64 • Perubahan •

353 32 1
                                    

•Author Point Of View•



23.00,







Miki baru saja pulang dari rumah Jisung, dijemput oleh Jeongin sang sepupu dan tentunya menggunakan motor bukan menggunakan sepeda.

Sekarang Jisung kembali sendiri di kamarnya, sering kali Jisung menghela napasnya karena teringat ucapan Miki tadi.

"Sebenernya gue cuma pengen lo yang udah ingkarin janji untuk selalu ada buat gue, tetep ada disini walaupun bukan buat gue lagi."

"Udah cukup gue kehilangan lo dari samping gue."

"Gue gak mau kehilangan lo lagi dalam artian yang lebih buruk dari sebelumnya."

"Maka dari itu, gue harap lo bisa terus bertahan."

Perkataan itu terus terngiang di kepala Jisung, rasanya membuat Jisung frustasi dan merasa sangat bersalah.

Tapi diluar dari perkataan Miki tersebut Jisung merasa lukanya perlahan terobati.

Mengingat Miki yang sangat peduli padanya tadi, senyumnya, pelukannya. Itu menjadi obat tersendiri bagi luka yang Jisung rasakan.

Jisung tersenyum tipis saat mengingat celotehan Miki tadi.

"Lo masih sayang sama gue ya Mik." gumam Jisung.

Ia menarik napas panjang lalu bersandar pada dinding kamarnya.

Jisung berpikir, apa harus dirinya melawan rasa takut dan menjalani transplantasi sumsum tulang belakang?

Tapi apa jadinya jika semuanya kembali sia sia seperti yang sudah sudah?

Rasanya Jisung bisa menggila dalam sesaat karena semua hal sialan ini.

Jisung tidak ingin merasa kecewa lagi. Hanya itu.

Tapi jika dia tidak mencoba, dan mati dengan sia sia karena terpuruk. Itu akan membuat orang orang yang menyayanginya lebih merasa kecewa.

Dan dia dapat mengira jika hal itu benar terjadi maka rasa sakit yang ia tanggung akan lebih berat dibanding sekarang.

Jisung mendongak kan kepalanya keatas, melihat langit langit kamarnya.

"Hhhhh.."

Dan untuk kesekian kalinya ia menghela napasnya. Terlalu berat baginya untuk memutuskan.

'Cklek'


Pintu kamar Jisung terbuka, menampilkan seorang lelaki berkulit putih susu. Yoongi.

Dia memasuki kamar Jisung. Sekarang dia bersandar pada pintu yang tertutup, melipat kedua tangan didepan dada lalu tatapan nya lurus pada Jisung, adiknya.

"Gimana? Lo udah dapet pencerahan hidup sekarang?" ucapnya terkesan meledek.

Jisung menegakan posisi duduknya lalu menatap Yoongi datar.

"Mau apa?" tanya Jisung tanpa memperdulikan ucapan kakaknya tadi.

Yoongi tersenyum kecil mendengarnya. Ia mendekat pada Jisung lalu meletakan tangan kanannya di atas kepala Jisung, ia mengusapnya dengan lembut.

"Tentang pengobatan lo, gua harap lo ngambil keputusan terbaik." ucap Yoongi.

"Dan lagi gue seneng waktu tau lo udah mau makan dan keadaan lo keliatan agak membaik." tambahnya lagi kini dengan segaris senyuman.

Yoongi mulai berjalan mundur lalu melangkahkan kakinya menuju pintu kamar Jisung.

Yoongi memegang knop pintu, tapi dia terdiam sejenak sebelum membuka pintu tersebut.

Promise • Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang