Sebuah mobil sport mewah berhenti di depan sebuah diskotik yang teletak di pusat kota. Sesaat sang pengemudi duduk terdiam menatap ke arah pintu masuk. Beberapa orang laki-laki bertubuh tegap dengan berbagai gambar tatto di lengan kekarnya berdiri di depan pintu memperhatikan setiap pengunjung yang datang.
Lamunannya terhenti saat sebuah panggilan masuk menggema dari benda pipih miliknya. Pemuda itu merogoh saku celana dan menggeser tanda biru di layar.
'Danish! Aku tidak bisa datang karena harus mencari adikku dulu.' Ucap Gavin diujung telepon.
"Aku juga tidak akan lama di sini, Vin. Nanti kita ketemu di hotel saja!"
'Ya sudah, titip salam saja sama anak-anak' ujarnya lagi.
Danish menutup panggilan di telepon genggamnya kemudian turun dari mobil dan berjalan memasuki gedung itu. Gemerlap lampu dan suara dentuman music terdengar memekakkan telinga.
Ia mengedarkan pandangan menelusuri setiap sofa yang terdapat dalam ruangan. Beberapa wanita seksi menyapa dengan senyum mengembang menyambut kedatangan pemuda tampan itu. Berbagai godaan dan rayuan wanita penghibur sama sekali tak mempengaruhi gerak langkahnya.
Kakinya berjalan menuju sekelompok pemuda yang duduk di sofa yang berada sudut ruangan. Ia menyapa para lelaki itu kemudian duduk di salah satu sofa kosong dan berbincang dengan akrab.
"Mau minum apa?" tanya seorang sahabat padanya.
"Terima kasih, nanti aku akan pesan sendiri," tolak lelaki itu, "oh ya, ada salam dari Gavin. Hari ini ia tidak bisa datang," ucapnya lagi.
"Biasanya kalian selalu bersama tumben sekarang berpisah?" timpal lelaki berwajah oriental sambil tersenyum mengejek.
"Berarti mereka sudah normal." Ucapan salah seorang diantara mereka mampu membuat yang lain tertawa ngakak.
"Sebentar ya, aku pesan minuman dulu." Lelaki itu bangkit dan berjalan meninggalkan para sahabatnya yang tengah asyik berbincang.
Danish duduk di dekat bartender yang sedang memainkan tangan lincahnya meracik minuman. Ia memesan minuman tanpa alcohol kemudian meminumnya perlahan.
Seorang laki-laki dewasa dengan tatto bergambar naga di tangan duduk di sebelahnya, mata lelaki itu melirik ke sana kemari. Tak lama seorang perempuan muda datang menghampiri.
"Ini obatnya, tugasmu pastikan ia meminumnya dan kemudian kamu rusak gadis itu?" ucap perempuan itu dengan suara pelan tapi masih bisa terdengar oleh lelaki yang duduk di sebelahnya.
"Yang mana?" tanya lelaki bertatto itu menatap wanita disebelahnya dengan tanda tanya.
"Gadis yang memakai baju biru," tunjuknya pada seorang gadis manis dengan rambut panjang sepunggung. Ia duduk bersama beberapa orang teman wanitanya. Di lihat dari wajah dan penampilan mereka terlihat masih berusia belasan tahun.
"Kelihatannya ia gadis baik-baik," laki-laki itu berguman.
"Justru karena dia gadis baik-baik aku ingin kamu merusaknya. Ingat! Jangan sampai ada yang tau. Aku membayarmu mahal untuk tugas yang mengasyikkan ini," tegas wanita itu kemudian beranjak pergi meninggalkan laki-laki di sampingnya.
Gadis belia itu kembali bergabung bersama teman-temannya. Senyum manisnya mengembang sempurna menyembunyikan niat jahat yang sudah ia rencanakan.
"Hei sini!" tunjuk pemuda itu pada bartender yang ada di depannya, "aku pesan minuman lima gelas, buruan!!" hardiknya.
Dengan terampil lelaki itu membuatkan pesanan sesuai permintaan pelanggannya, Tak lama lima gelas minuman telah tersedia di atas meja.
Laki-laki berbaju jeans biru itu mengambil salah satu gelas yang berisi minuman, kemudian menaruh obat yang ada dalam genggamannya. Setelah memastikan obat tercampur dengan minuman, ia meminta pelayan untuk mengantarkan pesanannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH TAK TERDUGA (Sudah Terbit)
RomanceMuhammad Danish Adyatama Wijaya tak pernah menduga jika tindakannya menyelamatkan seorang gadis SMA, Aira Nabila Tanisha dari jebakan teman Aira, membawanya untuk bertanggung jawab menikahi gadis itu karena sebuah kesalahpahaman. Akibat pernikahan t...