Seorang dokter residen tampak sibuk kesana kemari menolong para pasien yang baru saja datang berbarengan, karena ada kecelakaan kebakaran besar yang menimpa satu hotel.
Dokter residen itu tampak cekatan menangani pasien - pasien yang membutuhkan pertolongannya.
Bahkan dokter residen tersebut, tak beristirahat sedikit pun karena pasien yang terus berdatangan ke ruangan tempat nya bekerja.
Ya dokter residen itu kini bertugas di IGD, untuk itu penanganan yang ia tangani bisa di katakan banyak, terlebih ada kejadian tak terduga seperti kebakaran itu.
Tanpa ia sadari sedari tadi handphone dokter residen yang ia letakkan di saku jas dokter nya berbunyi beberapa kali.
Panggilan telefon tersebut seperti nya merupakan telefon penting, hanya saja dokter residen itu tetap fokus menangani pesien yang sedang ia tangani.
Hingga ...
"dr. Kang ! anda memiliki panggilan telefon dari orang tua tunangan anda" seru dokter lain yang berada satu ruangan istirahat dengannya.
Dokter dengan sapaan dr. Kang itu lagi lagi tak menggubris sedikitpun, pasalnya pasien yang saat ini ia tangani memiliki luka bakar hampir 50% , saturasi oksigen pasien tersebut terus menerus menurun, untuk itu ia sedang mengusahakan nya membuat jalan nafas dengan cara memasukan selang pada pasien tersebut, dan membutuhkan konsentrasi yang tidak dapat terpecah.
Setelah memasukkan selang bantuan membuat jalan nafas pada pasien itu, barulah dokter residen itu dapat lebih tenang memeriksa kondisi pasien tersebut, dan dapat meninggalkan pasien tersebut di tangani oleh dokter muda lain yang bertugas di bawahnya.
Baru saja dokter residen itu hendak bertanya pada dokter yang tadi memberitahu nya mengenai panggilan yang diberitahu, manik nya kini bertemu dengan sosok yang ia sangat kenal, namun sayang nya tergeletak lemah di ranjang yang baru saja dibawa masuk ke IGD tempat nya bertugas.
"Ji ...." lirih dokter residen itu.
Manik nya memerah menahan tangis, dan hatinya terasa sangat sesak.
Dengan berlari kecil dokter residen itu segera menghampiri sosok yang ia kenal.
"Ji ! a..-ada apa denganmu ? kenapa kau disini ? bukan kah kau sedang di London ? Love ... bangunlah!" rancau dokter residen itu sambil mengusap pipinya.
"dr. Kang ... kau mengenalnya ?" tanya dokter lain yang menangani sosok yang dikenal oleh dokter residen itu.
Dokter residen itu menganggukan kepalanya.
"Dia ... Tunanganku" lirih dokter itu.
"Seberapa parah ?" tanya dokter residen itu to the point.
"Luka bakar nya tidak banyak hanya 20 %, namun ..."
"Namun apa dokter Hwang ?!" bentak dokter residen itu pada teman sejawatnya, sambil langsung memeriksa sosok tunangannya sendiri.
"Oh ... no, aku tak boleh kehilangan dirinya... cepat siapkan ruangan operasi !" ucap dokter itu cepat saat menyadari maksud ucapan teman nya itu.
Dengan cepat para dokter muda yang berada di belakang dr. Kang itu segera mendengarkan nya dan menyiapkan ruangan.
"Yak Niel-ah ! tenang lah.. biar aku yang melakukan operasi ... kau tak boleh melakukannya sendiri" ucap dr.Hwang pada Daniel yang baru saja hendak melangkah kan kaki nya ke ruang operasi sambil mendorong ranjang tunangannya itu.
"Bagaimana aku bisa tenang ! kau tak lihat kondisi tunanganku yang tak sadarkan diri, dan telah terjadi hal fatal !" ucap Daniel dengan suara sedikit meninggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot
FanfictionSemua cerita yang berisi oneshoot dengan all pairing dari Wanna One akan di tulis disini. Happy reading ~ [BxB] [GS]