"Mau ya, Mas!" bujuk Aira, "anggap saja buat bayar hutang kesalahan yang lalu. Jadi impas! Lagi pula kita kan belum pernah bulan madu?"
Danish menarik nafas "Ok! Sebelumnya aku mau tanya, kamu tau nggak bulan madu itu ngapain?"
"Ya tau lah, bulan madu itu perjalanan yang dilakukan oleh pengantin baru untuk merayakan pernikahan mereka, ya kan?" jawab Aira percaya diri, "nanti di sana kita pergi rekreasi ke tempat wisata, berburu kuliner, foto selfi dan belanja. Ayo Mas! Aira sudah tidak sabar!" ajaknya lagi dengan penuh semangat.
Lelaki itu tak menanggapi ocehan Aira, ia sibuk dengan gawai di tangan. Sesekali pandangannya melirik pada Aira yang menanti tanggapan darinya.
"Mas ....?" Aira kembali membujuk.
"Iya! Ini lagi minta ijin sama papa biar besok enggak kaget kalau aku tidak datang ke kantor." Danish kembali focus pada layar hape, ia menghubungi sekretarisnya untuk pemesanan tiket pesawat dan hotel.
Aira sumringah saat Dita, sekretaris suaminya mengirimkan kode booking tiket melalui pesan whatshap.
"Bunda mau ikut bulan madu juga ga?" tawar Aira.
"Tidak, Bunda menemani ayah di sini. Kalian saja semoga selamat sampai kembali dan selamat menikmati bulan madunya." jawab Naura bijak.
"Kalau gitu, Aira sama Mas Danish pulang dulu ya, Bun. Persiapan buat berangkat besok." Aira bangkit dari duduknya, ia mendekati Naura kemudian mencium dan memeluk wanita itu erat.
"Hati-hati, ya!" pesan Naura pada Danish. Laki-laki itu mengangguk dan ijin pamit.
***
Sebuah koper yang berisi pakaian Aira dan Danish telah berada di ruang tamu. Aira mempersiapkan barang-barang mereka sejak tadi malam. Pagi hari ia sudah tampil cantik dengan memakai celana jeans dipadukan dengan kemeja biru. Rambutnya ditata dengan sebuah hiasan kecil di kepala sedangkan bibir tampak merah alami dengan sedikit polesan lipgloss. Penampilan Aira sudah rapi dan siap untuk berangkat. Surat ijin tak mengikuti pelajaran selama beberapa hari pun telah di kirimkan ke sekolah.
Aira tersenyum hambar saat melihat penampilan sang suami yang masih santai dengan kaus oblong dan celana pendek. Lelaki itu seperti tak bersemangat layaknya Aira. "Mas, ayo! Nanti ketinggalan pesawat."
Lelaki itu bersandar di sofa dan menyalakan televisi. Pandangannya beralih pada Aira yang masih berdiri mematung di sampingnya. "Aira! Sekarang masih pukul tujuh pagi, pesawatnya juga berangkat pukul sepuluh. Santai saja masih banyak waktu. Sekarang bikinin aku teh!" perintah Danish.
Aira meletakkan tak selempang yang sudah di tangan kemudian berjalan menuju dapur untuk membuat teh.
Melihat senyum sang istri yang kembali sirna, Danish bangkit dari duduknya dan berjalan ke kamar. Beberapa menit kemudian ia keluar dengan memakai celana jeans dan kemeja biru. Ia sengaja memilih pakaian yang sama dengan Aira supaya penampilan mereka berdua terlihat serasi.
Gadis itu kembali tersenyum lebar saat melihat sang suami sudah rapi. "Kita berangkat sekarang, Mas?" tanya Aira yang bangkit dari duduknya.
Danish meminum teh buatan istrinya kemudian tersenyum menatap mata berbinar itu, "Ya." jawabnya singkat, tak lama pandangannya tertuju pada koper yang ada di ruang tamu dan sebuah benda yang tidak disukainya tapi sangat disayangi Aira, yaitu beary.
"Itu beary mau dibawa?" tanya Danish pada boneka yang sudah bertengger di atas koper.
"Iya, Mas. Kasihan kalau ditinggal sendiri." jawab Aira.
Danish menghembuskan nafas kasar, "Ya Allah, Aira. Kamu pikir boneka itu akan menangis jika ditinggal? Kalau beary ikut, aku tidak jadi berangkat!" ancam Danish.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH TAK TERDUGA (Sudah Terbit)
RomanceMuhammad Danish Adyatama Wijaya tak pernah menduga jika tindakannya menyelamatkan seorang gadis SMA, Aira Nabila Tanisha dari jebakan teman Aira, membawanya untuk bertanggung jawab menikahi gadis itu karena sebuah kesalahpahaman. Akibat pernikahan t...