Part 1 - Peradaban Hidup

153 10 9
                                    

Pada dasarnya hakikat hidup manusia terbagi atas tiga, sebagai makhluk Tuhan, individu, dan sosial budaya. Tanggung jawabku sebagai makhluk Tuhan membuatku sadar ke mana tujuan akhir dari suatu kehidupan. Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya adalah sebuah dasar panduan. Tanggung jawab sebagai individu membuatku tahu ke mana langkah kaki ini harus menuju. Apakah aku hanya terpaku pada kesenangan dunia ataukah akhirat juga? Tanggung jawab sebagai sosial budaya membuatku tahu bahwa aku harus hidup bersama. Hidup berdampingan dengan orang lain sampai melahirkan budaya yang selaras ­dalam kolaborasi keindahan, intelektual, dan spiritual.

Jika sejarah saja memiliki peradaban, bukankah seharusnya aku juga demikian? Terus berevolusi dan meninggalkan berbagai kisah yang baik dalam perjalanan menuju kematian. Lagi pula, hidup ini sejatinya hanya menunggu. Menunggu waktu sholat hingga menunggu waktu disholatkan.

***

Bapak, ibu, saudara, tetangga, dan teman-teman kerjaku memanggilku Lina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bapak, ibu, saudara, tetangga, dan teman-teman kerjaku memanggilku Lina. Hanya teman-teman kuliah saja yang memanggilku Shari. Saat ini aku bekerja sebagai auditor disebuah kantor akuntan publik yang tersohor di dunia. Aku menangani bidang yang erat kaitannya meneliti angka-angka dalam laporan keuangan. Seringkali di balik meja kerjaku, aku mengingat bahwa ada banyak tetes keringat, air mata, dan perjuangan hingga berada di titik ini. Sejak SMA aku sengaja menekuni bidang keuangan dan bisnis. Mulai dari investasi, akuntansi, audit, budgeting, pajak, perbankan, sampai dengan bisnis dan manajemen. Konsistensi dalam bidang keuangan selama bertahun-tahun lamanya membuatku paham mengapa kaca pembesar, dan pantulan sinar matahari dapat dengan mudah membakar selembar kertas yang ada di bumi.

Bekerja sebagai auditor membuatku belajar apa itu implementasi kode etik. Mulai dari kehati-hatian, objektivitas, kerahasiaan, integritas, menjaga asas kepentingan publik, bekerja sesuai dengan teknis, bertanggung jawab, hingga bekerja secara profesional. Tentunya, itu hanya akan menjadi retorika belaka jika aku tidak benar-benar menghidupkannya.

Salah satu kantor akuntan publik tersohor di dunia. Artinya, kantorku memiliki sejarah peradaban yang baik dalam segala aspek. Siang itu aku baru saja mengetahui kabar bahwa di perusahaan tempatku bekerja sedang membuka kesempatan bagi seluruh staf untuk magang di kantor luar negeri selama satu tahun. Tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya karyawan dalam memahami roda bisnis Internasional. Hal ini akhirnya membuatku tertarik untuk ikut menunjukkan performa terbaik dalam bekerja.

"Lin? kamu ikutan program magang luar negeri nggak?" tanya rekan satu divisi yang juga tertarik untuk ikut program tersebut, "Kok aku ragu ya mau ikutan." Namanya Mbak Nur, dia adalah salah satu staf tergaul di departemen audit.

"Insya Allah Lina ikut Mbak, sayang banget kalo kesempatan ginian dilewati gitu aja. Daftar bareng yok Mbak, anggep iseng-iseng berhadiah. Ntar keterima atau nggak urusan nomer 8.000," jawabku sambil merapikan berkas yang ada di mejaku.

"Wagilah sih, isengmu begituan ya Lin? Iseng gua mah ngupil, sama stalker mantan," imbuhnya.

Sambil memutar kursi ke arah Mbak Nur, "Waduhhh ... Lina ga ada mantan sih Mbak, jadi gatau  lagi mau ngapain kalo ndak nyikat peluang yang ada. Toh kesempatan kayak gini datengnya juga atas kehendak Allah. Masa iya mau dianggurin gitu aja."

Syawal AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang