnya bisa membuatnya tinggal di apartemen yang lebih bagus, tapi ia harus menyisihkan sebagian pendapatannya untuk ditabung, juga diberikan pada kedua orangtuanya. Ayah dan ibunya memiliki toko kecil yang menjual perlengkapan pertanian. Meskipun toko kecil itu jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kedua orangtuanya, sebagai anak, Jasmine merasa bertanggung jawab berbakti kepada orangtua. Apalagi, ia anak tunggal.

Sosok tak dikenal berdiri di depan pintu. Jasmine mengerut kening. Ia membuka pintu dengan mata menatap bertanya pada pemuda jangkung itu.

“Ms. Maxwell?” tanya pemuda itu.

“Ya?”

Pemuda itu tersenyum dan mengulurkan dua buah kotak indah yang diikat pita. “Titipan untuk Anda.”

Dengan perasaan heran Jasmine menerima kotak tersebut lalu menandatangi surat tanda terima. Si pemuda yang ternyata kurir, belalu. Jasmine masuk ke apartemennya dengan mata memandang heran dua kotak tersebut.

Ia membawa bingkisan itu ke ranjang, menebak-nebak siapa pengirimnya. Ia tidak sedang berulang tahun, juga tidak sedang berkencan dengan siapapun hingga memungkin mendapat hadiah.

Jasmine membuka kotak pertama. Seketika matanya berbinar.

Di dalam kotak tersebut terlihat sehelai gaun berwarna biru yang terlipat rapi. Di atasnya terdapat sebuah kotak kecil. Kotak cincin.

Tangan Jasmine terulur meraih kotak cincin itu dan membukanya. Sebentuk cincin berhias berlian seketika menyihirnya. Mata Jasmine membesar sementara bibirnya sedikit terbuka karena takjub. Cincin itu amat sangat indah dan pastinya amat sangat mahal.

Jasmine tergoda mencoba menyarungkan cincin tersebut ke jarinya, ingin merasakan sensasi memakai perhiasan semewah itu untuk kali pertama dalam hidupnya. Namun ia berusaha menahan diri. Apakah seseorang telah salah mengirim bingkisan ini? Tapi si kurir jelas menyebut namanya. Siapa pengirimnya, apakah ..., Davien?

Fake Relationship [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang