zio menggendong bridal style menggumamkan kata-kata menengkan di telinga arsya
gangguan demi gangguan masih di rasakan arsya dan zio tapi zio masih berjalan dengan tenangnya sampai mereka sampai ke pos kedua
sesampainya disana zio mendapatkan tatapan penuh tanya sampai seorang laki laki berdiri ddepanya menatap zio dengan tatapan tajam menusuk
"bawa dia ke sana" ujarnya sambil menunjuk sebuah gubuk tua di sisi kiri pos
tanpa banyak bertanya zio berjalan ke arah gubuk tersebut, meletakkan arsya di kursi yang berada di teras rumah
arsya masih tak mau melepaskan pelukan dari tubuhnya
<><><><><><><><><><><><><><><>
"zio aku takut" gumam arsya
"tenanglah kita sudah sampai di tempat aman" ujar zio menenangkan
laki laki yang tadi menatapnya tajam kini datang dengan satu botol mineral di tangannya
"berikan ini pada dia" ujarna menyodorkan botol tersebut kepada zio
zio menerimanya membantu arsya untuk minum
"tolong aku,tolongggg" bisikan itu datang kembali
arsya membuka matanya mengamati sekitar dan tatapannya bertemu dengan laki laki yang tadi memberinya air mineral secara serentak arsya memeluk leher zio
"zio beri tahu dia, tubuhnya berwarna hitam" gumamnya lirih
"dan tolong tutup matamu dan tulikan sebenter telinga mu aku akan berbuat sesuatu" lanjutnya
zio melirik laki laki tersebut "zio" kenalnya sambil mengulurkan tangan, di sambut pula uluran tangan dari laki laki tersebut " vitto" sahutnya
"ada apa dengan kekasihmu?" tanyanya penuh selidik
"ada sedikit gangguan di hutan tadi, bisa tolong menyingkir sebentar kami akan selesaikan ini" jawab zio dingin
"tak perlu,gue bantu"jawab vitto
"tapi akan bahaya buat lo sendiri"--zio
"ngga, gue udah biasa"
"zio aku udah ngak kuat, tutup mata dan jangan lepaskan pelukan ini" cicit arsya
"sudah" zio menutup matanya dan semakin mempererat pelukannya
dengan lirih membaca ayat ayat suci Al- Qur'an diiringi ringisan ringisan kesakitan
"tolong jangan, tolong jangan"
"jangan di paksa nanti lo sakit sendiri" cegah vitto
arsya diam mencoba tidak terpengaruh, tetap merapalkan doa-doa. ini bukan kali pertama arsya "di ganggu" dulu saat kecil arsya pernah merasakan hal yang sama
"tolong dengarkan aku sebentar saja, aku ibu dari anak yang kau adopsi, terima kasih telah merawat mereka"
arsya semakin mempererat pelukan nya ke zio, al dan thea sekarang arsya memikirkan "anaknya" disana.
"tolong jaga mereka,aku ada sedikit titipan untuk mereka dan akan membagi sedikit denganmu dan lelaki ini"
"terima kasih telah membantu aku waktu itu, sekali lagi terima kasih banyak sampai jumpa dan ijin kan aku bertemu dengan anakku melalui dirimu"
semakin lama suara itu semakin lirih dan berakhir menghilang
setelah itu kesadaran arsya hilang bersamaan dengan suara teriakan yang menyakitkan
KAMU SEDANG MEMBACA
LINE
Romanzi rosa / ChickLitGaris takdir tidak ada yang tau. Kita sebagai manusia yang berTuhan harus taat mengikuti perintahNya dan percaya bahwa takdir yang diberikanNya adalah yang terbaik dari yang terbaik.