Teng Teng Teng
Suara lonceng berdentang keras mendominasi rumah tua nan megah itu.
Seorang pemuda manis tampak meringkukan badannya disudut ruangan sambil menutup kuping nya dan memejamkan manik nya rapat rapat.
Seluruh peluh keringat membasahi pelipisnya.
"A...-appa ~" rancau pemuda manis itu berkali kali.
Rasa takut kini menyelimuti pemuda manis itu.
Sungguh ia tak suka dengan dentangan bunyi lonceng yang berada di rumah itu.
Berkali kali ia ingin sekali kabur dari rumah itu, namun apa daya tubuhnya yang lemah, dan rasa takut nya akan dunia luar justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
"Ssst .... Ji ... tenang lah ... kau tak apa apa kan disana, jangan takut itu hanya bunyi lonceng," ucap seorang pemuda yang berada didepan pintu pemuda manis itu.
"Wo..-ji—"
"Hng ini aku, jangan berisik, nanti ahjumma bisa kesini," cicit pemuda itu.
"A..-arraseo ...Ji ... tahu," balas cicit pemuda manis itu.
Pemuda manis itu tak lagi berisik mencoba memanggil pemuda yang berada di depan pintu kamarnya.
Ada perasaan sedikit lega, dan berkurang rasa takut yang sebelumnya sempat menyelimuti dirinya.
'Terimakasih kau selalu membuat ku tak begitu takut dengan lonceng ini, dan membuatku ada sedikit harapan,' lirih pemuda manis itu sambil menundukkan kepalanya diantara kedua lututnya yang masih ia tekukan ke arah dadanya.
Tap
Tap
Tap"Ji .. aku harus pergi seseorang datang, kau percayakan padaku .. suatu saat aku akan membawa mu pergi," ucap pemuda itu.
"Hng ... Ji .. percaya," cicit pemuda manis itu sambil mengeratkan kaki nya semakin mendekat ke dada nya.
Ceklek
"Ini makanan mu ... makanlah aku tak membesarkan mu menjadi pengecut seperti itu," ketus wanita paruh baya yang baru saja masuk ke kamar pemuda manis itu.
Pemuda manis itu hanya dapat menganggukan kepalanya tanpa memandang sedikit pun ke arah wanita paruh baya itu.
'Maafkan aku hoonie-ah jika aku tak seperti ini, maka akan ada yang lebih parah dariku menyakitimu,' lirih wanita paruh baya itu dalam benak sambil melirik pemuda manis itu dengan tatapan sendu dan perasaan bersalah.
Blam !
Sontak pemuda manis itu sempat terkesiap mendengar bantingan pintu kamar pemuda manis itu.
'A..-appa Hoonie merindukanmu,' benak pemuda manis yang memiliki nama lengkap Park Jihoon.
Karena rasa takut dan gelisah yang semakin menyelimuti dirinya, tanpa terasa ia mulai mengantuk dan masuk ke alam mimpinya.
***
Seorang pemuda tampak mengedarkan pandangannya, dan menatap akses jalan yang selama beberapa bulan ini ia buat agar dapat membawa kabur pemuda manis yang selama ini tersiksa di dalam rumah tua itu dalam keadaan benar benar aman.
Pemuda yang tak lain ialah Woojin melangkahkan kaki nya sangat pelan, dan mencoba menemui ibunya yang berada di dapur.
"Eomma ... mulai hari ini, aku akan hidup mandiri, aku sudah menyiapkan semuanya secara matang, kau bisa mempercayai ku kan ?" tanya Woojin pada sang ibu sambil memegang tangan nya seolah benar benar meminta izin pada ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot
FanfictionSemua cerita yang berisi oneshoot dengan all pairing dari Wanna One akan di tulis disini. Happy reading ~ [BxB] [GS]