🌖ᴘᴀʀᴛ 7🌖

62 12 0
                                    

Namun saat di jalan...

Hasan menjalankan motornya ke arah yang berlawanan dari sekolah. Dan pastinya Nisa langsung berteriak-teriak ke helm Hasan dengan emosi yang meletup-letup.

"EH! KUNYAK! KITA KEMANA SEH, HAH?!" Kata-ralat, teriak-Nisa sambil menepuk-nepuk pundak Hasan.

"UDAH TELAT BY, LAGIAN AKU UDAH NITIPIN SURAT IJIN BUAT KITA." Jawab Hasan setengah berteriak.

"IHH... NTAR KALO MAMEH KITA TAU GIMANA MONYED?!"

"UDALAH, DIEM AJA. BRISIK TAU GA."

Nisa pun akhirnya berhenti berceloteh dan tertidur karena bosan selama di perjalanan. Wajahnya terlihat jelas di kaca spion hingga membuat Hasan terkekeh-kekeh setiap kali melihatnya.

Dan ketika Hasan sudah berada di dekat lampu merah, ia sengaja memperlambat laju motornya agar terjebak di lampu merah untuk sekedar beristirahat. Karena Hasan akan membawa Nisa ke tongkrongan rahasia Hasan dengan teman-temannya di daerah Buah Batu. Dan jaraknya pun tidak main-main. Ada 5 kilometer kurang lebih jaraknya dari Bandung.

Entahlah, kaum laki-laki ini aneh-aneh semua. Nyari tongkrongan aja sampe 5 kilo jauhnya. Memang kurang apanya sih cafe di bandung? Udah ada yang bagus, Malah milih yang jauh. SintiNg.

Balik lagi ke Hasan dan Nisa yang terjebak di lampu merah, kini Hasan sedang berusaha membangunkan Nisa yang masih tertidur.

Dan beberapa saat kemudian, Nisa terbangun dengan lolongan gajah yang lolos keluar dari pita suaranya. Dan itu sukses menarik perhatian pengguna jalan di dekat mereka. Namun sepertinya dunia memang terasa seperti milik mereka berdua saja, hingga tatapan para pengguna jalan pun mereka abaikan.

"Aaaaaahh... Hasan!!" Nisa pun menyonyor helm Hasan dengan kerasnya karena sangking kesalnya.

Coba bayangkan, Nisa dibangunkan bukan dengan cara yang halus seperti di panggil-panggil ataupun digoyangkan kepalanya dengan perlahan, namun Hasan membangunkannya dengan menggoyang-goyangkan motornya secara cepat ke samping.

Untung saja Nisa memeluknya dengan erat saat tertidur tadi. Bagaimana jika hanya bersandar saja? Pasti kini Nisa sudah terjatuh dengan kepala yang terbentur trotoar lebih dahulu. Ehh, helm maksudnya.

"Makanya, jangan tidur! Bahaya tau ngga, ntar kalo jatohnya ke pinggir jalan gimana??" Kata Hasan sambil mengelus lembut punggung tangan Nisa yang berada di perutnya.

"Harusnya aku yang ngomong itu, Hazan! Udah ah, intinya kita ini mau kemana sih? Lama banget anjir ngga nyampe-nyampe." Belum sempat Hasan menjawab, lampu lalu lintas ini sudah berubah warna menjadi lampu hijau, dan inilah kesempatan Hasan untuk mengabaikan pertanyaan semacam itu dari Nisa agar tidak mendapatkan penolakan.

Karena Hasan merasa iba dengan raut wajah Nisa yang lesu, ia pun menambah sedikit kecepatannya dengan hati-hati. Dan akhirnya setelah berjalan setengah jam menuju lokasi utamanya, Hasan bisa bernafas lega karena akhirnya telah sampai di cafe tujuannya.

"Saampee..." Hasan pun turun dari motor harley-nya dan melepas helm full face berwarna hitam pekat dari kepalanya.

Berbeda dengan Nisa, yang kini masih bersusah payah membuka kancing helm kodoknya dengan erangan di setiap usahanya. Dan yang paling konyol, Nisa sama sekali belum bangkit dari posisi duduknya di motor Hasan.

Hasan masih belum menyadari hal itu hingga ia sampai di bangku tempat yang lainnya berkumpul.

"Hey, guys.. Udah lama nih nungguin kita berdua? Sorry ya, tadi si Nisa tidur pules banget, kasian, jadi berhenti di lampu merah dulu, hehe." Sapa Hasan pada ke-lima sahabatnya-Alyssa, Desty, Gita, Rifqi, dan Marcell.

The BeautifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang