🌒ᴘᴀʀᴛ 11🌒

29 4 0
                                    

"KAMU NGOBAT?!"

nisa terkaget-kaget melihat tumpukan strap obat di laci yang ia buka hingga berteriak histeris tepat di depan pemiliknya.

"um.. ng—anu.. itu.." jawab hasan seperti terserang serangan gagu. satu penyakit belom sembuh, udah ada lagi aja penyakit baru yang daftar ke dalam tubuhnya yang katanya kekar.

"oh, vitacimin? bilang napa dari tadi. kan, serem kalo punya temen yang ngobat gajelas," gadis itu pun tersenyum lega setelah membalikkan strap vitamin yang katanya seperti narkoba. senyumnya pun menular tepat ke wajah hasan dengan begitu cepatnya. seperti perasaanya yang berkembang seiring berkurangnya waktu untuknya menghirup segarnya udara dengan stok yang tak pernah habis.

"senyum mulu, mbak. mas jadi dag dig dug liatnya, wkwkwk." ujarnya sambil terkekeh mandjah.

"hah? gak salah denger, nih?" melihat reaksi nisa
yang di luar ekspetasinya, kekehannya pun langsung terhenti. sorot matanya berubah sendu. dih, moody-an.

"mbak juga dag dig dug, kok, kalo di deket mas," lanjut nisa sambil tersenyum jahil.

"TAPI BOONG!"

BYURR

"BANGUN WOEY, BOCAH!!" se-gayung air dingin telah meera tumpahkan tepat diatas wajah adeknya yang terlihat innocent ketika tertidur. tentu hasan terkesiap dan langsung bangkit dari posisinya.

"DRAMA MULU IDUPMU, DEK! CEPET SIAP-SIAP!" tegur meera dengan suara toanya sembari menunjuk-nunjuk adiknya dengan gayung yang ia bawa.

"YA SERAH GUE, LAH! DARIPADA LU! NGEGAS BAWA-BAWA GAYUNG!" teriak hasan tak kalah lantangnya di depan kakaknya yang memang hobby-nya ngegas.

"udah, lah, puyeng pala gue ngeladenin bidadari galak macem lo!" meera mengangkat sebelah alisnya.

"sana-sana! ini wilayah gue main injek aja lo! hush.. hush.." setelah sukses mengusir meera dari wilayahnya, hasan tiba-tiba mendapat jitakan gayung meera yang kerasnya tak terhitung kalkulator sekalipun. membuatnya mengerang seperti kucing yang terjepit mainan buaya.

"eh, kampret lo—"

"udah nggak sopan sama kakanya masih mau nyolot juga, nih?" seusai memotong ucapan adiknya, meera lebih memilih melenggang ke kamarnya daripada meladeni adiknya yang tambah gesrek setiap harinya.

"kakanya siapa itu ya ampun, ngga ngerti lagi dah sama spesies yang beginian." setelahnya, hasan mengemasi baju-bajunya  yang sudah menggunung di atas meja belajarnya dan juga sepatunya yang masih setia terjajar di tempatnya.

"gue tumbenan dibolehin liburan pas masih sekolah, biasanya juga bolos setengah jam udah hampir di rukyah sama si meera!" gerutuannya membuat seseorang tertawa di lawang pintu kamarnya. suara perempuan.

"nisa?" tebaknya asal tanpa mengalihkan pandangannya dari koper bekas naik haji milik kakak sulungnya.

"nisa? jadi mamih kamu namanya nisa, nih?" mamih pun tertawa manjah sambil memukul-mukul pintu kamar anaknya.

"tenang, kakak kamu, si meera ngga bakal ngerukyah adek, kok pas liburan nanti." ujar mamih antusias.

"lah? emang dia nggak ikut?"

"ngapain ikut, ini kan hadiah ulang tahun adek." hasan pun menghampiri mamihnya untuk menghadiahinya sebuah pelukan hangat.

"mamih udah scrubbing, jangan pegang!" hasan mengerucutkan bibirnya. "canda, tapi mamih tau adek belom mandi, mandi sana!"

-🌙-

"ogah! ogah!" teriakan nisa sukses menarik perhatian orang-orang beserta rasa malunya.

The BeautifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang