Chapter Ten: Malam

266 22 30
                                        

Malam sepulangnya dari Taman Sari, para muda dan mudi itu langsung sibuk dengan urusan masing-masing. Yang perempuan langsung bersih-bersih badan dan siap memakai skincare malam, sedangkan yang laki-laki banyak yang belum ganti baju tapi udah siap terlelap di atas kasur.

Kecuali Galena. Gadis itu masih duduk memeluk kedua kakinya di atas kasur sembari memikirkan semua yang terjadi hari ini. Wajahnya pucat dan keringat dingin masih mengalir di sekitar wajahnya.

"Len, masih pusing?" Echa menghampiri Galena dan memegang dahi gadis itu dengan punggung tangannya. "Mau dibantuin ganti baju segala macem gak?"

Anggi yang sedang melipat baju kotornya melirik. "Demam dia, Cha?"

"Enggak sih..." Echa menggeleng. "Cuma keringet dingin gitu... Gue jadi takut kenapa-kenapa."

"Udah ngabarin orang tua lu belom, Len?" Tanya Anggi.

"Belum." Jawab Galena masih dengan suara yang lemah.

Pintu kamar mereka tiba-tiba terbuka dan menampilkan Nada yang tengah membawa teh hangat untuk Galena. "Misi, misi, air panaaas!"

Jasmine di belakang Nada cuma tertawa kecil.

Mereka berdua kemudian duduk di sebelah Galena dan memberikan teh yang mereka buat dengan sedikit jerih payah karena rebutan dapur sama Zidane dan Esa.

"Tehnya diminum dulu Tuan Putri." Nada menyodorkan teh yang langsung disambut baik oleh Galena.

"Makasih..."

Anggi sedikit meringis. "Mau dibilangin ke orang tua lu aja gak, Len? Atau Pak Yusuf gitu, biar lu dibolehin pulang... Ini acara kita masih berapa hari lagi soalnya, gue takut lu kenapa-kenapa."

Jasmine yang sudah tau alasan mengapa Galena seperti ini cuma diam menunduk.

"Jangan." Galena menggeleng. "Jangan kasih tau orang tua gue sama Pak Yusuf... Yang ada nanti gue malah gak sembuh-sembuh."

Echa, Nada, dan Anggi mengernyit heran.

"Maksudnya?" Tanya Nada.

Galena menghela napasnya.

"Ada yang mau gue kasih tau ke kalian. Tapi janji, ini di antara kita aja." Gadis itu menatap teman-teman sekamarnya satu persatu.

Semua mengangguk kecuali Jasmine. Gadis itu malah mau menangis saking gak kuatnya membayangkan apa yang Galena sudah lewati di umur segitu.

"Boleh tolong panggil cewek-cewek yang lain juga gak? Gue mau kalian semua tau." Galena melirik ke Nada yang langsung berdiri dan pergi ke luar kamar untuk memanggil para penghuni kamar sebelah.

Semuanya kemudian datang dengan wajah yang senang dan penuh canda.

"Ada apa ma fren???" Aretha yang masih memeluk gulingnya tiduran di sebelah Galena. Diikuti Jehan selanjutnya, tidur di atas punggung Aretha. Aretha sempet sesak napas sebelum akhirnya Jehan turun sambil ketawa-ketawa.

Amanda yang paham kalo ini bukan waktunya bercanda langsung mukul-mukul pelan Aretha dan Jehan sembari mengode mereka untuk stop bercanda.

Jehan yang masih agak salty sama Amanda langsung diam dan duduk agak jauh dari gadis itu. Salty-nya pasti tau lah kenapa...

"Temen-temen, ada yang mau gue ceritain ke kalian." Ujar Galena tiba-tiba.

Nada yang baru menutup pintu kamar langsung bergabung mengelilingi Galena. Yang lain udah fokus.

TrouvailleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang