Part 7

12K 390 16
                                    

Danish dan Aira saling berpandangan saat mendengar pertanyaan dari orang tuanya, keduanya terdiam. Firasat aneh mulai menggelayuti hati mereka. Jika jujur, apakah itu pertanda bahwa mereka akan dipisahkan?

Netra itu saling menatap penuh harapan, rasa memiliki dan sayang sudah mulai tumbuh diantara keduanya, haruskah rasa itu berakhir sampai di sini?

Aira dapat merasakan lelaki yang telah menikahinya itu semakin mengeratkan genggamannya. Aira pasrah, ia akan mengikuti ke mana sang suami membawa biduk rumah tangga mereka.

Danish tersentak saat genggaman tangannya terbalaskan. Rasa hangat dan tenang memberinya semangat untuk membuat keputusan penting dalam hidup. Tentunya, Ia tak mau jika harus kehilangan sang istri secepat ini.

Hening.

Melihat anak dan menantunya terdiam, kedua orang tua itu mengambil kesimpulan sendiri karena pertanyaan yang dilontarkan Andra terlalu vulgar. Bagi mereka diam berarti 'iya' bahwa keduanya telah melakukan hubungan suami istri mengingat mereka tinggal satu atap dan pernikahannya yang sudah berjalan hampir seminggu. Rasanya cukup bagi sepasang pengantin baru untuk beradaptasi satu sama lain. Apalagi saat netra mereka menangkap tangan keduanya yang saling bertaut seperti memberikan kekuatan satu sama lain.

Naura merasa cemas memikirkan sang putri, memang apa yang mereka lakukan adalah hak keduanya. Ia hanya khawatir Aira hamil di saat anak gadisnya belum siap secara fisik dan mental menjadi seorang ibu, bukannya ia tak ingin mempunyai cucu tapi waktunya yang belum tepat karena Aira yang masih SMA. Naura ingin memberi wejangan pada sang anak namun ia kemudian memilih diam sampai ia punya kesempatan bicara berdua dengan Aira.

"Ayah merasa berdosa padamu dan Aira. Kalian terpaksa menjalani pernikahan ini karena keegoisan kami, mengorbankan perasaan kalian. Tadinya ayah berfikir jika hubungan itu belum terlaksana, Aira akan ayah minta kembali. Ia berhak menikmati masa remajanya, melanjutkan pendidikan dan menentukan pendamping hidupnya sendiri atau setidaknya Aira akan tinggal bersama ayah dan bunda untuk dididik kembali sampai ia siap berumah tangga." ucap Andra pada menantunya.

Danish mengerti kegundahan hati mertuanya itu, ia menatap gadis yang duduk di sampingnya sesaat kemudian beralih pada mertua yang menunggu penjelasan darinya.

"Ayah, semenjak memutuskan untuk menikahi Aira, tak pernah terbesit sedikitpun aku akan main-main dalam menjalankannya atau memutuskan ikatan ini di tengah jalan. Ayah tak perlu merasa bersalah karena telah menikahkan kami. Bukankah jodoh itu akan mempunyai caranya sendiri untuk bersatu? Dan inilah cara yang Allah berikan untuk aku dan Aira." Danish menatap mertua dan papanya bergantian.

"Aira adalah istriku, sekarang dia menjadi tanggung jawabku. Ayah tak perlu khawatir, aku akan menjaga amanah ayah, aku pun tak melarang Aira untuk melanjutkan pendidikannya kelak dan aku akan berusaha menjadi suami yang baik untuk Aira. Jika ayah meminta Aira kembali, mohon maaf, aku tak bisa mengabulkan keinginan ayah." lanjutnya lagi.

Aira menatap sang suami lekat, ia terharu sekaligus bahagia mendengar penjelasan yang diucapkan lelaki itu. Mata gadis itu berkaca-kaca, jika tak ingat malu mungkin Aira sudah menghambur ke pelukan suaminya.

Kedua orang tua itu menarik nafas lega mendengar jawaban bijak dari Danish, "Ayah senang mendengar kesungguhanmu, sebelumnya ayah cemas kalian terpaksa menjalani pernikahan tak terduga ini. Sama sekali ayah tak pernah punya niat untuk memisahkan kalian berdua. Ayah hanya takut merampas kebahagianmu dan Aira. Jujur dari hati yang terdalam ayah yakin, kamu adalah lelaki terbaik untuk putri tercinta ayah." ucap Andra dengan mata yang berkaca-kaca.

Aira melepaskan pegangan tangan suami ia berjalan dan menghambur ke pelukan Andra. Air matanya berderai, Aira tak menyangka ia di kelilingi oleh orang-orang yang sangat mencintainya. Hari ini Aira dapat menyaksikan sejarah penting dalam hidupnya.

JODOH TAK TERDUGA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang