Kai POV
Percaya atau tidak, memiliki anak perempuan adalah impian setiap laki-laki di dunia ini. Makhluk kecil yang akan bergelayut manja di gendongan, membanjirimu dengan kecupan-kecupan manis dan tawa renyah, membuatmu menjadi pria paling beruntung di dunia. Bukan berarti memiliki anak laki-laki tidak seindah itu, hanya saja bagi seorang ayah, anak perempuan akan selalu mengisi satu tempat di hatinya. Dia tidak akan berubah meski waktu memakan usia, dia akan tetap menjadi gadis kecil yang senantiasa ingin kau jaga.
Setiap anak laki-laki yang tumbuh dewasa, mereka akan perlahan menjauh dari ayahnya. Merasa dirinya sudah menjadi laki-laki matang yang harus bisa berdiri sendiri. Tapi seorang anak perempuan, meskipun mereka sudah berkeluarga, mereka tetap akan mencari ayahnya karena hanya sang ayah yang bisa memberikan perlindungan dan cinta tanpa batas. Seorang ayah akan tetap memperlakukan putrinya seperti tuan puteri kecil yang harus disayang dan dimanja.
Bukan berarti kasih sayang ayah melebihi kasih sayang seorang ibu. Hanya saja ketika seorang anak perempuan tumbuh dewasa, ibunya akan memperlakukannya layaknya perempuan dewasa, mendidiknya menjadi wanita yang mandiri dan siap berumah tangga. Namun, hanya dengan sebuah rengekan manja dan sedikit tingkah manis, seorang anak perempuan akan meluluhkan hati ayahnya. Hal yang tidak akan bekerja di depan ibu mereka.
"Kok kakak minum es? Kan baru sembuh batuknya?" Krystal menekuk mukanya tidak suka di hadapan Carnell, anak kita. Gadis kecil itu menunduk takut-takut dan bersembunyi di belakangku, mencari perlindungan.
"Sedikit aja Ma, nggak pa pa" aku berusaha membela malaikat kecil ini.
"Papa ini bisa-bisanya ya, belain aja terus, nanti kakak makin manja" dengan menurunkan volume suaranya agar tidak terdengar Carnell, Krystal beralih memarahiku.
"Udah. Sekali aja. Nggak tega liat Carnell, kepengen makan juga kayak temen-temennya" aku balas berbisik.
"Awas aja, nanti kalau sakit Papa yang tanggungjawab"
"Iya..iya, kakak nggak bakalan kenapa-kenapa kok"
Ibu sang gadis itu kini menunduk menatap anaknya, "Ya udah, sedikit aja ya Kak." ucapnya sambil tersenyum.
Melihat ibunya tidak lagi memarahinya, gadis kecil itu ikut tersenyum dan menghabiskan sisa es krimnya.
"Enak ya kak es krimnya?" tanyaku melihat Carnell yang begitu lahap menghabiskan es krim vanilla kesukaannya.
Carnell mengangguk, mulutnya masih sibuk melahap habis makanan beku itu. Tapi matanya kini tertuju pada benda lain yang dimakan teman sebayanya.
"Kakak mau makan cokelat juga?"
"Kakak boyeh mam tokelat?" tanyanya ragu-ragu.
Gue memutarkan pandangan sekeliling mencari ibu anak ini. Oke, keadaan aman. Si Mama lagi ngobrol cantik dengan Mama-Mama lain di sela-sela acara ini.
"Dikit aja ya. Tapi jangan bilang-bilang Mama. Oke?"
Carnell tersenyum girang. Senyum yang selalu ingin aku jaga walau harus mengorbankan seluruh jiwa ragaku.
Setiap laki-laki di abad ini pasti tumbuh bersama tokoh-tokoh khayalan dunia Marvel. Entah itu Superman, Spiderman, Iron Man, Captain America, Hulk, ataupun Deadpool. Dan jika ditanya, pasti mereka pernah bermimpi menjadi satu diantaranya, pahlawan pembasmi kejahatan. Waktu berumur lima tahun, mimpi ku cukup sederhana, yaitu menjadi power ranger merah. Berkat gadis kecil yang memanggilku Papa, kini impianku bisa terwujud. Impian menjadi seorang superhero.
"Aaaaaaaa..... Papaaaa... tecoa... Paaaapaaaa da tecoaaaa" teriakan si mungil memenuhi seantero rumah.
"Huaaa.... Papaaaa cepetan sini... ada kecoa.... Papaaaa" si Mama ikut-ikutan heboh mendapati satu ekor kecoa yang lagi sibuk muter-muter di dalem rak sepatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Between
FanfictionSuatu hari Krystal menemukan dirinya sudah sah menjadi istri pengacara muda orang kepercayaan kakeknya, Kai. Tidak ada pilihan lain bagi Krystal selain menerima pernikahan ini. Lalu apa jadinya jika sang suami menuntut Krystal untuk memberinya ketur...