Part 8

11.9K 367 18
                                    

Sebuah mobil sport mewah memasuki pelantaran parkir sekolah menengah tempat Aira menuntut ilmu. Seorang laki-laki muda keluar dari mobil dengan memakai jas hitam dan dasi berwarna biru muda. Langkah kaki jenjangnya berjalan masuk ke dalam lingkungan sekolah menengah itu.

Visi dan Misi sekolah yang berada di dekat meja resepsionis menyambut setiap pengunjung yang datang. Foto-foto kegiatan kesiswaan dan berbagai jenis piala berbaris di lemari pajangan.

Kedatangan lelaki tampan itu menjadi pusat perhatian dan buah bibir seantero sekolah. Bisik-bisik antar siswapun tak terelakkan mengingat ini untuk pertama kalinya Danish menginjakkan kami di sekolah Aira.

"Assalamualaikum, selamat siang." ucap Danish yang berdiri di depan pintu ruang BP.

"Wa ... Walaikum salam." jawab Bu Meri yang sedang berbincang dengan orang tua Tasya yang telah terlebih dahulu hadir. Guru BP yang usianya sepantaran dengan Danish menatapnya takjub. Perempuan itu tak menyangka akan kehadiran seorang pemuda tampan di ruangannya.

Bu Meri berdiri dari duduknya kemudian berjalan mendekati Danish yang masih berada di depan pintu, "Ma ... Maaf siapa ya?" tanya Bu Meri dengan gugup melihat pesona lelaki itu.

"Saya ke sini untuk memenuhi undangan dari pihak sekolah." Lelaki itu menyodorkan undangan yang ia terima pada Bu Meri. Wanita itu tersenyum setelah membacanya.

"Oh ... ya, silakan masuk!"

Danish memasuki ruangan. Ia berjalan menuju sofa. Aira, Tasya dan seorang lelaki paruh baya telah duduk di sana. Danish duduk bersebelahan dengan Aira, gadis itu menjadi gugup dan cemas. Bukan karena kehadiran sang suami yang membuatnya gelisah tapi takut akan statusnya yang akan terbongkar.

"Bapak walinya Aira?" tanya Bu Meri.

"Iya." Jawab pemuda itu singkat. Matanya lebih focus menatap Tasya. Gadis yang pernah ia lihat di diskotik serta gadis itu pulalah yang mencoba untuk menghancurkan masa depan sang istri.

"Ini Masnya Aira, Bu." ucap Aira menatap Bu Meri yang masih keheranan. Bu Meri mengangguk dan tersenyum pada Aira.

Setelah berbasa basi dan saling memperkenalkan diri, pembicaraan pun berlajut pada persoalan inti. Tasya dengan lantang menuduh Aira melakukan penyerangan padanya yang berakibat pelipis sebelah kanannya membiru terkena pukulan dari Aira. Ia berdalih menjadi korban kebrutalan Aira. Berbagai tuduhan ia lontarkan. Semua yang ada di dalam ruangan mendengarkan penuturan Tasya, karena Tasya di beri kesempatan untuk bicara terlebih dahulu.

Danish menatap Tasya yang bicara berapi-api, ia memperhatikan gadis itu mulai dari kata-katanya, gaya bicara dan gesture tubuhnya.

Aira memberikan penjelasan yang berbeda. Perkataannya diperkuat oleh kesaksian yang di berikan Yasmin. Tasya tak dapat berkutik ketika Bu Meri menghadirkan Yasmin dalam ruangan itu. Penjelasan Yasmin memberikan titik terang siapa yang bersalah.

"Sebenarnya apa masalah yang kalian ributkan?" tanya Danish menatap sang istri dan Tasya bergantian. Aira terdiam, ia tak berani menatap mata lelaki itu yang melihatnya penuh selidik.

"Aira menggoda gebetan aku!" penjelasan Tasya membuat Aira kaget.

"Itu ga benar! Aira ga pernah menggoda siapapun!" bantah Aira.

Tasya emosi, "Kamu jangan bohong, kamu sendiri datang menemuinya ke studio music, kemudian kalian berkencan dan nonton di bioskop berdua." terang Tasya.

Danish beralih menatap gadis yang duduk di sebelahnya, sekilas Aira menatap mata elang itu namun sesaat kemudian ia menunduk. Aira tak bisa berkata apa-apa. Danish membuang muka mencoba menahan diri, ia tak menyangka sang istri pergi berduaan dengan laki-laki lain tanpa sepengetahuannya.

JODOH TAK TERDUGA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang