30

211 5 0
                                    

Berjalan menuju ruang bk dengan langkah santai. Itulah yang dilakukan Gara, cowok itu melaksanakan tugas dari bu Desi karena telah berpakaian seperti seorang ustadz.

Didepan ruang bk , dia menghela nafas sebentar , meskipun tampaknya dia adalah anak bandel dan tangguh tetapi sebenarnya dia masih sedikit takut jika harus di hadapkan dengan ruang Bk apalagi dengan bu Merry.

"Assalamuallaikum warohmatullahi wabarokatuh " ucapnya.

Gara masuk ruang bk dengan cengiran lebarnya. Berjalan menuju kursi di depan bu Merry tentunya. Sebenarnya agak takut sih di tatap bu Merry dari bawah sampai atas seperti itu.

"Siapa yang nyuruh kamu duduk?" tanya Bu Merry.

Gara refleks berdiri karena tidak mau membuang-buang waktu lagi dan mendapat tambahan hukuman.

"Siapa yang nyuruh berdiri"

Sekarang kesabarann untuk bersikap baiknya hilang. Dia melotot menatap guru BK nya itu.

"Lah gimana sih ? Tadi katannya siapa yang nyuruh duduk nah ini udah berdiri eh malah bilang siapa yang nyuruh berdiri, dasar guru aneh" tutur Gara

"ya sudah , duduk"

Gara mendudukan bokongnya di atas kursi. "Gitu kek dari tadi" tutur Gara

"Ada masalah apa kamu kesini?" tanya bu Merry

"emang ngapain bu Merry tadi liatin saya dari bawah sampai atas?"tanya Gara sambil menaikan sebelah alisnya

Bu merry tampak mengerutkan keningnya. " kamu ngapain berpakaian seperti itu ke sekolah?" tanyannya

"Udah nggak usah basa basi. Sekarang bu Merry kasih saya hukuman aja" suruh Gara

Bu Merry geleng-geleng kepala "mau panggilan orang tua atau beesihin lapangan sampai bersih kinclong?" tanya Bu mery

Gara tampak berpikir sejenak. "Panggilan orang tua aja deh , biar saya nggak repot." tutur Gara

Bu Merry membuat surat panggilan orang tua untuk orang tua Gara.

"Makasih buMerry" tutur Gara saat bu merry menyodorkan amplop berwarna biru langit .

"Ya sudah sekarang kamu keluar, jangan bikin ribut" tutur bu Merry

"Siap laksanakan" tutur Gara sambil berdiri menghadap bu Merry. Dia memberi hormat ala orang jepang , membungkukan badan kepada bu merry lalu pergi.

"kok hidup ya anak kayak gitu"Batinnya

***

Gara melenggang pergi dari ruang bk , berjalan menuju kelas ips 2.

"ASSALAMUALLAIKUM WAROHMATULLAHI WABROKATUH" teriaknya begitu sampai di ambang pintu kelasnya.

Semua pandangan tertuju ke arahnya. Tak terkecuali bu Desi yang masih mengajar.

"Waalaikumssalam warohmatulahi wabarokatuh" sahut semua anak di kelas kecuali bu Desi dan Ariesha

Gara melenggang masuk kelas. Mengembangkan senyumnya hingga nampak sederet gigi nya. Dia menjabat tangan Bu Desi lalu mencium tangan bu gurunnya.

Bu Desi tertegun, sebenarnya Gara itu anak baik, tetapi otaknya sedikit somplak. Eh tidak sedikit, tetapi hampir semuannya.

Setelah mencium punggung tangan gurunya, gara kembali menegakan tubuhnya. "Bu minta tisu"

Bu desi menyiritkan keningnya. Wanita itu mengambilkan tisu dari tasnya lalu menyodorkan ke arah Gara.

Dengan senang hati Gara menerimannya. Dia mengelapkan tisu itu ke mulut dan hidungnya. "bu, tadi pagi makan pete sama jengkol ya? Bau banget" tutur Gara

Bu desi hampir terjengkal karena pernyataan gara barusan. Semua anak di kelas menertawakan ulah Gara lagi.

Memutar bola mata, itulah yanG Ariesha lakukan dia berjalan ke depan , mwnghampiri Gara hingga dirinya sekarang menjadi pusat perhatian di kelasnnya.

Cewek itu menjewer telinga Gara lalu menyeret cowok itu ke tempat duduknya.

"Aduh aduh Sha lepasih, shayang lepasin" berontak Gara

Ariesha mendudukan Gara di bangku cowok itu sendiri. Cowok itu terlihat mengusap telingannya yang memerah akibat jeweran Ariesha.

"Udah kapok belum?" tanya Ariesha

"iya iya , ini udah enggak kok"

Ariesha tersenyum puas. Dia melihat surat yang Gara pegang. Dia tahu betul itu surat apa. Ariesha sendiri sudah pernah mendapat panggilan orang tua sebelumnya. Tiba tiba , seuntai ingatan kembali ke masalalunya.

"Pa maafin saya" katannya sambil sesenggukan , dia tak kuasa menahan sakit akibat sabuk papanya yang berulang kali mengenai tubunnya.

Airmata mengalir deras membasahi pipinya. "pa Saya nggak salah"

Plak, plak, plak

Saking lamannya menangis , Air matannya sampai mengering. "kamu selalu aja bikin malu. Kamu pikir papa nggak tau. Kamu sengaja kan dorong teman kamu sampai jatuh dari balkon sekolah"

"Saya enggak salah pa , ampun" tutur Gadis yang bernama Ariesha itu

"Sudah salah, mengelak saja kamu"

"Saya enggak ngelak pa, saya memang tidak salah"

Akhirnya cambukan dari papanya berhenti. "Ingat!!! Saya nggak bakalan maafin kamu. Saya kecewa sama kamu. Jangan harap Saya dan Revan anak saya bakal hidup bareng kamu!!!" bentaknya

"Oh iya, suruh saja bik siti buat datang ke sekolah kamu. Biar dia yang jadi wali kamu mulai sekarang. Saya nggak sudi punya anak kayak kamu!"

Ariesha mendongakan kepalannya , matannya memerah dan bengkak. Punggungnya mengeluarkan darah hingga membuat baju seragam putih nya berwarna merah daran.

"Saya nggak salah" lirih nya. Kemudian pandangannya mulai mengabur. Tiba tiba semua gelap dan dia tak sadarkan diri.

Setelah bangun , dia sudah telungkup di atas kasur tanpa pakaian atas. Ariesha memiringkan kepalannya. Mendapati pembantunya bik siti, sedang mengompres punggungnya dengan air es.

"Non, udah sadar?"tanya Bik Siti

"Makasih bik" tutur Ariesha.

***

Gara sudah memanggil Ariesha berulang kali, sampai sampai dia jadi takut sendiri. Jangan-jangan Ariesha kebablasan lagi. Idih amit-amit

"SHA" panggilnya lagi

"eh eh apa?"tanya Ariesha

"lo ngelamunin apa sih, kok mata lo tadi tertuju ke anu gue. Hayo lagi mikir yang enggak-enggak kan" tuduh Gara

"APAAN SIH LO, NGACO DEH" teriaknya.

Alhamdullilah akhirnya up juga. Rindu aku sama cerita ini. Sampai berdebu .

Ya udah gitu aja makasih.

With partner.

Karamel ir / imel rusiana

ArieshagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang