Chapter Two: Basa-basi Masa Lalu

724 110 49
                                    

Hari H.

"Angga, ya?"

Nada sedikit tersenyum menatap pemuda yang baru saja mengeluarkan koper hitamnya dari bagasi taxi. Pemuda itu cuma melirik sekilas ke Nada lalu mengangguk.

Hari ini adalah hari dimana dua puluh remaja yang telah terpilih sebagai perwakilan SMA Cakrawala akan berangkat ke Jogja. Beberapa ada yang merasa terpaksa, beberapa juga ada yang senang karena jatohnya jadi refreshing gratis setelah seminggu penuh dipusingkan oleh soal-soal ujian akhir semester.

Tim merasa senang karena refreshing gratis itu sudah pasti beranggotakan seorang Nadamira Gayatri, siswi kelas mipa 1 yang saking excitednya sampai dia udah stand by depan gerbang sekolah untuk berangkat bersama naik bus dari sekolah ke Stasiun Gambir dari jam dua belas siang. Padahal kumpulnya aja jam dua.

Selain Nada juga ada Angga, pemuda yang sebenarnya sama sekali nggak niat ikut acara kayak gini-gini, tapi daripada nganggur nunggu jemuran di kosan, mending dia ikut katanya.

"Yang lain belum dateng, cuma kita." Ujar Nada lagi.

Angga menghela napasnya dan mengangguk kepada Nada. Ia kemudian tersenyum kecil pada sopir taxi yang tadi mengantarnya.

"Tau gue kan?" Tanya Nada sambil menunjuk dirinya sendiri.

Angga diam tidak menggubris.

Nada mengerjapkan matanya. Masa sih, ini cowok bisu?

Nada menggerakkan kedua tangannya, mengenalkan diri menggunakan bahasa isyarat yang baru ia pelajari minggu lalu karena iseng.

"Nama saya Nada, N-A-D-A."

Angga yang melihat tingkah Nada sontak terkekeh kecil lalu berucap,

"Gua nggak bisu kali."

Nada pun menutup mukanya malu. "Eh, sorry-sorry. Lagian lo nggak ngomong-ngomong, gue kira lo bisu."

Angga tertawa.

"Lo pelit ngomong ya?" Tanya Nada.

Angga mengangguk.

"Perasaan gak ada deh orang pelit ngaku... pelit kok bangga."

Angga tertawa lagi.

"Ngomong kek. Garing banget gue ngomong sendiri." Omel Nada.

"Iya."

"Iya doang?"

"Iya."

"Dih."

Angga tersenyum kecil kemudian menarik kopernya menuju tempat duduk yang terletak di sebelah pos satpam. Nada mengikuti.

"Ngapain ikut?" Tanya Angga.

"Nggak boleh?"

Angga menggeleng.

"Kenapa?"

"Tck." Angga hanya berdecak. Malas berdebat sama Nada, takut makin panjang permasalahannya. Maka dari itu, si laki-laki cuma melengos lalu mengeluarkan ponselnya dari kantung celananya dan mulai ngescroll timeline instagramnya.

"Ig lo apa?" Nada menyengir, tidak sadar kalau dirinya sudah kelewat bawel di mata Angga.

Angga diam.

Nada bukannya kesal, malah makin gencar memancing Angga ngomong.

"@anggaraydst ya? Followed by-nya ada Galena. Berarti iya." Nada ngomong sendiri sambil ngeliatin hpnya.

TrouvailleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang