🌕ᴘᴀʀᴛ 6🌕

44 7 0
                                    

Nisa dan Hasan kini bergerak dari kamar Hasan menjadi ke balkon pribadi yang tentunya milik Hasan.

Untuk memberikan sedikit kenyamanan dan juga kehangatan, Hasan membawa matras tipis berbahan lebut nan empuk sebagai alas mereka untuk duduk ataupun rebahan di balkon. Dan juga tak lupa mengambil sweater juga hoodie tebal favoritnya untuk melindungi kulit mereka dari sengatan udara malam yang semakin dingin.

Hoodie bermotif army itu melekat di tubuh Nisa yang berukuran dua kali lebih kecil dari hoodie yang ia gunakan. Namun, hoodie yang kebesaran itu membuatnya terlihat lucu dimata Hasan.

Mereka berdua pindah ke balkon atas keinginan Nisa. Katanya, agar bisa menikmati indahnya lagit malam. Mungkin juga ada sedikit bumbu modus di dalamnya. Ya, jika tidak untuk bersandar dipundak Hasan dan menikmati indahnya tatapan dari ciptaan Tuhan ini?

"Laptop?"

"Nih, tinggal nonton aja."

Hasan pun membuka laptopnya dan ditaruh di atas pangkuannya. Setelahnya, Hasan menyalakannya dan membuka kata sandinya.

Nisa menguap saat Hasan baru menyalakan laptopnya. Mengantuk bukan menjadi penghalang ketika ia merasa penasaran. Nisa memperhatikan huruf-huruf yang Hasan ketik saat membuka sandi di laptop-nya.

'Hannisyraf26? Ko ada annis nya sih?' Pikir Nisa.

Hasan sepertinya memperhatikan Nisa sedari menyalakan laptopnya. Hasan tau jika Nisa sudah terkantuk-kantuk. Tapi bukannya ia tolong, Nisa malah ia biarkan terus menguap tanpa henti.

"Hhooaamm-dah blom nyalainnya?? Lama amat." Tanya Nisa yang langsung membuat tawa Hasan meledak ledak hingga tersedak.

"Issh?! Kok malah ktawa sih," Nisa yang tak terima langsung menimpuk Hasan menggunakan bantal yang sebelumnya Nisa gunakan sebagai sandaran sementaranya.

Entah mungkin hidupnya penuh dengan ketidak beruntungan atau bagaimana, Nisa gagal menimpuk Hasan dan malah membuat laptop Hasan tertimpa oleh tubuhnya.

Untung cuma ketimpa perut. Yakali ketimpa itu, apa sih anu, dada, pasti dada sama dompet auto dadas, gerutu Nisa dalam hati.

"Eh.. Ehh, laptop aku astajim!!! Awas, awaas!!" Hasan pun dengan cepat mengenyahkan tubuh Nisa yang berada di pangkuannya. Jangan lupakan juga bahwa Nisa juga berada diatas laptop kesayangannya.

Setelah di enyahkannya tubuh Nisa, Hasan langsung memeriksa laptopnya dengan sangat-sangat-sangaatt teliti. Saking telitinya, Hasan bahkan sempat melirik Nisa yang sedari tadi kerjaannya buka-tutup mulutnya akibat terlalu mengantuk.

"Gimana tuh-hhooaamm-laptopnya?" Tanya Nisa dengan satu tangan yang menutupi mulutnya sebagai antisipasi jika dia akan menguap lagi.

"Gimana ya, bukannya mau sombong, tapi biar kita aja yang tau, ini.. laptop ini bukan laptop merek sembaranga-wnfftt." Karena tangannya sudah merasa keram dan kesemutan ingin membekap Hasan, maka jadilah Nisa menyumbat mulut Hasan dengan bantalnya.

"Bacot. To the point aja napa sih, susah amat." Nisa memutar bola matanya jengah. Sialnya, kantuk yang sedari tadi hinggap di tubuhnya membuat Nisa kembali menguap saat memutar bola matanya.

Hasan pun menaruh laptonya di meja kecil dua langkah di depannya. Namun, setelah menaruh laptopnya, ia pun langsung duduk bersila di dekat Nisa dengan senyuman jahilnya. Sedikit mencurigakan.

The BeautifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang