""apa itu berpengaruh?" jawab zio cepat
Sang manajer mengangguk "iya,sudah di atur dalam pasal 3 PP adobsi"
"apa saya harus pindah?" tanya zio
"itu lebih baik, atau kalian tidak akan membawa pulang bayinya" manajer menatap zio dan arsya bergantian
zio menengok melihat arsya
"ya saya yang akan pindah , tapi untuk sekarang bisa di isi dengan data itu terlebih dulu?" tanya zio
"ya tidak ada masalah, tapi setelah itu konfirmasi dan ganti datanya" manajer kembali mengisi formulir pengajuan adopsi dan di bubuhi tanda tangan zio dan arya
"ini surat sementara untuk kalian, tanya dokter indri bagaimana kondisi bayinya" ujar manajer sambil memberikan map dokumen kepada zio
"baik terima kasih" zio menjabat tangan manajer dan disusul arsya
<><><><><><><>
saat ini arsya tengah menemui bayi mungil yang masih berada di dalam ruangan khusus
diluar zio mengurus pemakaman bagi sang ibu, dimulai dari pemandian sampai pemakaman arsya bilang menurut aturan islam meskipun agak bingung tapi zio dapan melakukannya dengan baik.
arsya keluar dari ruangan bayi dengan wajah bahagia dan bingung
"ada apa?" tanya zio
"hm, bayinya ada dua" jawab arsya semakin lirih
"hah, maksud lo kembar?" zio nampak shock bagaimana bisa arsya seorang diri mengurus dua bayi sekaligus, memikirkan itu membuat kepala zio pusing
arsya melihat aura tubuh zio
"putih kotor" ujar arsya tiba tiba
"hah" zio mendongak memandang arsya
"lo merasa terbebani atas apa yang lo lakuin saat ini?" tanya arsya
"maksud lo apa" zio berdiri tubuhnya menjulang di depan tubuh arsya yang hanya mencapai dagunya
arsya mendongak "putih kotor, menunjukkan seseorang yang menemukan kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, kalo lo keberatan .." ucapan arsya terputus karena kini bibirnya telah bertemu dengan telapak tangan zio
"gue bukan orang yang akan menyesal setelah membantu seseorang, gue akan mengelanjutin apa yang telah gue perbuat, jadi lo ngak usah khawatir" desis zio penuh penekanan
kini arsya dapat melihat tubuh zio dikelilingi warna jingga, entahlah dalam tubuh zio arsya dapat melihat berbagai pergantian warna dengan sangat cepat tak seperti orang lainnya
arsya membeku matanya mengerjap beberapa kali, seakan sadar dengan apa yang telah terjadi arsya mendorong zio, sayangnya reflek zio sangat buruk tangannya menggapai pinggang arsya sehingga kini arsya dan zio terjatuh dengan zio memeluk tubuh arsya yang berada diatasnya dengan erat
mereka terdiam dalam posisi tersebut beberapa saat bola mata zio memandang arsya dengan sorot tajamnya dan arsya memandang zio dengan sorot teduhnya yang mampu menggetarkan hati zio
arsya segera berdiri saat terdengar deheman dari pintu ruangan khusus
"bapak ibu, bayinya sudah bisa di bawa pulang karena keadaannya baik baik saja" ujar suster itu sambil tersenyum malu memandang zio
zio berdehem dan berdiri sedikit membenahi bajunya yang kusut
"apa suster yakin bayi itu bisa dibawa pulang sekarang?" tanya zio kurang yakin
"bisa, nanti akan kami bekali dua dus susu formula khusus dan ada sedikit beberapa barang penting yang akan kami ikut sertakan"
zio memandang arsya dan menganggukkan kepala
"suster apa bisa kami berkonsultasi dengan dokter disini jika ada masalah dengan bayi kami ?" tanya arsya
zio nampak canggung saat arsya menyebut bayi itu dengan "bayi kami" seakan mereka benar benar pasangan yang sudah menikah
"bisa ini saya kasih kartu nama dokter sari, dia dokter anak yang baik, dan juga sering dipanggil untuk datang kerumah pasien" suster tersebut memberikan kartu nama dokter Sari kepada arsya
setelah itu arsya dan zio masuk kedalam ruangan melihat bayi bayi mungil yang ada disana di bagian kanan ada dua bayi,satu laki laki dan satu perempuan, bayi bayi mungil yang lucu
semua perlengkapan telah dimasukkan kedalam mobil zio. dikursi depan ada arsya yang menggendong dua orang bayi sekaligus
zio masuk kedalam mobil dan duduk di kursi kemudi menengok sebentar ke arah arsya, dia tampak senang dan terharu
"mau pulang kemana?" tanya zio
"kerumah gue " jawab arsya, zio tak menjawab terus melajukan mobilnya kearah rumah yang dia miliki
"lo sama mereka ke rumah gue disana ada bibi yang akan bantuin lo ngurus dua orang anak sekaligus" ujar zio
arsya hanya menghela nafas dia juga sadar pasti akan sangat merepotkan jika mengurus dua orang anak sekaligus
"hm, orang tua lo apa ngak keberatan kalo gue sama mereka tinggal disana?" tanya arsya
"ngak lo tinggal di rumah gue bukan rumah orang tua gue, dan orang tua lo sendiri apa ngak keberatan anaknya yang masih kuliah ngurus dua orang bayi?"
"orang tua gue udah meninggal satu tahun yang lalu, jadi gue cuma sendiri disini" jawab arsya lesu
"oh, sorry"
tak ada percakapan lagi di antara mereka
<><><><><><><>
SEMUA KEBAIKAN AKAN KEMBALI PADA DIRI KITA SENDIRI
JADI JIKA KITA BERNIAT MEMBANTU ORANG JANGAN SETENGAH SETENGAH
TERTANDA
ARIENDA
KAMU SEDANG MEMBACA
LINE
ChickLitGaris takdir tidak ada yang tau. Kita sebagai manusia yang berTuhan harus taat mengikuti perintahNya dan percaya bahwa takdir yang diberikanNya adalah yang terbaik dari yang terbaik.