Chapter Eight: Selasa...Ceria?

278 31 14
                                    

Sesuai rundown, kegiatan hari ketiga di Jogja adalah mengunjungi Keraton Yogyakarta yang menjadi simbol kejayaan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan juga detak jantung kebudayaan Jawa.

Para murid akan melihat aneka benda koleksi raja beserta keluarganya, pertunjukan seni, hingga kehidupan para abdi dalem*.

Seperti biasa, Vito selaku manusia yang membutuhkan ekskresi setiap pagi itu bangun lebih awal dari yang lain hanya untuk menyanggupi panggilan dari alamnya yang sangat sulit untuk diabaikan.

Pemuda itu mengerahkan segala tenaganya pagi ini demi leganya perut. Kemarin, ia kurang banyak minum cairan sehingga buang airnya hari ini kurang lancar dan membutuhkan tenaga ekstra.

"Ah, lega." Vito baru mau melangkahkan kakinya keluar kamar mandi waktu tiba-tiba Anggi turun dari lantai atas sembari mengunyah happy tos milik Galena.

"Pagi, Nggi!"

"Iya, pagi." Anggi sedikit menyunggingkan senyumnya. "Kamar mandi kosong kan?"

"Lu mau ke kamar mandi?" Tanya Vito sembari menggesekan kakinya ke keset depan kamar mandi.

"Iya. Kamar mandi di atas dipake Karina. Lu tau dia kalo di kamar mandi berasa di sauna. Lama banget."

Vito panik. Masalahnya kamar mandinya baru banget dia pake dan baunya masih bau hasil ekskresinya yang subhanallah busuk. "Bentar-bentar, lu diem dulu di situ jangan gerak."

"Hah? Kenapa?"

Vito segera menggerakan pintu kamar mandi ke depan dan ke belakang seakan mengipas kamar mandi agar baunya terurai. "Gua abis boker. Kalo lu gak mau mati kebauan mending diem dulu di situ."

Anggi ketawa. "Santai sih."

"Beneran busuk, Nggi, masalahnya."

Anggi mengerjapkan matanya. Oke, mungkin kali ini ia harus mendengarkan Vito. "Oke."

"Anjing langsung oke dia."

Anggi ketawa lagi. "Nurut daripada mati kebauan. Gak elite banget."

"Nanti gua jadi pelaku pembunuhan ya, Nggi."

"Iya. Kasian mendekam di penjara gara-gara tai."

Vito tertawa. "Oiya, itu ambil yakult gua di kulkas dulu aja, Nggi, biar gak bosen nunggunya." Ucap Vito sembari masih menggerakan pintu kamar mandi.

"Boleh?"

"Ya kalo gak boleh ngapain gua tawarin."

"Iya juga." Anggi kemudian berjalan ke arah kulkas dan melakukan apa yang Vito anjurkan.

Karena sudah mulai merasa lelah dan sepertinya bau hasil ekskresinya telah terurai, Vito pun kembali masuk dan menyalakan keran, hendak berwudhu. Adzan subuh sudah berkumandang dari setengah jam yang lalu sebenarnya, tapi Vito baru ingat kalau dia belum salat.

"Ngapain masuk lagi?" Tanya Anggi ketika Vito sudah keluar kamar mandi dengan wajah basah dan rambut klimis.

"Baru inget belom subuhan, hehe."

TrouvailleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang