empat

54 11 4
                                        


Diruang keluarga, adel yang tengah bermain bersama zara melupakan jaehyun yang tengah memakan keripik singkong dengan cepat, saking kesalnya ia sampai tersedak.

"Uhuk..uhuk.." adel pun menghampiri jaehyun, yang sedang meneguk air putih yang ia ambil dari kulkas.

"Kamu makan kaya orang kesetanan, baca doa dulu makanya"

Jaehyun tidak mengubris ucapan adel, ia masih marah. Apaan-apaan adel malah menjaga zara ketibang dirinya. Yaelah cuman gitu doang harus marah.

Adelia meninggalkan jaehyun dan kembali bermain bersama zara, tapi ia cukup senang melihat tingkah adel dan zara seperti ibu dan anak.

Baru saja dititip anak oleh temannya sudah seperti ini, apa kabar jika dititip anak oleh tuhan? Apa ia akan merasa kesal dan cemburu seperti ini? Ah tidak jaehyun tidak akan seperti itu.

Akibat kelamaan ngelamun, jaehyun dikagetkan oleh jeritan anak kecil itu. Adel menimang-nimangnya pelan berusaha menenangkan. Sudah diajak keliling-liling rumah tetap saja nangis.

Kayanya ini anak kesurupan, sampai penat adel menenangkan jaehyun juga lelah mendengarkan tangisan zara.

"Omaygatt!! I love this song..eaa..eaaa..eee..eaaa"

Jaehyun dengan nada buatan menangis-nangis seperti layaknya seorang bayi, tidak peduli tatapan adel yang tajam.

"I LOVE THIS SONG!!! EAAA...TERUS LAH NANGIS baby..eaaa"

Sumpah kini perilaku jaehyun seperti orang gila, ia membuat tangisan yang dibuat-buat hingga zara menangis lebih kencang.

"I love this song..e--"

"SHUT UP!"bentak adel marah, ia mulai menaiki anak tangga satu persatu meninggalkan jaehyun yang kebingungan.

Apa salahnya? Ia hanya kagum dengan tangis anak kecil menurutnya itu seperti nada lagu.

***

"Aku-- mau kita pisah,"

Doyoung diam, dadanya bergemuruh hebat, kesal dicampur marah menjadi satu. sampai-sampai ia melempar mangkuk dan gelas yang ia pegang kelantai hingga menjadi serpihan-serpihan beling.

"Ngomong sekali lagi?" Pinta doyoung, audrey menunduk takut, karna tatapan doyoung yang menusuk.

Doyoung mencengkram pundak audrey kencang, audrey tetap menunduk. "Ngomong sekali lagi!"

Suara doyoung bergumuruh hebat akibat emosi, dengan rasa ragu audrey menatap mata doyoung yang melihat dirinya tajam.

"Aku mau kita pisah" ujarnya mantap, doyoung berdecih dan terkekeh ringan. Melepas cengkramannya dari audrey.

Demi tuhan, ini yang lebih sakit dari apapun, apa audrey saja yang kehilangan bayi itu hingga ia meminta doyoung menceraikannya?
Doyoung juga sakit, apa yang audrey fikir bahwa ia hanya menanggung sakit sendiri? Tidak! Dibalik senyum doyoung, kekehen doyoung, kesabaran doyoung ia menyimpan rasa sakitnya sendiri. Tidak ingin melihatkan kepada audrey. Tidak tau saja bahwa doyoung lebih serapuh audrey, namun jika ia rapuh siapa yang akan menguatkan audrey?siapa yang menyemangati audrey? Siapa jika bukan doyoung sendiri?. Bersabar dengan luka hati yang lebar, namun ini keputusan audrey. menyerah begitu cepat tanpa memikirkan perasaan doyoung.

"Doyoung?" Tanya audrey panik, ketika melihat doyoung yang hanya diam saja. Wajahnya memucat.

Namun saat ingin menyentuh doyoung, audrey terkejut melihat perubahan sikap doyoung yang berbeda drastis.

"ARGHHHH!!!!" Teriaknya, memukul cermin hingga tangannya berdarah. Audrey takut, ia tak pernah melihat doyoung seperti ini.

"Kamu bilang mau pisah? Haha! Lucu! Dimana otak kamu?! Kamu pikir kamu doang yang kehilangan bayi itu? aku juga kehilangan drey! Argh! Brengsek! You mother fucker!" Audrey menangis keras, doyoung tidak peduli. Sudah selama ini ia bersabar, kesabarannya hanya dianggap remeh oleh audrey.

The Family Is Not ClearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang