Setelah keduanya selesai makan segera bian menuju tempat kasir namun tiba-tiba lengannya segera di cekal cepat oleh meta
dengan segera bian menoleh."Udah biar aku aja yang bayar bian "ucap meta.
"Udah aku aja, aku kan yang ngajak kamu makan kamu tunggu di depan bentar"ucap bian agar meta keluar dari cafe itu terlebih dahulu.
"Iya"ucap meta sambil berlalu ke luar cafe.
Setelah membayar dan nenerima pesanan yang ia pesan segera bian menemui meta yang sedang menunggunya sendari tadi."Ta ni aku bungkusin dua buat kamu sama aruna "ucap bian menyodorkan bungkusan itu.
"Engga usah repot repot bian udah ini buat papa sama mama kamu aja"tolak meta.
"Engga usah nolak ini aku beneran ngasih buat kamu sama aruna "ucap bian menyodorkan bungkusan.
Namun meta benar benar diam sama sekali tidak menolak dan tidak juga menerima membuat bian bingung apa yang harus ia lakukan agar apa yang di lakukannya di terima dengan senang hati oleh meta, kini bian hanya bisa pasrah dan segera mengajak meta untuk menaiki motornya dan melanjutkan ke arah rumah meta sebelum sampai motornya berhenti di lampu merah sangat tidak di sangka berpapasan dengan mobil yang di tumpangi caca dan kesi meta sama sekali tidak memperhatikan sekitarnya dirinya hanya bisa melamun yang dipikirannya hanya ia ingin cepat cepat sampai rumah.
caca yang melihat bian sangat perhatian dengan meta membuat rasa kebencian makin besar terhadap meta dan seketika ada pikiran buruk yang terlintas di benak caca untuk menghancur leburkan apa yang di miliki meta ia tidak mau yang ia inginkan untuk mendapatkan bian hancur seketika melihat bian dengan meta terlihat sangat romantis.
"Sabar ca lo bisa dapetin bian dengan cara lo sendiri"gunam caca dalam hati.
Tak lama kemudian lampu yang awalnya berwarna merah berubah hijau dengan segera bian melajukan motornya.
Akhirnya sampai rumah di perjalanan dari sekolah ke rumah meta yang lumayan jauh dengan keduanya sama sama bungkam membuat salah satu akhirnya angkat bicara dan menanyakan kenapa dirinya diam sendari tadi.
"Makasih"ucap meta singkat sambil turun dari motor bian sambil berlalu pergi.
"Bentar aku mau ngomong sama kamu "ucap bian segera mencekal lengan meta agar dirinya tidak segera masuk ke dalam rumah.
"Mau ngomong apa"ucap meta sambil menoleh ke arah bian.
"tadi kenapa diem terus pas aku bonceng "tanya bian.
"engga kenapa kenapa ko "jawab meta bohong.
"engga usah bohong jawab aja kenapa"ucap bian.
Dengan terpaksa akhirnya meta mau bicara kenapa sendari tadi hanya diam saja.
"Aku itu engga mau sebenernya apa apa kamu yang bayar kaya tadi aku malu nanti di sangka aku yang minta padahal aku sama sekali engga mau kaya gitu bian "ucap meta menjelaskan.
Bian hanya terkekeh pelan.
"Kamu kenapa, nih ya sekarang kan kamu pacar aku jadi aku berhak ngasih apa aja ke kamu jadi kamu engga usah sungkan gitu"ucap bian.
"Yaudah nih mubajir kalo aku buang mendingan kamu terima ya plis"ucap bian sambil menyodorkan bungkusan yang tadi ia pesan di cafe.
"Iya makasih bian "ucap meta sambil menerimanya.
"Sekarang kamu masuk gih aku tungguin kamu dari sini"ucap bian sambil memerhatikan meta.
"Iya bian,kamu hati hati di jalan yah"ucap meta lalu pergi meninggalkan bian yang masih setia menunggunya hingga dirinya di pastikan sudah masuk ke dalam rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Magic Of Dreams [On Going]
Teen Fictionkisah seorang gadis sederhana yang berkeinginan menjadi seorang penulis profesional, padahal selama ini tidak ada yang percaya bahwa keinginannya akan tercapai, itu seakan-akan seperti mimpi yang terlalu tinggi, tetapi gadis itu akan tetap berusaha...